“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264).
Oleh: Ana Nazahah (Revowriter Aceh, Kontributor NP)
NarasiPost.com - Kedatangan Ramadhan, kini hanya menunggu hari. Perasaan dag dig dug menunggunya sungguh tak bisa aku pungkiri. Bukan kenapa, rasanya hampir tiap hari ada saja berita duka silih berganti. Kerabat, tetangga, kenalan di dunia nyata dan media sosial Allah Subhanahu Wa Ta'aala panggil menghadap-Nya. Allah telah cukupkan waktunya di bumi.
Ramadhan sebentar lagi. Tentunya perasaan membuncah ingin bertemu telah lama bersemayam di hati. Tapi selalu ada perasaan gelisah. Bagaimana jika Allah datangkan ajal lebih dulu, sebelum bertemu Ramadhan?
Ya Allah! Sungguh aku belum siap. Tubuh ini masih bergelimang dosa. Sungguh aku berharap bisa bertemu Ramadhan tahun ini. Agar bisa meneguk anugerah ampunan yang ada di dalamnya. Aku ingin menjadi sebaik-baik hamba, rindukan surga sebagai tempat kembali. Karena itu, mohon izinkan aku bertemu Ramadhan tahun ini. Izinkan aku meraih keberkahan yang melimpah di dalamnya. Agar aku tidak terlalu menyesal jika seandainya, ini adalah ramadhan terakhirku.
Aku tahu banyaknya dosaku mungkin takkan pantas untuk meminta lebih. Memintanya seolah menjadikan aku hamba yang tak tahu malu. Betapa banyak ketidaksyukuranku dalam menjalani hidup ini. Mengeluh, menyerah dan berputus asa dari Rahmat-Mu. Kewajiban yang Engkau perintahkan pun sering aku lakukan setengah hati.
Ya Allah, ya Rahman! Betapa aku sadar aku hanya pendosa yang buruk di hadapan semesta ini. Bahkan semesta saja tidak pernah menyalahi perintah-Mu. Burung-burung yang terbang, udara yang berhembus, awan menaungi, air mengalir, bumi tempat bertumbuh, matahari yang menyinari. Tak ada yang menyalahi perintah-Mu. Mereka bertasbih dengan caranya sendiri. Lā ilāha illa l-Lāh, tiada Tuhan selain Allah.
Aku tak tahu, entah berapa kali sudah bumi geram kepadaku karena abai terhadap perintah-Mu. Mungkin dia merasa sangat marah, saat aku bermaksiat namun masih saja memakan hasil dari kerja kerasnya. Menghasilkan makanan untuk dimakan penduduk bumi lainnya adalah perintah Allah kepada bumi. Mungkin bumi sudah bosan melihat orang-orang bermaksiat kepada-Mu. Lalu berharap, ingin melumat siapapun itu ke dasar bumi terdalam.
Begitu pun lautan. Ya Allah! Betapa luasnya samudra yang Engkau ciptakan. Besar dan begitu dalam. Mereka senantiasa bertasbih memuja kebesaran-Mu. Menaati perintah-Mu. Tak bergeser mereka dari tempatnya jika bukan atas izin-Mu. Mungkin mereka akan sangat senang, jika bisa melewati bibir-bibir pantai, lalu meluluhlantakkan apapun yang mereka temui, menghancurkan sesiapa yang durhaka kepada-Mu.
Lalu aku ingat akan hujan yang turun dari langit. Hujan pun senantiasa bertasbih kepada-Mu. Lewat hujan, engkau berikan kehidupan untuk kami yang tinggal di bumi. Mungkin hujan juga sering marah dan kesal atas perbuatan manusia yang durhaka. Karenanya hujan begitu senang jika diberi izin menerjang dan menggenangi manusia berserta rumah-rumah. Karena kebanyakan manusia tidak mau bersyukur dan bertakwa, padahal Allah telah berikan segalanya.
Ya Allah, ya Rabbi! Musibah pandemi COVID-19 sekarang belum berakhir. Makhluk kecil itu telah meluluhlantakkan perekonomian negara, dan membuat banyak nyawa hilang. Aku yakin, makhluk berdiameter 400-500 micro ini pun senantiasa menyembah Engkau. Engkau hadirkan dia sebagai peringatan bagi sekalian manusia, musibah bagi yang durhaka kepada-Nya.
Ya Allah, ya Rabbul Izzati! Di tengah kekuranganku sebagai hamba yang banyak dosa meminta belas kasih-Mu. Sementara upayaku masih sedikit kupersembahkan untuk agama-Mu. Di tengah rongrongan sekulerisme yang menghantam seluruh aspek kehidupan. Kapitalisasi yang merajalela. Kejahatan memenuhi lini hidup kami. Sementara aku, kiprahku belumlah maksimal untuk urusan keumatan.
Aku terlalu sibuk dengan urusan pribadi. Pekerjaan, urusan keluarga dan memenuhi segala ambisi diri. Masih menjadi prioritas dari pada peduli terhadap urusan agama dan perjuangan menegakkan kalimat tauhid. Namun, saat tiba-tiba kesadaran menghentak. Sungguh aku telah berada dalam perniagaan yang jauh dari rida-Mu.
Karena itu, aku begitu merindukan ampunan atas segala khilafku. Izinkan aku meraih maghfirah-Mu di bulan suci Ramadhan. Izinkan aku menjadi bagian dari hamba-hamba-Mu yang bertakwa. Terlahir kembali menjadi manusia yang baik, jiwa yang baru.
Ya Allah, ya Mujib! Sungguh tak ada tempat bersandar bagi setiap insan bernyawa selain kepada Engkau. Pun di akhirat nanti, tak ada penolong bagi kami selain Engkau. Karena itu, ampunilah dosaku. Terimalah tobatku dan jadikan aku adalah bagian dari orang-orang Mukmin.
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264).
Wallahua'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]