Pentingnya Muhasabah Diri

Dengan sering mengintrospeksi diri, manusia diharapkan akan sadar diri, agar nikmat yang Allah berikan kepadanya tidak menjadi istidraj. Maka haruslah muhasabah diri membawa kepada pertobatan lebih awal, yang didahului dengan penyesalan


Oleh: Aya Ummu Najwa

NarasiPost.com - Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا

"Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia." (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah, oleh Imam Ahmad dalam kitab Zuhud-nya. Dan Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin 1/319)

Menurut khalifah Umar, mengevaluasi diri lebih awal akan memberikan keuntungan kepada kita kelak. Karena dengan rajin mengevaluasi diri sendiri, manusia akan mengetahui dan mengenali kelemahan serta kekurangannya agar dapat segera diperbaiki, mumpung masih hidup di dunia. Hal ini akan memperkecil untuk melakukan kesalahan, sehinga akan memperingan pertanggungjawaban dalam kehidupan di akhirat kelak.

Dalam hadits Rasulullah bersabda:

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Dari Syadad bin Aus ra, dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, ‘Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sementara orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Swt.' (HR Tirmidzi. Ia berkata, “Ini hadits hasan”).

Hadits ini secara tersirat menerangkan bahwa Allah-lah yang seharusnya menundukkan nafsu bukan sebaliknya. Nafsu hanyalah sebuah potensi yang Allah berikan kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan standar dan alamiahnya, seperti makan, minum, tidur, jima' bagi yang sudah menikah, dan sebagainya. Ketika nafsu mengalahkan akal, maka keserakahan dan kezalimanlah yang akan menang. Maka saat itulah muhasabah dibutuhkan untuk memperbaiki diri.

Dari sini, ada dua manfaat yang bisa diambil dari mengevaluasii diri:

Pertama, semangat membenahi diri. Mengevaluasi diri akan membuat kita menyadari tentang kelemahan dan kekurangan diri, sehingga ada semangat untuk segera memperbaiki. Introspeksi juga akan dapat menakar dan menentukan perencanaan sebelum melakukan suatu perbuatan, sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama dua kali di masa yang akan datang, karena ia akan lebih berhati-hati lagi dalam berprilaku.

Kedua, introspeksi diri menghindarkan kita dari sifat ujub atau sombong. Dengan sering melakukan evaluasi diri, maka penyakit-penyakit hati akan segera bisa dideteksi dan diobati. Sehingga tidak terus menjalar dan menular yang pada akhirnya akan sulit untuk diatasi.

Ketiga, manusia akan senantiasa waspada. Senantiasa terjaga dan tidak lalai terhadap hukum-hukum Allah yang tertuang dalam syariat-Nya. Dalam menjalankan hidupnya, ia akan senantiasa menjadikan Islam sebagai standar dalam beraktivitas.

Ibnu Hajar Al 'Asqolani berkata, “Seorang muslim harus terus waspada, jangan sampai lalai, baik dalam urusan agama maupun urusan dunianya.” (Fath Al-Bari, 10: 530)

Dengan sering mengintrospeksi diri, manusia diharapkan akan sadar diri, agar nikmat yang Allah berikan kepadanya tidak menjadi istidraj. Maka haruslah muhasabah diri membawa kepada pertobatan lebih awal, yang didahului dengan penyesalan.

Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam:

النَّدَامَةُ تَوْبَةٌ

“Menyesal adalah tobat.” (HR.Ibnu Majah no. 4252, Ahmad no.3568, 4012, 4414 dan 4016. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ ash-Shaghir no.6678)

Maka sungguh muslim yang cerdas adalah yang jika dia berdosa, maka dia akan lebih berhati-hati untuk tidak mengulangi dan mengerjakan dosa yang sama dua kali. Akan semakin jeli hatinya untuk senantiasa bersandar pada aturan Sang Pencipta dalam setiap perbuatannya. Karena tentu kita tidak ingin jatuh di lubang yang sama dua kali bukan?

Wallahu a'lam

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Demi Menikah Muda Kutinggalkan Bangku Kuliah
Next
Jelang Panen Raya, Kok Malah Impor Beras?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram