Karena Bukan Ustaz, Boleh Maksiat?

Di hadapan Allah yang membedakan manusia satu dengan lainnya hanyalah ketakwaan. Dan hal ini tidak ada hubungannya dengan status, jabatan atau kekayaan.


Oleh: Ana Nazahah (Revowriter Aceh, Kontributor NP)

NarasiPost.com - Banyak orang hari ini salah paham, menganggap orang-orang yang berilmu dan beramal saleh itu karena sudah takdir Tuhan. Berbekal pemahaman ini mereka beranggapan, tak masalah berbuat salah. Selama bukan ustaz, selama bukan kyai, selama bukan anak pesantren.

Maka dalam pandangan sebagian orang ini, hanya ustaz dan ustazah yang wajib taat. Yang lain mubah. Loh, kok bisa? Ya, bisa saja. Karena ustaz dan ustazah sudah tugas mereka taat. Sementara yang lain, maka tugasnya adalah diayomi ustaz. Soal tidak taat, masih dimaafkan. Selama bukan dosa-dosa besar. "Kan, orang biasa. Bukan ustaz. Bukan anak pasantren juga." Ini kata mereka.

Tren berpikir ini, entah dari mana datangnya. Yang jelas, ia merupakan bagian karakter berpikir umat yang salah kaprah. Berangkat dari sini, ada banyak Muslim kemudian pasrah dengan keadaannya. Dengan ilmu dan Islam yang pas-pasan.

Parahnya kondisi rusak ini malah dijadikan hujjah. Jika ada individu yang bukan dari kalangan ustaz misalnya, atau bukan dari background pasantren, dan dia kelihatan taat. Langsung dianggap tak pantas. Dengan mudahnya ada yang bahkan mengejek. "Wah, dari pasantren mana nih, bu haji? Alim sekali."

Padahal, kita ketahui bersama, banyak aktivis dakwah yang bukan berasal dari golongan pasantren. Bukan anak ustaz pula. Mereka hanya orang biasa yang sadar akan statusnya sebagai hamba Allah. Mereka adalah sekelompok orang yang ingin menjadi lebih baik, belajar dan menuntut ilmu agama di manapun mereka berada. Mereka berharap masyarakat lainnya ikut baik. Karena itu mereka berdakwah, mengajak orang-orang menegakkan yang makruf dan mencegah yang mungkar.

Apalagi tugas dakwah adalah tugas seluruh umat Islam, Allah tidak memerintahkan kepada golongan tertentu saja. Semua wajib mempelajari agama, mengamalkannya dan kemudian menyampaikan ke orang-orang. Walau hanya satu ayat yang kita paham, itulah yang kita sampaikan.

Seluruh kaum Muslim wajib paham. Tugas taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'aala bukan hanya tugas ustaz. Tugas beribadah bukan hanya tugas ulama, tugas saling menasihati bukan hanya tugas kyai. Semua kita sama di hadapan Allah, asal bernama manusia sama tanggung jawabnya. Semuanya mengemban amanah ini.

Ustaz diwajibkan taat, maka yang bukan ustaz pun diwajibkan hal yang sama. Wajib salat, wajib menutup aurat, wajib menuntut ilmu. Seluruh kewajiban ini, statusnya bagi kita sama. Tidak peduli dia petani, tukang parkir, penyanyi, pesinetron, profesor, dokter, semua sama. Tak ada beda.

Jangan mentang-mentang dia penyanyi dangdut, lantas boleh pakai pakaian setengah telanjang. Mubah. Lantas bagi istri ustaz haram berpakaian kurang bahan, nggak cocok.

Islam telah menetapkan standar perbuatan seorang Muslim adalah halal dan haram. Syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah satu-satunya timbangan. Bukan status pekerjaan, baik dia tukang rujak atau penghafal Alquran. Apa bedanya keduanya di hadapan Allah? Keduanya sama, sama-sama wajib taat.

Di hadapan Allah yang membedakan manusia satu dengan lainnya hanyalah ketakwaan. Dan hal ini tidak ada hubungannya dengan status, jabatan atau kekayaan.

Allah Subhanahu Wa Ta'aala berfirman :

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. (Al-Hujarat : 13).

Allah Subhanahu Wa Ta'aala memberi balasan atas amal anak Adam, berupa pahala dan siksa. Yang mengerjakan kebaikan mendapat pahala, dan yang maksiat mendapat dosa. Ketentuan ini sama. Sekalipun dia awam dan tak kenal agama, tak pernah mengenyam pendidikan agama. Dalam hal ini, tak ada perlakuan istimewa. Sehingga ada golongan manusia yang Allah izinkan berbuat salah dan dosa.

مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An-Nisa : 123).

Siapapun dia, kelak akan melihat semua hal yang dilakukan di dunia. Allah akan membalas setiap perbuatan hambanya meski itu sekecil dzarrah (atom).

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Az-Zalzalah : 7).

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah : 8).

Karena itu, jangan berpikir instan! Semua orang butuh berjuang untuk jadi penghuni Surga. Ustaz tidak menjadi ustaz begitu saja. Ulama tidak menjadi alim sejak dilahirkan di dunia. Melainkan karena kesadaran, bahwa setiap manusia akan Allah hisab dengan cara yang sama.

Jika ustaz dan ulama saja senantiasa menjaga amal ibadahnya karena takut akan siksa, lantas siapa kita yang berpikir bisa bebas dari dahsyatnya pengadilan-Nya?

Hidup kita itu hasil dari berbagai pilihan. Dan pilihan terbaik adalah menjadi generasi pengubah bukan pengekor apa kata orang. Karena itu, berubahlah dari sekarang, pemahaman jahil dan perilaku yang jauh dari tuntunan syariat-Nya segera kita tinggalkan.

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِهِمۡ‌ؕ

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Ar-Ra'd : 11)."

Wallahua'lam…

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Tanpa Pengorbanan, Umat Akan Terhinakan
Next
Wanita Dambaan Pria Beriman
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram