Dusta Berakhir Petaka

“Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh  berusaha untuk jujur, sampai akhirnya ia menjadi orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai akhirnya ia benar-benar ditetapkan di sisi Allah sebagai pendusta.”(HR. Bukhari dan Muslim)


NarasiPost.com - Mahalnya sikap jujur, hal ini yang terjadi saat ini. Menemukan orang-orang yang jujur dalam berbuat, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Sulit sekali menemukan orang jujur dalam kehidupan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Padahal, jika dusta dan kezaliman mewabah, yang terjadi adalah musibah di dunia dan di akhirat.

Rasulullah Saw. bersabda,

“Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh  berusaha untuk jujur, sampai akhirnya ia menjadi orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai akhirnya ia benar-benar ditetapkan di sisi Allah sebagai pendusta.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah, dusta adalah perbuatan terlarang dan haram, bahkan bisa menjauhkan keimanan. Kemudian beliau menukil perkataan Ibnu Baththal rahimahullah,

“Apabila seseorang mengulang-ulang kedustaannya hingga berhak mendapat julukan berat sebagai pendusta, maka ia tidak lagi mendapat predikat sebagai mukmin yang sempurna, bahkan termasuk berpredikat sebagai orang yang bersifat munafik.”

Bisa kita bayangkan, bagaimana jika sifat dusta ini melekat pada seorang pemimpin Muslim di suatu negeri? Terus berulang-ulang mengatakan akan menyejahterakan rakyatnya, tetapi nyatanya segala kebijakannya justru menyengsarakan rakyatnya. Bukankah ia bisa berpredikat sebagai orang yang munafik?

Tanda-Tanda Orang Munafik

Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah menjelaskan, tanda-tanda orang munafik ialah mencakup perbuatan dusta, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. Tanda pertama, dusta dalam perkataannya. Tanda kedua, dusta dalam amanahnya. Tanda ketiga, dusta dalam janjinya.

Imam Bukhari dalam hadisnya menjelaskan bahwa jenis ancaman hukum di akhirat bagi para pendusta yaitu mulutnya akan disobek sampai ke telinga, karena mulutnya itulah yang menjadi lahan kemaksiatannya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Aku melihat dua orang Malaikat, keduanya berkata, ‘Orang yang engkau lihat disobek mulutnya hingga telinga, adalah seorang pendusta. Ia berdusta dengan kedustaan, dibawanya kedustaan itu berkeliling atas nama dirinya hingga mencapai ufuk, maka dibuatlah ia sebagai pendusta sampai hari kiamat.'” (HR Bukhari)

Sungguh mengerikan bukan, ancaman bagi si pendusta? Siapa pun dari kita yang mengaku sebagai Muslim yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya, janganlah sekali-kali berdusta, baik dengan perkataan maupun perbuatan.

Merugi di dunia karena memiliki predikat dusta, tidak ada satu pun manusia yang akan mempercayainya. Sementara di akhirat mendapat siksa dari Allah SWT. Na’udzubillah min dzalik.

Sumber: https://www.muslimahnews.com/2021/02/10/nafsiyah-dusta-berakhir-petaka/

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Pantaskah Aku Masuk Surga?
Next
Strategi Menguatkan Pengaruh Ayah Bunda Terhadap Anak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram