Cinta Itu Mulia, Bukan Nafsu yang Hina

Hakikat cinta adalah saling mengasihi. Saling menjaga dan melindungi. Nilainya tinggi. Setinggi pemilik cinta tempat segala cinta suci bertahta. Dialah Allah Subhanahu Wa Ta'aala. Tempat cinta bermula dan kembali bermuara. Cinta ini hanya dimiliki oleh mereka yang memahami makna cinta yang sebenarnya, bukan mereka yang terjebak oleh kecintaan semu perhiasan dunia. Pada wanita, anak, dan harta. Cinta itu, hanya kesenangan memperdaya.


Oleh: Ana Nazahah ( Revowriter Aceh, Kontributor NP)

NarasiPost.com - "Wahai kematian cepatlah datang kemari! Hisap dan dekap tubuhku yang penuh cinta ini. Karena tidak ada sesuatu di depan matahari yang mampu memulihkan kesedihanku."

Kutipan di atas diambil dari kisah Romeo dan Juliet. Karya William Shakespeare. Kisah ini populer sejak abad 16 hingga sekarang. Nama sejoli ini masyur di kalangan pemuda yang memuja cinta.

Duhai, apa yang membuat nama keduanya menjadi dipuja? Bahkan oleh pemuda Muslim sekalipun. Dedikasi apa yang telah dipersembahkan untuk sejarah oleh keduanya? Tidak ada! Kecuali hanya perasaan mabuk, racun asmara.

Cinta yang tinggi, dimaknai sebatas ambisi memiliki. Menabrak batas-batas nilai syariat. Kehilangan cinta yang bahkan lebih disesalkan dari pada kehilangan kesucian. Izzah dan iffah tergadaikan. Tak bisa dielakkan untuk menyebutnya sebagai tindakan rendahan.

Ada banyak kisah cinta yang bisa kita ambil pelajaran. Kisah cinta yang agung. Lebih mulia dari sekadar cinta antara dua insan. Cinta yang maha tinggi, bermuara hanya pada ketaatan. Cinta karena iman.

Berbakti kepada kedua orang tua misalnya, adalah bentuk cinta yang mulia. Cinta kepada diri sendiri juga hal yang wajib, sehingga tak ingin merusak diri dengan berbuat keburukan, berbuat tercela dan dosa. Cinta yang wajib lainnya adalah kecintaan pada agama, cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta'aala, cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam Itulah cinta yang tertinggi.

Cinta adalah aktivitas, kerja, usaha, memberi dan diberi. Kita wajib mencintai orangtua kita, karena mereka telah mengandung, mengasuh, mengasih, memelihara kita sejak kecil hingga dewasa.

Kita wajib mencintai Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, karena beliau telah memberikan seluruh cintanya demi kita umatnya agar tidak tersesat hidup mengikuti hawa nafsu. Mencintai sosoknya yang mulia, membalas cintanya dengan segenap usia kita, takkan pernah setara dengan besarnya cintanya kepada kita seluruh umatnya.

Kita wajib mencintai Allah Pemilik alam semesta. Karena Allahlah, yang memberi kita kehidupan. Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang memberi kita segala yang kita butuhkan, seluruh kenikmatan yang kita miliki dan kesempatan untuk hidup hingga detik ini, tidak datang begitu saja tanpa izin dari-Nya.

Dalam kitab Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah yang berjudul asli Min Miqawimat Nafsiyah Islamiyah disebutkan bahwa tanda cinta adalah taat. Mencinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya.

Oleh karenanya, tak ada cinta dalam maksiat. Aktivitas maksiat bukan tanda cinta. Seperti ayah yang mengaku mencintai keluarganya, tapi menafkahi orang yang dicinta dengan korupsi, mencuri uang rakyat. Jelas dia hanya merusak diri dan orang lain. Menyakiti keluarganya sendiri.

Atau kasus lain, seorang suami berstatus Muslim. Muslimnya sejak nenek moyang. Tidak suka istrinya berkerudung karena bukan tren zaman ini. Lantas menghalangi. Maka tidak bisa dikatakan dia mencintai sang istri. Dia sedang mendorong istrinya ke dalam api neraka yang menyala. Ini bukan cinta. Tapi tindakan benci. Terlepas atau tidaknya suami terhadap hukum Ilahi.

Apalagi perasaan tergila-gila bersebab ambisi memiliki. Seperti kisah cintanya Romeo dan Juliet. Persis semisal cintanya Qais kepada Layla. Yang terkenal dengan kisah Layla Majnun. Namanya juga majnun dalam literat bermakna gila. Maka bagaimana bisa disebut cinta?

Hakikat cinta adalah saling mengasihi. Saling menjaga dan melindungi. Nilainya tinggi. Setinggi pemilik cinta tempat segala cinta suci bertahta. Dialah Allah Subhanahu Wa Ta'aala. Tempat cinta bermula dan kembali bermuara. Cinta ini hanya dimiliki oleh mereka yang memahami makna cinta yang sebenarnya, bukan mereka yang terjebak oleh kecintaan semu perhiasan dunia. Pada wanita, anak, dan harta. Cinta itu, hanya kesenangan memperdaya.

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Dan, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS at-Taubah [9]: 24).

Wallahua'lam.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Mengetuk Pintu Surga Terbaik (Awsath al-Bâb)
Next
Lembah Kelam Menghantui Anak Negeri
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram