"Mengikuti tantangan menulis yang diadakan di media sosial bisa dijadikan sebagai ajang meng-upgrade diri. Selain itu, skill yang bisa juga dicoba adalah belajar design poster dakwah, editing foto, dan lain-lain sebagai pendukung dalam menulis."
Oleh. Wening Cahyani
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Meningkatkan kualitas diri merupakan suatu keniscayaan. Namun, kadang-kadang kita sudah merasa puas dengan kemampuan yang sudah dimiliki. Kemudian kita berhenti belajar karena sudah merasa banyak yang dipelajari. Apabila ia merasa cukup dalam menimba ilmu dan pengetahuan maka saat itulah ia berhenti untuk tumbuh dan berkembang.
Upgrading adalah naik tingkatan dengan upaya mempelajari lebih dalam daripada yang sudah kita tulis. Upgrading tidak hanya menjadi berkualitas dan produktif, tapi menjadikan hidup tidak monoton. Sehingga, upgrading diri ini penting untuk kreatifitas dalam menulis, menajamkan cara menulis, dan meningkatkan kuantitas tulisan baik fiksi maupun nonfiksi.
Tidak dimungkiri, hambatan dalam upgrading diri itu pasti ditemui dan membuat kita tertinggal dari yang lain. Teman-teman yang lain sudah berkarya dengan banyak tulisan tetapi kita masih jalan di tempat dan belum maksimal. Tahu-tahu mereka sudah membuat buku antologi. Tahu-tahu mereka sudah membuat buku solo. Sedangkan kita, satu tulisan opini pun belum kelar-kelar.
Secara alami saat ingin meraih kebaikan termasuk dalam menulis, kita akan mengalami hambatan-hambatan . Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi adalah:
- Pendek berpikir
Secara qadha, kemampuan orang berbeda-beda dalam proses berpikirnya dan berpengaruh pada saat menulis. Berpikir itu proses mengaitkan apa yang diindra dengan ilmu atau penegtahuan yang telah dimiliki. Kurang cepat dalam merespons dan menuangkan dalam tulisan bisa menjadi hambatan sehingga membuat kita kendor, minder dalam menulis. - Ilmu masih sedikit/terbatas tapi sudah merasa cukup
Menulis membutuhkan pengetahuan untuk memberikan solusi. Akan tetapi, merasa sudah cukup terhadap apa yang dimiliki menjadi penghambat besar dan harus segera dihancurkan. Merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki ini merupakan salah satu kesombongan dalam pengetahuan. - Belum sukses dan sempurna dalam menulis kadang membuat patah semangat dan tidak menulis
Keberhasilan menjadi penulis sukses dan sempurna tentu sesuatu yang berat karena tidak ada yang sempurna kecuali milik Allah Swt. Namun, tulisannya yang tak kunjung bagus bisa mengantarkan pada keputusasaan dan menyerah. - Penyakit malas
Semangat yang fluktuatif bisa menerpa siapa saja. Penyakit malas ini memang penyakit kambuhan. Jika tidak diobati, bisa menggerogoti semangat menulis. Jika rasa malas dituruti, maka akan terus-menerus menjadi malas bahkan menjadi kebiasaan dan pasti akan menjadi penghalang meng-upgrade diri.
Sadarkah kita terhadap hambatan-hambatan ini? Kesadaran terhadap hambatan-hambatan ini menjadi tenaga pendorong positif untuk upgrading diri. Sehingga kita tidak seperti katak dalam tempurung atau menjadi orang yang merasa tahu segalanya dan merasa cukup dengan kondisi sekarang.
Kondisi seperti ini tentu tidak kita biarkan berlarut-larut. Adapun upaya upgrading yang bisa dilakukan dengan cara:
- Pahami untuk apa kita menulis
Niat merupakan pondasi awal melakukan sesuatu termasuk dalam menulis. Niat untuk Allah Swt. dan kemuliaan Islam saja kita tancapkan dalam diri. Niat saja tidak cukup tapi diiring tekad yang kuat untuk menulis. Menulis sebagai upaya memanfaakan waktu sebagai modal hidup kita. - Selalu menulis.
Sebagaimana rumus dari Kuntowijoyo dalam menulis itu adalah 6M (menulis menulis menulis menulis menulis menulis). Dikarenakan niat upgrading diri adalah untuk menulis yang lebih baik maka aktivitas menulis harus terus dilakukan. Semakin sering menulis apalagi disertai ilmu menulis, lambat laun peningkatan itu akan terlihat. Meski tidak dalam hitungan sehari dua hari tetapi bisa mingguan, bulanan bahkan tahunan baru kita lihat perbedaan tulisan-tulisan kita. - Membaca buku
Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku kita akan mendapat pengetahuan dan hal-hal baru baik kosakata, PUEBI maupun ilmu-ilmu berkaitan dengan kepenulisan lainnya. Selain itu aktivitas membaca ibarat mengonsumsi makanan tiap hari untuk menambah nutrisi. Kemudian dengan membaca akan membantu meningkatkan konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan komunikasi. - Menulis daftar goals yang harus diselesaikan.
Adapun manfaat dari menulis goals ini adalah waktu akan terprogram dengan baik untuk menyelesaikan tulisan kita. Goals seperti itu akan terukur tiap waktu tercapai sesuai target atau tidak selesainya. Dengan demikian, kita tidak mengandalkan motivasi dalam menulis karena ia bisa naik bisa turun. Menulis tidak menunggu mood ada atau tidak. Jika sudah punya goals, mood atau tidak, tulisan harus selesai sesuai target waktu. Ketika ada goals dan target, maka menjaga kestabilan semangat dan pikiran yang “dipaksa” untuk mampu mencapai goals tepat waktu. - Menantang diri sendiri melakukan keterampilan baru yang belum dicoba
Jika biasanya menulis yang pendek (curahan hati) atau rubrik surat pembaca, beranjak ke tulisan yang lebih panjang seperti tulisan opini singkat, opini atau yang lain. Kemudian mencoba jenis tulisan yang lain, seperti cerpen, motivasi, dan lain-lain. Mengikuti tantangan menulis yang diadakan di media sosial bisa dijadikan sebagai ajang meng-upgrade diri. Selain itu, skill yang bisa juga dicoba adalah belajar design poster dakwah, editing foto, dan lain-lain untuk mendukung dalam menulis. - Mengelilingi orang-orang yang memiliki tujuan sama atau berada dalam komunitas penulis untuk merawat semangat dan motivasi. Melalui obrolan dan sharing materi pasti akan sangat memberikan manfaat yang besar untuk proses perubahan ke arah yang lebih baik dalam menulis.
- Berdoa kepada Allah Swt.
Agar dimudahkan dalam meng-updgrade diri. Doa merupakan ikatan tali seorang hamba kepada Allah Swt. Zat yang memampukan kita dalam segala hal. Sehingga apa pun yang kita capai semua kareana atas izin-Nya. Tanpa Dia, kita bukan apa-apa dan siapa-siapa.
Meng-upgrade diri dalam menulis akan menjadikan kita menghargai waktu sebaik-baiknya. Meskipun hasil ada di tangan Allah Swt., tapi pasti akan tampak dari tulisan-tulisan yang kita lahirkan dari waktu ke waktu. Peningkatan hasil tulisan kita kemungkinan bukan lagi jangka waktu harian melainkan mingguan, bulanan bahkan tahunan. Menulis bukan semata-mata bakat melainkan dari komitmen dan kegigihan melatihnya. So, yakin masih stay di tempat?
“… Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mengubah diri mereka sendiri.” (TQS. Ar-Ra’du[13]: 11)
Wallahu a’lam bish shawab[]