Sakit kita, lelah kita, atau apa pun ketidaknyamanan yang kita rasakan, semuanya adalah wujud kasih sayang Allah pada kita yang berlumur dosa. Allah uji kita dengan sakit dan hal-hal lain yang tidak menyenangkan. Ketika kita rida menjalaninya, maka wasilah pintu ampunan dan penghapus dosa bagi kita terbuka lebar.
Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasIpost.com-Satu… Dua… Tiga…
Tanpa terasa, pandemi sudah memasuki tahun ketiganya. “Umur” yang terbilang lama untuk sebuah wabah yang menjangkiti dunia. Bahkan umurnya mengalahkan umur bayi yang banyak sekali baru lahir dan hanya mampu bertahan beberapa jam saja. Entah sudah berapa orang terkasih, tersayang, sejawat, kolega kita yang gugur dalam pandemi ini sejak kehadirannya.
Di negeri tercinta, pandemi yang masuk tahun ketiga pun ternyata membawa episode baru gelombang ketiga, melanjutkan dua gelombang sebelumnya yang menumbangkan banyak nyawa. Lamanya pandemi ini membuat masyarakat mulai lupa bahwa pandemi belum berakhir. Kabar tentang tingkat keparahan gelombang ketiga yang berada di bawah gelombang kedua juga tak sedikit membuat orang-orang meremehkannya dan lalai untuk menjalankan ikhtiar menjaga diri dan keluarga.
Sakit. Seberapa pun ringannya gejala yang dirasakan seseorang, entah itu Covid-19, varian apa pun itu, ataupun penyakit-penyakit lain yang “receh” seperti batuk dan pilek, semuanya tetap tak enak. Sakitnya seseorang meski bergejela ringan akan bisa menghalangi seseorang dari aktivitas rutinnya untuk bekerja, belajar, beribadah, dll. Hal ini karena badan akan menuntut haknya untuk direhatkan sejenak dari hiruk pikuk rutinitas demi memulihkan kondisi menjadi lebih baik.
Sakit juga melelahkan. Apatahlagi yang dengan sakitnya itu membuat seseorang harus menginap di rumah sakit, ditusuk jarum suntik dan infus, dipasangkan kateter, juga harus meminum berbagai macam obat-obatan. Semuanya melelahkan, tak ada yang tak melelahkan.
Meski demikian, orang yang sedang diuji sakit tak sepatutnya disugesti dengan pernyataan semacam itu. Karena yang mereka perlukan justru adalah penguatan, motivasi, dan semangat untuk menguatkan mereka melalui masa-masa yang melelahkan itu. Ketika berbicara soal ini, maka sungguh sabda Baginda Nabi saw. adalah sebaik-baik penyemangat bagi mereka yang sedang sakit. Hal itu pulalah yang beliau sampaikan kepada sahabat-sahabatnya yang ditimpa penyakit, atau bahkan yang terluka parah setelah berjibaku dalam medan jihad.
Beliau saw. telah bersabda dalam hadis muttafaq ‘alaih,
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus-menerus), rasa lelah, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena hilangnya sesuatu), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis yang sangat singkat, namun bagi jiwa-jiwa yang lelah karena menahan ketidaknyamanan akibat sakit, perkataan mulia Baginda Rasulullah saw. tersebut layaknya sebuah oase di padang pasir. Bahkan beliau menyebut tentang ini bukan hanya dalam satu hadis saja, namun di beberapa hadis yang lain. Dengan matan atau redaksi hadis yang berbeda, beliau bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Tidaklah seorang muslim tertimpa oleh sesuatu yang tidak menyenangkan, sakit ataupun yang lain, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dan dosanya akan berguguran sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Kemuliaan lisan beliau yang membalut wahyu dengan bahasa yang kita pahami, memberikan arti tersendiri bagi siapa pun yang mendengar atau membaca hadis beliau. Analogi yang beliau gunakan untuk menjelaskan seperti apa dosa-dosa yang gugur di kala sakit ataupun lelah sangatlah menggugah hati dan menenteramkan jiwa.
Sakit kita, lelah kita, atau apa pun ketidaknyamanan yang kita rasakan, semuanya adalah wujud kasih sayang Allah pada kita yang berlumur dosa ini. Karena Allah menyayangi kita, maka Ia uji kita dengan sakit dan hal-hal lain yang tidak menyenangkan, yang dengan kesabaran serta keridaan kita menjalaninya, maka Allah jadikan itu semua wasilah pintu ampunan dan penghapus dosa bagi kita terbuka lebar.
Oleh karenanya, siapa pun yang sedang dilanda ujian berupa sakit ataupun kelelahan akibat mengurus orang-orang yang sakit, ketahuilah bahwa Allah sedang ingin menyucikan dirimu dari berbagai alpa dan khilaf yang tertegak di masa sehatmu. Wallahu a’lam bisshawwab.[]
bersabar saat diuji sakit, berharap Allah Swt mengampuni..