"Inilah alasan lahirnya sosok muslimah-muslimah tangguh di berbagai belahan bumi nonmuslim. Mereka yang minoritas rela mengorbankan apa pun demi mempertahankan jilbabnya. Tak rela menuai siksa karena menukar kenikmatan akhirat dengan memenuhi hawa nafsu sesaat. Mereka tetap teguh walau ejekan, bully-an hingga intimidasi harus mereka rasakan."
Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Jagat maya sudah tidak asing lagi dengan nama Muskaan Khan, mahasiswi 19 tahun asal Karnataka selatan India. Videonya yang sedang dirundung puluhan pria yang mengintimidasinya viral di media sosial. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap larangan berjilbab karena keteguhannya mempertahankan kerudungnya di tengah sejumlah ektremis Hindu yang bersikap jahat.
Di tengah ingar bingar dunia yang dipenuhi obsesi demi meraih kepuasan batiniah, memenuhi hawa nafsu yang kerdil, berapa banyak kita temui sosok muslimah seperti Muskaan Khan, ini? Tentunya sedikit sekali. Sulit ditemui. Karenanya, kisah viralnya Muskaan Khan dalam mempertahankan jilbabnya, di tengah kerasnya penolakan hijab di sana, membuka mata kita. Ya, ternyata masih ada muslimah yang menghargai dan tak mau melepas hijabnya, walau konsekuensi berat ada di hadapannya.
Dalam hal ini, sepertinya kita wajib belajar dan mencontoh Muskaan Khan. Terlebih bagi kita yang masih menganggap sepele syariat jilbab. Khususnya yang masih sibuk menjilbabkan hati, tapi lupa menutup kepala dan badan. Berpakaian masih saja kurang bahan. Tentunya ini penting sekali. Mengingat hijab adalah tanda pengenal bagi wanita muslimah yang statusnya fardu ain bagi setiap pribadi muslimah itu sendiri.
Baiklah, sedikit kita refresh ingatan kita. Terlampau sering abai jadinya kita lupa. Bahwa hijab bukan sekadar fashion dengan label muslimah di atasnya, namun jilbab adalah bagian dari syariat Islam yang diwajibkan atas setiap pribadi muslimah. Bagi yang sudah balig, maka haram baginya membuka jilbab saat dia keluar dari rumahnya. Perintah ini tertuang dalam Al-Qur'an di surah Al-Ahzab ayat 59.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Namun sayangnya, banyak muslimah mengganggap sepele persoalan ini. Tanpa dipaksa atau pun di-bully, ia suka rela melepaskan hijabnya sendiri. Dikiranya jilbab itu syariat musiman yang bisa dipakai sewaktu-waktu. Boleh dibuka dan dipakai sesuka hati sesuai tempat dan kondisi.
Karenanya, sebagian muslimah berpikir hal itu bukanlah dosa. Padahal kenyataannya, menanggalkan jilbab adalah sama dengan bentuk kemaksiatan lainnya, sama-sama bentuk tindakan tercela yang dibenci oleh Allah Swt. Jadi, jelas tindakan ini bukan tindakan biasa yang bisa ditoleransi. Sebagaimana kemaksiatan lainnya seperti meninggalkan salat, mencuri, dan memakan harta anak yatim. Perintah berhijab pun telah jelas status kewajibannya. Termaktub dalam Al-Qur'an yang mulia. Sehingga tidak boleh ada yang meragukannya.
Kita tak mungkin menghargai jilbab sebagai lambang kehormatan, jika kita tidak menyadari esensi dari kewajiban hijab itu sendiri. Berpikir ala feminis yang sukanya mendiskreditkan ajaran Islam, takkan mampu membawa kita ke taraf berpikir amik (mendalam) tentang betapa pentingnya menegakkan syariat terkait pakaian, ini.
Padahal, jilbab adalah hak kita. Harga diri dan kehormatan kaum muslimah. Lambang dan status/identitas keislaman di hadapan dunia, pun di hadapan Allah Swt. Kita bisa saja mengaku muslimah di hadapan semesta. Namun, tanpa menghargai jilbab dan menjadikannya sebagai lambang kehormatan, maka tak menutup kemungkinan status muslimah tersebut menjadi ungkapan penuh kepalsuan.
Seperti halnya orang-orang yang menyepelekan syariat jilbab yang kemudian Allah kumpulkan di hari akhir menjadi penghuni neraka dengan kepala seperti punuk unta yang miring. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا.
"Ada dua golongan ahli neraka yang aku belum pernah melihatnya. Pertama. golongan yang membawa cambuk yang seperti ekor sapi di mana dengan cambuk tersebut mereka mencambuki orang-orang. Kedua, golongan perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, yang cenderung (tidak taat kepada Allah) dan mengajarkan orang lain untuk meniru perbuatan mereka. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring, dan mereka tidak akan masuk surga dan tidak mencium baunya. Padahal sungguh bau surga akan tercium dari jarak perjalanan seperti ini seperti ini (jarak yang jauh)." (H.R. Muslim)
Inilah alasan lahirnya sosok muslimah-muslimah tangguh di berbagai belahan bumi nonmuslim. Mereka yang minoritas rela mengorbankan apa pun demi mempertahankan jilbabnya. Semata karena ketakwaannya kepada Allah Azza wa Jalla. Tak ingin menjadi pendosa di hadapan Rabb mereka. Tak rela menuai siksa karena menukar kenikmatan akhirat dengan memenuhi hawa nafsu sesaat. Mereka tetap teguh berdiri atas keyakinannya walau ejekan, bully-an hingga intimidasi harus mereka rasakan.
Inilah yang dilakukan oleh Muskaan Khan. Saat ia diwawancarai BBC ia mengatakan, "Yang saya inginkan hanyalah membela hak dan pendidikan saya."
Ya, Muskaan telah membela haknya dengan mempertahankan jilbab sebagai status muslimahnya. Baginya, hijab adalah haknya dan memang begitulah adanya. Lantas jika dibandingkan dengan kita, atas dasar apa kita melepaskan hijab kita? Apakah hal tersebut pun menjadi hak kita? Suka-suka kita? Kenapa pemikiran kita berbeda dengan Muskaan? Apa karena Muskaan terlalu kolot atau pemikiran kita yang terlalu bablas?
Selanjutnya, kepada BBC Muskaan juga menyampaikan ,"Ya, saya memang berteriak Allahu Akbar. Ketika saya takut, saya memanggil Allah dan itu memberi saya kekuatan."
Terkait hal ini, kira-kira siapa yang akan kita panggil saat kita berada di posisi terpojok karena ide feminis yang kita banggakan lambat laun mulai ditinggalkan? Apakah kita akan tetap menuduh kadrun orang-orang yang memilih taat dan berhenti mengumbar aurat? Coba tanyakan pada diri, berandailah kita di posisi yang tersulit. Kepada siapa kita meminta bantuan, siapa yang akan dimintai pertolongan?
Jika kita masih berpikir bahwa Allah adalah satu-satunya tempat berlindung dan tempat untuk dimintai pertolongan, maka mulailah berbenah! Perbaiki akidah dan apa-apa yang rusak serta bengkok selama ini, baik pemikiran ataupun tingkah laku. Belalah hakmu di hadapan dunia. Dengan menegakkan amar makruf nahi mungkar. Perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri. Sebagai hamba Allah Swt. itulah hak yang wajib kita penuhi.
Wallahu'alam…[]
Photo : BBC