"Hikmah dari sebuah ujian sejatinya adalah untuk membuat kita semakin bertakarub kepada-Nya. Semua itu menjadi bukti sejauh mana ketawakalan, keikhlasan, dan kesabaran hadir di dalam diri. Apakah kita sudah menggantungkan semua urusan dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya saja?"
Oleh. Annisa Fauziah, S.Si.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Apakah yang tebersit di dalam pikiran kita saat mendengar kata “ujian”? Mayoritas masyarakat biasanya mengidentikkan ujian dengan kesulitan dan kesedihan. Alhasil, respons yang muncul dari diri kita saat diuji adalah tangisan. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan tangisan, tetapi yang harus dibenahi adalah perspektif kita tentang ujian.
Ujian sejatinya bukanlah identik dengan orang-orang yang hidupnya senantiasa diliputi kesulitan. Sebab, ujian bisa saja datang bersama dengan kebahagiaan yang kita rasakan. Apakah kita bisa menjamin bahwa rumah mewah tiga lantai, mobil sport keluaran terbaru, hingga investasi properti yang kita miliki bukanlah sebuah ujian?
Ayat Al-Qur’an surah Al-Anbiya: 35 sesungguhnya bisa menjadi sebuah refleksi. Allah Swt. berfirman: “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” Setelah menyimak ayat ini, apakah kita masih mengira bahwa apa yang ada di hadapan kita saat ini bukanlah sebuah ujian?
Ketika manusia hidup di dunia sejatinya ia tidak akan terlepas dari ujian yang diberikan Allah Swt. Kita sering mendeskripsikan ujian dengan sesuatu yang membawa kepada kesulitan. Padahal, Allah Swt. bisa menguji kita dengan kesenangan. Bahkan, perhiasan dunia berupa harta dan jabatan pun adalah sebuah ujian.
Artinya, Allah Swt. menguji manusia untuk mengetahui siapa saja yang senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan dan bersabar atas segala kesulitan yang dihadapi. Semua itu semata-mata untuk mengecek manusia yang paling baik amalnya.
Jika sudah memahami sudut pandang ini, apakah layak jika kita menghabiskan waktu dengan berkeluh kesah? Bukankah Allah Swt. memberikan banyak peluang pahala atas kesabaran yang kita miliki bersama dengan ujian yang dihadapi?
Dengan demikian, saat kita diuji tidak ada pilihan selain dengan bersabar atas ujian yang Allah Swt. berikan. Bersabar bukanlah sikap meratapi nasib sambil berdiam diri. Namun, bersabar adalah sikap mengoptimalkan berbagai ikhtiar demi meraih keridaan-Nya. Maka, jika kita sudah mengaku beriman, apa sikap yang harus dimiliki saat ujian datang menghampiri?
Sikap menerima atas segala ketetapan Allah Swt. menjadi bagian dari keimanan kita. Oleh karena itu, tidak boleh hadir dalam diri seorang muslim sikap menyalahkan keadaan. Namun, sebaliknya ia harus fokus dan berpegang teguh dalam kebenaran serta berikhtiar untuk mencari solusi.
Salah satu ayat yang bisa menjadi penguat bagi kita, yaitu surah Al-Insyirah ayat 5-6 yang artinya, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
Ayat di atas menjadi pengingat bahwasannya dalam setiap kesulitan yang dihadapi, Allah Swt. senantiasa memberikan kemudahan yang akan menghantarkan kita kepada solusi. Namun, sudahkah kita melayakkan diri untuk mendapat pertolongan dan ampunan dari-Nya?
Jika masih sering mengandalkan pada kekuatan diri sendiri, maka kita harus bermuhasabah. Sebab, manusia sejatinya adalah makhluk yang lemah dan terbatas serta tidak ada daya upaya kecuali atas kekuatan dari-Nya.
Ujian kehidupan semakin melatih kesabaran dan kesyukuran setiap insan. Misalnya, saat orang terdekat yang dicintai diuji dengan sakit. Apa yang kita rasakan? Tentu kita akan merasa iba dan ingin segera melihatnya sehat kembali. Namun, Allah Swt. justru memberikan besarnya peluang pahala saat ujian sakit itu datang menghampiri.
Siapa yang tak ingin jika dosa-dosanya berguguran? Maka, Allah Swt. menunjukkan kasih sayangnya dengan ujian sakit. Saat kita berada di titik terlemah hingga merasa tak ada tempat untuk mengadu, sejatinya Allah Swt. sedang menunjuki kita agar kembali kepada-Nya. Bukankah tak ada satu makhluk pun yang bisa kita jadikan sebagai tempat bergantung?
Saat menjalani semua ujian kehidupan ini, tentu banyak air mata dan kesedihan yang dirasakan. Namun, ketika kita mengembalikan semua urusan ini kepada-Nya maka Allah Swt. berikan jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka. Oleh karena itu, tawakal dalam menjalani ujian ini sangat bergantung pada keimanan dan ketakwaan yang kita miliki.
Ketika kita menerima setiap ketetapan Allah Swt. dan senantiasa husnuzan kepada-Nya, maka Allah Swt. limpahkan hikmah kebaikan. Oleh karena itu, bagi seorang muslim baik kondisi senang maupun sedih, semua itu adalah kebaikan baginya. Sebab, semua itu adalah peluang untuk mendapatkan ampunan dan pahala. Bukankah yang kita cari di dunia ini hanyalah rida dari-Nya saja?
"Hikmah dari sebuah ujian sejatinya adalah untuk membuat kita semakin bertakarub kepada-Nya. Semua itu menjadi bukti sejauh mana ketawakalan, keikhlasan, dan kesabaran hadir di dalam diri. Apakah kita sudah menggantungkan semua urusan dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya saja? Mari insyafi agar kita bisa menyadari bahwa hanya kepada Allah Swt. saja kita harus berlari."[]