“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”(TQS. Al-Baqarah: 153)
Oleh: Ummu Zhafira (Ibu pegiat literasi)
NarasiPost.com - Sabar itu ada batasnya. Sebuah kalimat yang mungkin sering kita dengar atau bahkan kita ucapkan. Tapi apakah benar kesabaran itu berbatas? Atau justru seharusnya kesabaran seorang muslimah itu tanpa batas?
Hidup dalam kubangan sistem sekular kapitalisme memang sering membuat kesabaran itu raib dari tempatnya. Kewarasan para ibu dalam sistem ini sering kali tergadaikan. Kerusakan sistem buatan manusia berulang kali membuat fitrahnya tercerabut menyisakan kepiluan yang tak bertepi.
Lihat saja berapa banyak kasus kematian balita di tangan ibu kandungnya. Tersebab pembelajaran daring, membuat ibu mengeluarkan gigi taring. Tak hanya melukai dengan kata, tapi juga menghilangkan nyawa buah hatinya.
Himpitan ekonomi yang kian sulit juga kerap kali menjadi alasan. Keutuhan rumah tangga dipertaruhkan saat suami tak mampu mengabulkan keinginan dan memenuhi segala kebutuhan.
Apalagi ketika seorang ibu mendedikasikan dirinya sebagai seorang pengemban dakwah. Sudahlah ia bertanggungjawab sebagai ibu dan pengatur rumah tangganya, ia juga harus berperan menjadi madrasatul ula bagi anak-anaknya. Selain tugas utamanya itu, iapun harus mengambil peran mendidik umat, berdakwah menyampaikan kebenaran agar umat sadar dan kembali kepada hukum-hukum Allah yang mulia. Kadang kala ia juga harus memaksa diri berjibaku dengan waktu dalam mencari nafkah, membantu suaminya.
Itu semua membuatnya sering merasa cepat lelah. Tanpa disadarinya ujian-ujian hidup yang menghampiri membuatnya melemah. Kadang kala ia justru jauh dari Rabb-Nya. Lalu kemudian amanah-amanah itu tak terselesaikan karena tertumpuk dengan beban-beban kehidupan yang lainnya. Nauzubillah.
Dia tak akan mampu bertahan kecuali dengan kekuatan iman. Keyakinan bahwa Allah bersamanya akan senantiasa membuatnya dalam kesabaran. Sabar dalam menjalani kehidupan rumah tangganya, sabar dalam mendidik buah hatinya menjadi manusia yang taat, sabar melaksanakan setiap amanah dakwah yang Allah bebankan dan sabar menghadapi setiap ujian yang kapan saja Allah datangkan untuknya. Sabar menjalani hidup di atas janji Allah, jalan kebenaran. Karena dia yakin, Allah bersamanya. Karena dia yakin surga balasannya.
Allah Swt. Berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (TQS. Al-Baqarah: 153)
Allah Swt. Juga berfirman, “Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl:96)
Dengan keyakinan ini, ia tak lagi butuh tips dan trik bagaimana menjaga kewarasan, karena yang dia butuh hanyalah mempercantik kesabaran. Dia akan terus berupaya untuk memperbaiki kualitas diri dengan ilmu, menyegerakan kewajiban-kewajiban yang diemban dengan sepenuh hati sebab rida Allah menanti. Siapakah ibu pengemban dakwah yang senantiasa mempercantik kesabarannya itu kalau bukan kita?
Wallahua'lam bishowab.
Picture Source by Google