Waspada Saat Futur Mendera

Waspada saat futur mendera

Saat futur mendera, semangat berbuat kebaikan melemah bahkan anjlok dan bisa menjatuhkan manusia pada titik paling rendah, jika tidak segera kita sadari dan bangkit untuk kembali membangun dan menata hati.

Oleh. Siti Habibiyah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Manusia adalah makhluk yang lemah, memiliki hati yang mudah berbolak-balik, meskipun banyak keistimewaan melekat pada dirinya. Tidak ada manusia yang memiliki kesempurnaan dan keteguhan hati selain manusia sempurna. Beliaulah Nabi Muhammad saw. 

Salah satu bentuk kelemahan manusia adalah sulitnya mengendalikan hati. Setiap orang pasti pernah merasakanbagaimana hati mudah berubah, tak terkecuali pada orang yang dipandang telah memiliki keimanan yang kuat sekalipun. Futur adalah bagian dari perubahan itu. Futur adalah rasa malas, menunda, lambat setelah bersemangat, tidak bergairah dalam  kebaikan (Al Futur, Maddzohir Asbab Ilaj, Hal. 22).

Saat futur mendera, semangat berbuat kebaikan melemah bahkan anjlok dan bisa menjatuhkan manusia pada titik paling rendah, jika tidak segera kita sadari dan bangkit untuk kembali membangun dan menata hati. Kondisi seperti ini tidak terelakkan, karena nabi telah menyebutkan dalam hadis yang artinya, “Setiap amalan ada masa bersemangat dalam melakukannya dan setiap masa bersemangat ada waktunya melemah.” (HR. Ahmad disahihkan Albani)

Sebagai wanita dengan segala hak dan kewajiban serta peran dan aktivitasnya di tengah keluarga, masyarakat, lingkungan kerjanya, hingga di tengah aktivitas dakwahnya, tak jarang mengalami kondisi ini. Saat menjalankan ibadah sebatas yang wajib saja, malas melakukan ibadah sunah. Saat tiba-tiba muncul perasaan lebih menuruti hawa nafsu, mulai melepas aktivitas yang ada ikatan ibadah.

Dari hal ringan seperti mulai malas sekadar menyebar buletin dakwah, malas mengikuti kajian-kajian online, datang kajian sebatas menggugurkan kewajiban tanpa persiapan dan adanya niat yang sungguh-sungguh, mulai jarang melakukan ibadah sunah seperti salat hajat, salat tahajud, malas berdoa, serta malas melakukan ibadah sunah lainnya. Dan akhirnya mulai terbiasa dengan aktivitas yang menyenangkan hawa nafsu. Mencari pembelaan diri dan mengatakan jika aku tak melakukan hal-hal itu juga tidak apa-apa, aku masih bisa mencari atau melakukan ibadah lain yang sesuai dengan kemauan dan  kesenanganku. Seolah ingin keluar dari rutinitas dakwah yang mulai dianggap melelahkan dan menjemukan. 

Atau sempat berpikir lebih memilih berada di zona aman, yaitu bersibuk-sibuk pada urusan duniawi yang lebih menyenangkan. Berbeda dengan aktivitas dakwah yang dituntut loyalitas dalam banyak hal, ada keterikatan aktivitas dengan aturan ketetapan Allah Swt. Sungguh, dibutuhkan kesabaran dan kekuatan ekstra untuk bisa istikamah dalam ketaatan kepada aturan Allah. 

Ingat, futur merupakan sikap yang wajib diwaspadai, karena futur menjadi langkah pertama setan menjerumuskan orang-orang beriman kepada jalan kemaksiatan. Futur ditandai dengan hadirnya rasa malas, dan keinginan memenuhi hawa nafsunya. Keadaan futur bukan saja semangat berbuat baik yang menurun, tetapi dorongan untuk melakukan kemaksiatan menjadi menguat. Pertahanan menghadapi bisikan setan dan ajakan hawa nafsu menjadi sangat rapuh. 

Alhasil, orang yang sedang dalam keadaan futur, akan mudah takluk oleh godaan dan rayuan setan. Tak mengherankan jika kadang kita jumpai orang yang sudah gigih dalam berbuat kebaikan, memiliki rutinitas aktivitas ibadah, ataupun orang yang sudah bertobat, tetapi beberapa waktu kemudian terperosok lagi dalam keburukan. 

Dalam sejarah Rasulullah, bahaya futur itu telah Allah perlihatkan. Ketika kaum muslimin hijrah ke Habasyah, ada di antara kaum muslimin yang futur hingga sampai murtad dari Islam. Dalam sebuah perang juga terdapat seorang muslim yang gigih dan penuh semangat, namun nabi menghukuminya sebagai penghuni neraka karena ternyata orang tersebut bunuh diri. Saat terluka parah, semangatnya melemah dan setan menggiringnya untuk menusukkan tombak ke perutnya

Lalu, apakah orang yang terlihat alim, tekun beribadah, juga tidak bisa luput dari ancaman futur ini? Apakah futur hanya milik orang-orang yang lemah?

Wahai diriku, sang pemilik hati yang mudah berbolak-balik. Saat kesibukan dan hasrat duniaku kadang begitu memenuhi hari-hariku, sehingga aku mulai lemah dan mudah menyerah pada apa yang sudah aku perjuangkan, yaitu mencapai tujuan menggapai rida Allah di setiap aktivitasku, belajar, dan menyampaikan risalah Allah. Sadarlah dan bangkitlah!

Wahai saudaraku, untuk yang sedang mengalami futur, yuk segera kita bertobat. Bangkit dan bergegas menata hati. Buang dan tinggalkan setiap aktivitas yang memantik timbulnya futur. Kita bangun benteng untuk memperkuat pertahanan hati kita agar tetap istikamah dalam berbuat kebaikan. 

Tanamkan niat dengan ikhlas bahwa setiap apa yang kita lakukan adalah untuk mengharap rida Allah semata. Tetap pegang erat dan bergaullah dengan orang-orang yang saleh. Jangan pernah meninggalkan untuk membaca Al-Quran, karena Al-Qur’an adalah aturan dan petunjuk bagi manusia sehingga bisa mengingat hakikat tujuan kehidupan kita,yaitu akhirat. 

Hindari perbuatan-perbuatan dosa kecil, karena meremehkan dosa kecil akan mengantarkan manusia kepada kubang dosa besar. Banyak bermuhasabah diri, mengingat dosa, dan segera bertobat. Perbanyak berzikir, dan ingatlah selalu dengan kematian. Dengan mengingat kematian akan menjadi benteng dari berbuat maksiat, dan menyadari pada hakikat tujuan hidup yang sejati, yaitu akhirat. Paling utama perbanyak berdoa memohon keteguhan hati dalam ketaatan kepada Allah Swt., karena Allah Zat yang membolak-balikkan hati, maka kepada Allah pula kita mohon keteguhan hati.

Untuk apa yang sudah kita dapatkan, mari kita pertahankan. Tetap istikamah dalam ketaatan. Saat futur mendera, beristigfar, bertobat, dan menata hati untuk kembali bangkit. Tetap erat berpegang tangan dengan teman-teman seiman, untuk saling mengingatkan dan menguatkan. Tetap teguh berada pada barisan, sehingga tetap teguh pada satu tujuan yaitu rida Allah Swt. Semoga Allah mudahkan setiap ikhtiar hamba-Nya untuk berjuang dalam ketaatan.

"Siapa yang semangatnya dalam koridor sunahku, ia sungguh beruntung. Namun, siapa yang sampai futur (malas) hingga keluar dari sunahku, dialah yang binasa." (HR. Ahmad disahihkan Albani).

Wallahu alam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Siti Habibiyah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kekuasaan dan Kepemimpinan
Next
Menyoal Tren Buang Bayi
4.3 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
3 months ago

Penuh nasihat dan motivasi diri. Jazakillah khoyron katsiron, Mbak naskahnya menjadi pengingat diri

Angesti Widadi
3 months ago

yaa Allah kemana ajaa akuu baru tahu ada hadits penyeemangaatttt seperti itu ;"")

Deena
Deena
3 months ago

Saat futur melanda, segera cari obatnya. Jangan dibiarkan hingga berlarut-larut. Punya teman atau circle yang saleh/salihah akan selalu mengingatkan bila kita salah dan menguatkan saat sedang lemah.

Rosmiati
Rosmiati
3 months ago

Masyaallah... jadi terharu. Jadi, teringat masa-masa kuliah yg begitu getol dalam dakwah. Sekarang kok rasanya beda. Semoga Allah Swt. jauhkan dari sifat futur ini. Aamiin

Jazakillah khayr, tulisannya, Mbak.

Raras
Raras
3 months ago

Saat futur mendera, beristigfar, bertobat, dan menata hati untuk kembali bangkit. Tetap erat berpegang tangan dengan teman-teman seiman, untuk saling mengingatkan dan menguatkan. Inilah hikmah berada dalam jamaah

Sartinah
Sartinah
3 months ago

Masyaallah. Sejatinya harus ada peran banyak pihak agar iman tetap terjaga dan tidak mudah futur. Ada peran individu, keluarga, masyarakat/jemaah, hingga negara yang akan menjaga suasana keimanan seseorang.

Yuli Juharini
Yuli Juharini
3 months ago

Ya Allah, aku juga pernah merasakan futur, melihat keadaan teman-teman seperjuangan yang tidak ada lagi di dalam kereta dakwah. Ingin rasanya aku berhenti di stasiun sekuler, tapi .....alhamdulillah itu tidak berlangsung lama, astaghfirullah, langsung tobat. Apa pemicunya? Apa yang memuat semangat lagi? Tidak lain adalah ketika melihat saudara sesama muslim di Palestina, Uighur, Rohingya, India, dan lain-lain. Mereka membutuhkan satu institusi negara yang akan menyelamatkan mereka, dan itu butuh perjuangan dan doa. Suatu hari institusi negara itu pasti akan tegak untuk kedua kalinya tanpa perjuanganku, namun aku ingin ikut andil dalam barisan para pejuang, bukan penonton apalagi penentang. Institusi negara itu adalah Daulah Khilafah ala minhajjinnubuwah.

Firda Umayah
Firda Umayah
3 months ago

Bagi saya, membuat target harian juga bisa membantu mengatasi futur

Wd Mila
Wd Mila
3 months ago

Kontrol jamaah (bergabung dalam kelompok dakwah) dapat menjadi obat di kala futur..

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram