Cedera iman yang terjadi pada para pemuda kita saat ini bukanlah tanpa alasan. Terlebih karena kita semua telah hidup di akhir zaman, zaman di mana fitnah makin banyak bertebaran.
Oleh. Dila Retta
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-“Tak akan sempurna iman kalian, hingga hawa nafsu kalian tunduk terhadap risalah yang saya (Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wasallam) sampaikan.” (HR. Thabrani)
Bukan hanya satu dua kali, sebuah pemberitaan tentang kasus pelecehan seksual pada kalangan pemuda sebagai korban maupun pelaku kian marak terjadi. Tidak hanya menyasar pada pemuda-pemudi “liar” yang jauh dari pengawasan dan tidak cukup memiliki pemahaman agama, namun juga mulai merambah pada sosok pemuda-pemudi “hijrah” yang belum cukup kuat keimanan karena nafsu lebih dominan mengendalikan. Baik pelaku maupun korban yang telah tertangkap basah mengaku khilaf atas perbuatan yang dilakukan, tanpa sebelumnya memikirkan konsekuensi apa yang akan didapatkan.
Inilah mirisnya kondisi pemuda zaman sekarang. Alih-alih memenuhi harapan menjadi pendobrak peradaban menuju kemajuan sebagaimana yang telah digadang-gadangkan, rupanya malah tertinggal jauh di belakang tersebab kemaksiatan yang dilakukan.
Berbagai spekulasi pun muncul di kalangan masyarakat. Beberapa di antara mereka mengatakan kenakalan seperti demikian adalah wajar di kalangan pemuda yang sedang mencari jati dirinya, karena usia muda adalah usia di mana hawa nafsu sedang bergelora. Terlebih di era seperti sekarang, kiblat peradaban mereka adalah apa yang orang-orang Barat lakukan sebagaimana tontonan-tontonan yang sering ditayangkan. Konon, asal mau bertanggung jawab tak masalah.
Beberapa yang lain mengatakan jika hal tersebut adalah penyakit masyarakat yang harus segera diatasi sampai tuntas, karena tidak ingin melihat generasi-generasi penerus krisis moralitas. Sedangkan, beberapa yang lain justru enggan berkomentar karena menganggap pemberitaan tersebut tidak elok jika harus disebarluaskan.
Terlepas dari semua penilaian yang masyarakat katakan, kali ini mari sama-sama kita telaah mengapa masalah-masalah tersebut kian marak terjadi dan masih belum bisa teratasi.
Memahami Hakikat Pemuda dan Masa Pencarian Jati Dirinya
Secara bahasa, pemuda dimaknai sebagai orang muda harapan bangsa. Sedangkan dalam Islam, hakikat makna pemuda berasal dari kata “asy-syabab” yang berarti tumbuh dan awal dari segala sesuatu. Masa-masa pencarian jati diri pemuda biasanya terjadi pada usia 12-18 tahun. Pada usia tersebutlah mereka mulai memikirkan apa tujuan hidupnya, mulai memiliki dorongan seksual tapi sangat labil dalam mengelola emosi, mereka mulai menunjukkan eksistensi diri dengan meniru tokoh-tokoh yang menjadi idolanya, dan di usia ini pula mereka amat membutuhkan peranan dari orang-orang di lingkungan sekitar namun tidak ingin dikekang.
Permasalahan Pemuda dan Sebabnya
Dunia luar yang dijelajahi dalam mencari jati diri memang tidak seindah khayalan. Beberapa hal terjadi di luar dugaan mereka tanpa pengalaman sebelumnya, beberapa orang yang ditemui pun tidak semua memberikan arahan namun ada pula yang menjerumuskan. Maka tidak heran jika dalam usianya, banyak sekali permasalahan yang dialami dan menyebabkan mereka kehilangan jati diri. Dan jika kita melihat realitas yang terjadi saat ini, memang tidak sedikit kasus permasalahan mulai dari kriminal hingga seksual terjadi di kalangan pemuda. Selain karena tidak cukup memiliki pengetahuan dan pengalaman, dampak dari era globalisasi dengan konsep sekular-liberal di dalamnya memang memuculkan banyak fitnah yang dapat menghancurkan masa depan para pemuda kita.
Permasalahan krisis identitas dan moralitas hingga mencederai keimanan seperti demikian acap kali terjadi sebab beberapa faktor yang memengaruhi, di antaranya:
- Tidak hadirnya peranan orang tua dalam mengarahkan.
Disadari atau tidak, peranan orang tua dalam mendidik anak-anaknya memiliki pengaruh besar karakteristik mereka ketika dewasa. Mulai dari bagaimana cara mereka mengatasi persoalan hingga bagaimana emosinya ketika menghadapi situasi dengan lingkungan sekitar adalah hasil bentukan didikan yang didapatkan dari orang tua.
Mungkin bagi kebanyakan orang tua ada yang berpemikiran bahwa makin besar usia anak, makin berkurang pula tanggung jawab dalam mengawasinya. Bagi mereka, ketika anak-anaknya sudah beranjak remaja, mereka akan dibebaskan dalam memilih dan menjalankan sesuatu karena dipercaya telah dapat membedakan antara benar maupun salah. Padahal seharusnya, pada usia-usia tersebutlah anak harus lebih sering diawasi dan diarahkan agar tidak salah jalan, karena pada usia ini tingkat rasa penasaran anak jauh lebih tinggi.
- Tidak selektif dalam pergaulan dan menentukan idola.
Sebab lain yang menjadi faktor mengapa pemuda-pemuda kita krisis identitas dan moralitas adalah karena tidak selektifnya mereka dalam pergaulan dan menentukan idola. Masih berkaitan dengan perananan orang tua, anak yang tidak diawasi oleh orang tuanya akan sembarangan bergaul dengan siapa pun yang dapat menerima kehadiran dirinya, tanpa memerdulikan apakah terdapat kebaikan pada lingkungan pergaulannya.
Selain pergaulan, sosok-sosok yang mereka idolakan juga memiliki pengaruh sama besar. Jika tidak benar-benar selektif dalam memilih, apa pun kebiasaan yang mereka lakukan pasti turut mereka lakukan.
Inilah sebabnya, Islam sebagai satu-satunya agama yang paripurna telah mengajarkan untuk berhati-hati dalam memilih teman termasuk pula idola, demi menjaga masa depan pemuda-pemudanya.
- Lemahnya kontrol diri akibat minim pengetahuan dan keimanan.
Banyak sekali permasalahan yang terjadi pada kalangan pemuda, karena dalam pemikiran seusianya merasa mereka sudah pintar dan menguasai segalanya hingga enggan mempelajari suatu pengetahuan lebih mendalam, sebab terpengaruh pemikiran-pemikiran sekular-liberal.
Tidak cukup kuatnya fondasi keimanan juga menyebabkan para pemuda kita saat ini mudah terbawa arus peradaban yang menyesatkan. Mereka tidak sadar akan propaganda yang Barat ciptakan untuk menghancurkan pemikiran, dengan iming-iming kebebasan dan kebahagiaan sementara. Satu per satu dari pemuda kita mulai runtuh keimanan dan perlahan mengabaikan aturan ajaran Islam.
Bangsa Barat memang semakin gencar berupaya menghancurkan peradaban Islam dan melemahkan keberadaan pemudanya dengan perlahan, melalui tindakan-tindakan konyol yang dilakukan agar ditirukan hingga memberikan suguhan-suguhan tidak bermoral dengan dalih hiburan. Strategi ini memang sengaja mereka lakukan, karena ketika aturan agama telah dipisahkan jauh dari kehidupan, maka hancurnya sebuah peradaban suatu bangsa hanya tinggal menunggu waktu saja.
- Memiliki permasalahan kondisi mental.
Selain beberapa faktor yang berasal dari eksternal, sebab internal juga dapat memengaruhi, salah satunya adalah karena memiliki permasalahan kondisi mental. Hal ini bisa terjadi akibat salahnya konsep pengasuhan yang didapatkan maupun pernah mengalami suatu peristiwa yang dapat menimbulkan trauma jangka panjang, dan memengaruhi kondisi mentalnya.
Hal seperti ini memang dapat terjadi pada siapa saja, namun tidak dapat disadari begitu saja. Jika tidak benar-benar dapat memahami apa yang terjadi, permasalahannya akan sulit teratasi dan akan menjadi bumerang bagi diri sendiri, maupun ranjau bagi orang lain yang berusaha mendekati.
- Pengaruh dari media
Tidak dapat dimungkiri bahwa saat ini kita sedang hidup di era teknologi dan digitalisasi. Berbagai akses informasi dapat kita jangkau dengan mudah bahkan tanpa batasan di dalamnya. Mungkin hal tersebut memang memiliki dampak positif bagi kehidupan karena dapat memudahkan, namun faktanya tidak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan.
Kerena tidak adanya filter maupun batasan, hal-hal menyimpang banyak bermunculan. Inilah yang kemudian mendorong siapa saja termasuk generasi-generasi pemuda kita turut melakukan apa yang sering ditampilkan.
Kaidah Tanggung Jawab Pendidikan Iman
Bersandar pada iman adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa keteguhan iman, seseorang akan sangat mudah terpengaruh untuk disesatkan karena tidak memiliki pedoman yang mengarahkan. Sebagaimana yang telah tercantumkan pada awal tulisan, sebuah riwayat hadis menjelaskan bahwa tiadalah mungkin sempurna iman seseorang hingga mereka sanggup menundukkan hawa nafsunya untuk mengikuti setiap risalah yang diajarkan oleh Rasul kita.
Adalah sebuah kekeliruan jika orang tua baru berusaha memberikan pendidikan keimanan kepada anak-anaknya ketika mereka beranjak dewasa, karena sejatinya pendidikan membutuhkan pembiasaan sedari dini ketika mereka masih mudah diarahkan. Maka benarlah adanya sebuah ungkapan syair yang mengatakan, “Pendidikan budi pekerti pada masa kecil berguna bagi anak-anak, tetapi setelah dewasa pendidikan itu tiada berguna lagi bagi mereka. Ranting akan lurus jika diluruskan, tapi ketika sudah menjadi kayu maka ia tiada mungkin bisa dibengkokkan.”
Cedera iman yang terjadi pada para pemuda kita saat ini bukanlah tanpa alasan. Terlebih karena kita semua telah hidup di akhir zaman, zaman di mana fitnah makin banyak bertebaran. Maka sudah seharusnya, permasalahan ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Bukan dengan saling menyalahkan atau justru membiarkan dan berpangku tangan, namun dengan melakukan revolusi iman. Tidak cukup pula jika permasalahan seperti ini hanya diatasi dengan menasihati atau melakukan mediasi agar jangan sampai terulangi. Namun lebih dari itu, harus ada hukuman tegas yang mengatur dan memberikan efek jera agar jangan sampai ada yang coba-coba melakukan tindakan melanggar aturan, perbaikan dalam kurikulum pendidikan pun jelas dibutuhkan, bahkan termasuk pula terkait permasalahan hiburan yang ditayangkan harus benar-benar diperhatikan.
Mungkin jika dipikirkan, solusi seperti demikian tidaklah mudah untuk dilakukan. Tapi jika tidak segera merealisasikan sebuah tindakan, maka selama itu pula generasi-generasi muda kita akan mengulangi kesalahan sama. Selama itu pula mereka akan senantiasa mengalami krisis identitas dan moralitas yang menyederai keimanannya dan menghancurkan masa depannya.
Wallahu’alam bishawab. []
Butuh kerjasama semua elemen, baik keluarga, kontrol sosial, dan kontrol negara untuk meminimalisasi terjadinya pelecahan seksual ini.. Dan ini susah dituntaskan dalam demokrasi, yang kebijakannya dibuat berdasarkan nafsu manusia, melegalkan pornoaksi dan pornografi, serta miras.
Butuh kerjasama yang baik antara keluarga, masyarakat dan negara utk menciptakan keimanan yang baik
Banyak hal yang harus diperbaiki agar keimanan seseorang khususnya kalangan remaja bisa stabil dan tidak mudah terbawa arus sekularisme
Memang sangat berat menumbuhkan dan merawat keimanan para pemuda saat ini. Ini juga tak cukup jika hanya peran orang yua semata, harus ada negara yang benar-benar peduli terhadap nasib generasi muda
Pemuda hari ini rapuh imannya, hanya sebagian kecil saja yang tetap kokoh, ini semua harus dibangun pengetahuan agama sebagaimana pemuda zaman kekhilafahan, pada masa perjuangan Muhammad Alfatih dan generasi emas lainnya, dapat mengubah peradaban dunia menjadi maju dalam berfikir. Seiring kemajuan teknologi.