Tak Ada Dusta di Antara Anggota Tubuh Kita

"Dan takutlah kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela) orang lain sedikit pun, tebusan tidak diterima, bantuan tidak berguna baginya, dan mereka tidak ditolong. (TQS. Al-Baqarah [2]: 123)"

Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Akan datang hari mulut dikunci, kata tak ada lagi. Akan tiba masa tak ada suara dari mulut kita. Berkata tangan kita tentang apa yang dilakukannya, berkata kaki kita kemana saja dia melangkah.

Sahabat, penggalan lirik lagu di atas bukan sekadar kiasan. Bukan pula dongeng ataupun cerita rekaan.
Kata-katanya diambil dari salah satu ayat di dalam Al-Qur'an. Ayat tersebut bercerita tentang anggota tubuh manusia yang mampu berkata-kata. Sebuah peristiwa dahsyat yang hanya terjadi kelak di hari kiamat. Maka tidak heran, bila maknanya begitu dalam merasuk ke dalam relung hati. Hanya saja tidak semua manusia mampu menyadari.

Berpikir dengan Akalnya

Sahabat, manusia adalah mahluk Allah Swt. yang paling sempurna. Selain diberi panca indra, dia juga dianugerahi akal untuk berpikir. Dengan akal inilah, manusia mampu membedakan dan menilai sesuatu. Dia akan bisa memilih dan memilah dengan penuh perhitungan. Dengan begitu, manusia mampu mengambil keputusan pada saat melakukan amal perbuatan.
Semua itu tentu tergantung kepada pemahaman yang didapatkan.

Sebagai seorang muslim, panca indra beserta akal yang Allah Swt. anugerahkan kepada manusia seharusnya digunakan untuk menebar kebaikan. Tentu saja semuanya disandarkan kepada aturan Islam. Lisannya digunakan untuk mengajak dan mengingatkan saudaranya agar senantiasa tunduk kepada hukum-hukum Allah Swt. Tangannya digunakan untuk menuliskan dan melukiskan betapa indahnya Islam jika diterapkan. Kakinya digunakan untuk melangkah ke majelis-majelis ilmu untuk bekal dalam menjalani kehidupan.
Manusia yang mau berpikir dengan akalnya pasti akan berusaha untuk menjalankan seluruh amal perbuatan sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Atas Nama Kebebasan

Namun ternyata fakta di tengah-tengah masyarakat justru sebaliknya. Lisan, tangan, dan kaki yang dimiliki tak lagi digunakan untuk hal-hal benar. Semua itu terjadi karena manusia terbelenggu dan terjebak oleh keindahan semu slogan kebebasan.
Kebebasan berpendapat dan bertingkah laku menjadi sandaran nyaman yang melenakan.

Atas nama kebebasan berbicara mereka tidak ragu-ragu untuk menghina, merendahkan, dan melecehkan agamanya.
Tanpa rasa sesal, mereka juga mengunggahnya di media sosial.
Mirisnya yang melakukan hal itu mengaku beragama Islam yang notabene berpredikat sebagai seorang muslim. Sayang, apa yang dikatakannya tidak mencerminkan jati dirinya sebagai orang yang beriman.

Dari kebebasan berbicara yang tidak mengindahkan aturan Islam membuat orang-orang tersebut makin berani menunjukkan kebenciannya terhadap Islam beserta simbol, ajaran, dan para penganutnya. Orang-orang ini telah diracuni oleh pemikiran rusak yang dibungkus sedemikian rupa. Pemikiran rusak tersebut seolah-olah berasal dari Islam. Mereka tidak sadar bahwa hal itu merupakan tipu daya. Tanpa merasa berdosa pemikiran rusak tersebut mereka kampanyekan lewat berbagai acara.

Di balik kampanye tersebut pasti ada tangan-tangan tersembunyi yang diberi ruang dan kesempatan dalam menuangkan ide-ide menyesatkan untuk memengaruhi pola pikir masyarakat. Hal itu dilakukan agar umat mau menerima ide-ide kufur ini tanpa syarat. Ide-ide tersebut dikemas dengan begitu cantik sehingga membuat banyak orang tertarik.
Cara yang dilakukan juga begitu manis maka tidak heran bila banyak orang yang terhipnotis.

Pendukung Ide Kufur

Sahabat, ide-ide kufur yang diembuskan oleh mereka sudah sedemikian parah merasuk ke dalam benak umat muslim. Islam digambarkan sebagai sebuah agama pendatang yang harus beradaptasi dengan budaya lokal. Aturannya yang sempurna dianggap terlalu mengada-ada. Banyak hukum-hukum Islam yang dinilai mengintimidasi. Oleh karena hukum-hukum itu perlu diubah agar tidak melanggar hak asasi. Parahnya lagi ide-ide tersebut diserukan oleh tokoh-tokoh yang berpengaruh dan paham agama. Ide ataupun pemikiran kufur tersebut tidak lain adalah Islam moderasi. Mereka memperdaya umat dengan mengambil ayat-ayat Allah untuk mencari simpati. Hal itu dilakukan untuk mencari pembenaran dan agar mendapatkan dukungan. Semua itu dilakukan hanya untuk meraih keuntungan dan demi sebuah kepentingan.

Tidak cukup sampai di situ, mereka pun mencari dukungan untuk menguatkan pendapat dan pemikirannya. Berbagai upaya dilakukan agar orang-orang tertarik dan ikut bergabung di dalamnya. Mereka menjalin pertemanan untuk saling mendukung dalam kebatilan. Akhirnya mereka bersekutu untuk mendapatkan keuntungan yang semu. Sebuah keuntungan yang hanya berguna di dunia, namun ternyata kelak di akhirat hal itu merupakan sebuah bencana.

Allah Swt. telah berfirman yang artinya:

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (TQS. Az-Zukhruf [43]: 67)

Orang-Orang yang Merugi

Sahabat, sungguh merugi orang-orang yang berbuat demikian. Mereka mengira persahabatan yang didasarkan atas dasar suatu kebatilan bisa ditanggung bersama-sama di akhirat. Padahal di sana tidak ada lagi istilah sahabat. Mereka pun laksana orang asing satu sama lain. Mereka semua akan saling berseteru. Tidak ada rasa simpati untuk saling menolong ataupun membantu. Hal itu telah Allah terangkan dalam firman yang artinya: "Dan takutlah kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela) orang lain sedikit pun, tebusan tidak diterima, bantuan tidak berguna baginya, dan mereka tidak ditolong." (TQS. Al-Baqarah [2]: 123)

Sahabat, begitulah keadaan orang-orang yang bersama dalam keburukan. Tidak ada siapa-siapa yang bisa membelanya. Jangankan orang lain, anggota tubuhnya pun tidak mau diajak untuk bekerja sama.
Mulut manisnya yang dulu sering digunakan untuk menyampaikan ide-ide sesat ternyata terkunci rapat. Tangan dan kaki yang selalu menuruti kata hati berbalik arah dan menjadi saksi.
Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt.

ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Artinya: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan." (QS. Yasin [36]: 65)

Saling mendukung di dalam kebatilan merupakan kesalahan yang sangat fatal. Hal itu hanya menyisakan penyesalan yang tak bertepi. Sebuah penyesalan yang tiada akhir akibat dari kesalahan dalam memilih aturan kehidupan. Mereka lebih mengedepankan aturan manusia.

Sayangnya, mereka terlambat menyadari itu semua. Ibarat nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terlanjur. Keinginan untuk memperbaiki diri hanya sebuah angan-angan yang tidak mungkin bisa dilaksanakan. Mereka tidak punya alasan untuk menyampaikan pembelaan. Mereka hanya bisa meratapi diri atas apa yang terjadi. Sungguh, mereka menjadi orang-orang yang merugi.

Kesadaran yang Benar

Sahabat, sebagai seorang muslim tentu kita memiliki kesadaran untuk membumikan aturan Islam. Umat harus dipahamkan dengan agamanya. Mereka harus tahu bahwa seluruh aturan harus diterapkan. Allah Swt. telah berfirman yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (TQS. Al-Baqarah [2]: 208)

Islam dengan aturan yang sempurna tentu tidak mungkin bisa kita pahami bila tidak dikaji. Maka penting bagi kita umat muslim untuk mempelajari Islam agar ilmu yang diperoleh makin mengakar dalam benak para penganutnya. Di samping itu, ilmu yang dipelajari juga bukan hanya dijadikan pengetahuan belaka. Ilmu tersebut harus diamalkan karena hal itu merupakan kewajiban kita sebagai seorang hamba. Tidak cukup sampai di situ, umat muslim juga harus menyampaikan pemahaman Islam yang diperolehnya kepada sesamanya. Upaya menyampaikan Islam inilah yang dinamakan dakwah.

Dengan aktivitas dakwah menjadikan lisan, tangan, dan kaki senantiasa menjadi saksi atas apa yang kita lakukan. Lisan digunakan untuk menyerukan kebaikan yang datangnya dari Sang Pencipta yaitu Allah Swt. Bukankah firman Allah adalah sebaik-baiknya perkataan? Allah Swt. telah menjelaskan dalam firman yang artinya: "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebaikan dan berkata, " Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim yang (berserah diri)?" (TQS. Fussilat [41]: 33)

Begitu juga dengan tangan dan kaki yang kita miliki. Tangannya digunakan untuk mencegah kemungkaran. Kakinya melangkah pasti menuju majelis-majelis ilmu. Semua itu tercatat oleh malaikat dan tidak mungkin ada yang terlewat. Oleh sebab itu, marilah kita berusaha memanfaatkan anggota tubuh yang Allah berikan kepada kita secara maksimal untuk tetap istikamah dalam menyampaikan kebaikan. Sebab semua yang kita lakukan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Wallahu a'lam bish-shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Atien Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Rakyat Sejahtera Tanpa Pajak? Mengapa Tidak?
Next
Bayang-Bayang Cuan di Balik Berita Viral
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram