Hijrah dan Istikamahlah

"Sungguh setan akan terus membuat tipu daya agar kaum muslim meninggalkan tobat. Bisa jadi dengan membuat kita berpikir bahwa tidak ada gunanya bertobat jika tetap melakukan maksiat dan mengulanginya."

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor Narasipost.Com)

NarasiPost.Com-Tak ada manusia yang terbebas dari dosa. Semua manusia pernah salah. Setiap manusia pernah melakukan kemaksiatan, bahkan ada yang terus menerus, sering, kadang kala, atau sesekali. Ada yang tidak mau bertobat hingga akhir hayatnya. Ada yang ingin bertobat meski berat luar biasa. Ada sebentar bertobat namun kemudian mengulanginya. Ada yang bertobat dan terus berusaha istikamah dalam pertobatannya.

Sebaik-baik manusia yang berdosa adalah yang bertobat, dengan menyesali, dan berusaha meninggalkan perbuatan dosanya. Seberapapun besarnya dosa kita jangan pernah bosan untuk bertobat. Karena memang itu kewajiban seorang hamba, yaitu senantiasa memohon pengampunan dari Tuhannya, berusaha untuk tidak mengulanginya dan bertahan untuk istikamah dalam bertobat.

Banyak dari kita yang mengeluh kesulitan meninggalkan suatu dosa atau maksiat sehingga akan selalu ingin mengulanginya setelah bertobat. Maka kendati sulit, yang harus dilakukan adalah jangan pernah berhenti bertobat, meski dalam sehari melakukan seratus kali maksiat. Inilah hijrah, dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan baru berupa ketaatan, meski sulit. Ingatlah betapa luasnya kasih sayang Allah kepada semua makhluk-Nya, sedang Allah akan melihat seberapa serius hamba-Nya dalam bertobat.

Sebab selama kita bersungguh-sungguh bertobat, walaupun kembali mengulanginya, Allah akan melihat kesungguhan kita dan kemudian membebaskan kita dari dosa. Bisa jadi hari ini, esok, lusa, bulan depan atau bulan-bulan berikutnya sesuai dengan kadar kesungguhan kita. Yang harus kita lakukan adalah jangan putus hubungan dengan-Nya.

Sungguh setan akan terus membuat tipu daya agar kaum muslim meninggalkan tobat. Bisa jadi dengan membuat kita berpikir bahwa tidak ada gunanya bertobat jika tetap melakukan maksiat dan mengulanginya. Setan akan membuat kita terlena dan merasa pemikiran kita itu adalah yang terbaik, sehingga kita akan terus terjerembab ke dalam lumpur kemaksiatan, dan akhirnya sulit tertolong lagi.

Meskipun suatu saat kita terperosok lagi, namun jangan pernah berhenti menyesal, bertobat dan meminta taufik dari Allah agar kita tidak mengulanginya lagi. Walaupun sulit, namun segeralah bertobat, karena Allah akan melihat kesungguhan hamba-Nya dalam pertobatannya. Sungguh, jika bersungguh-sungguh, maka Allah akan menguatkan diri kita serta membebaskan kita dari jurang kemaksiatan.

Ingatlah selalu firman Allah pada surah Ali-Imran ayat 135,

{ وَٱلَّذِینَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَـٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوۤا۟ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن یَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ یُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمۡ یَعۡلَمُونَ }

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu sedang mereka mengetahui."

Langkah selanjutnya setelah menyesal dan bertobat adalah dengan meninggalkan lingkungan yang dapat mendorong pada perbuatan dosa. Inilah arti hijrah secara harfiah, berpindah dari tempat penuh kemungkaran menuju tempat yang memudahkan kita melakukan ketaatan. Jauhkan diri kita dari teman, tempat, pekerjaan atau bahkan gadget yang mendekatkan kita pada maksiat. Jauhilah sesuai dengan kemampuan kita sembari terus memperkuat hubungan kita dengan Allah selamanya.

Hijrah fisik maupun hijrah secara maknawi sangat membutuhkan dukungan, baik lingkungan, sahabat, serta orang-orang yang saleh lagi muslih, yang akan memberi pengaruh positif terhadap kehidupan kita dengan kebaikan. Dengan begitu diharapkan lambat laun kita akan terlepas dari maksiat itu. Hijrah tak bisa instan. Hijrah butuh proses. Terjatuh, bangun lagi, terjatuh lagi, bangkit lagi. Begitulah proses hijrah. Karena kemaksiatan yang telah mengakar tak bisa sekali dibersihkan dengan perbuatan taat yang hanya sekali. Ketaatan ini harus dilakukan terus menerus, hingga kerak-kerak kemaksiatan itu terkelupas dan rontok, digantikan dengan kebiasaan yang berpahala.

Mintalah pertolongan kepada Allah, agar hijrah kita dimudahkan juga keistikamahan. Karena kadang kita berpikir bahwa pertolongan Allah itu hanya sebatas hal-hal duniawi. Contoh ketika kita sakit, kemudian Allah sembuhkan, maka itu pertolongan Allah, iya benar. Itu memang pertolongan Allah. Ketika kita akan menghadapi ujian di sekolah, apa yang kita pelajari ternyata keluar di dalam soal dan kita bisa menjawabnya, itu benar pertolongan Allah. Ketika kita tidak punya uang untuk membayar utang yang jatuh tempo, atau untuk membayar biaya sekolah anak, kemudian ada yang memberi kita uang, ya itu adalah pertolongan Allah.

Namun kita sering kali lupa, ada pertolongan Allah yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu pertolongan yang bernama taufik untuk melakukan ketaatan. Betapa banyak orang menganggap remeh hidayah taufik ini. Bagaimana tidak, ketika kita dimudahkan datang ke kajian, itu adalah pertolongan dari Allah bukan? Sedang di luar sana banyak saudara-saudara kita yang mudah pergi ke mal, jalan-jalan ke luar negeri, atau nongkrong di kafe, namun begitu berat datang ke kajian yang biasanya jaraknya tak jauh dari rumah kita. Atau ketika kita bisa melaksanakan salat witir, meski satu rakaat. Itu adalah pertolongan berupa taufik dari Allah, karena ternyata tak semua orang kuat untuk sekedar membuka matanya demi melaksanakan salat malam tersebut, padahal mereka biasa mengangkat barbel untuk pembentukan tubuh mereka.

Maka mintalah selalu pertolongan kepada Allah agar hijrah kita dimudahkan, dan hati kita ditetapkan dalam keistikamahan. Jangan mudah menyerah dalam hijrah. Memang benar hijrah itu mudah namun Istikamahlah yang susah. Maka itu, senantiasa mohonlah kepada Allah keistikamahan. Sungguh jika tidak ada masa lalu, maka tidak ada masa sekarang. Jika tidak ada kesalahan, maka tidak ada timbul penyesalan, untuk berbuat lebih baik. Hijrah sebenarnya mudah jika kita berdoa dan berazam dan bersungguh-sungguh. Sedang istikamah adalah mempertahankan segalanya dan hanya untuk Allah. Selagi kita masih diberi hidup, jangan pernah lelah untuk berubah menjadi lebih baik dan benar sesuai koridor syarak. Jangan pernah lelah untuk bertobat.
Tinggalkan apa yang dibenci Allah, dan lakukan segala yang disukai Allah.

Meskipun kita harus kehilangan sesuatu yang yang kita senangi, tapi bukankah yang baik di hadapan Allah jauh lebih penting dari apa yang baik menurut kita? Walaupun kerikil tajam mengadang, meski duri-duri menusuk, tetaplah semangat berhijrah dan istikamahlah.

Ingatlah sabda mulia beliau shalallahu'alaihi wasallam dalam hadis riwayat Imam Muslim nomor 2703, dari sahabat Abu Hurairah, "Siapa saja yang bertobat sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya, maka Allah pasti akan menerima tobatnya."

Selain itu berdoalah kepada Allah untuk keistikamahan kita di jalan hijrah sebagaimana dalam surah Al-Imran ayat 8,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

"Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami cenderung kepada kesesatan setelah Engkau beri kami petunjuk, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi karunia."

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Najmu Asy Syabaab Harapan Umat
Next
Happy Weekend
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram