Buah Ikhlas dalam Dakwah

"Buah dari ikhlas dalam konteks dakwah politik akan melanggengkan nilai amal dakwahnya. Sekalipun amal dakwah tersebut tidak terselesaikan pada masanya."

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ada pepatah yang mengatakan, "Dalamnya lautan bisa diselami, sedangkan dalamnya hati orang tidak bisa diterka".

Begitu pun dengan keikhlasan tak ada yang bisa menilai seseorang itu secara pasti, apakah ia ikhlas atau tidak dalam melakukan suatu amal atau perbuatannya? Ikhlas adalah amalan hati yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Mungkin ada yang mengira jika seseorang yang sering mengeluh sebagai ekspresi ketidakikhlasan. Padahal belum tentu, karena sikap keluh kesah adalah manusiawi.

Di dalam QS Al-Ma'aarij [70]: 19-22, dikatakan bahwa manusia diciptakan Allah Swt. bersifat keluh kesah lagi kikir. Manusia bila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, sedangkan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Manusia begitu ekspresif saat ditimpa kesulitan, merasa terbebani, padahal saat diberikan kesenangan dan kemudahan betapa sulitnya untuk bersyukur.

Terkadang urusan ikhlas ini samar dan campur baur bagi seorang hamba, sehingga dirinya harus terus berlatih untuk selalu introspeksi diri, berulang-ulang berpikir kenapa ia melaksanakan ketaatan itu dan kenapa ia melibatkan dirinya dalam ketaatan.

Urgensi Ikhlas dalam Dakwah

Syekh Taqiyuddin An- Nabhani dalam kitab Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah menjelaskan, jika seseorang menemukan dirinya melaksanakan ketaatan itu semata-mata karena Allah, maka ia telah menjadi orang yang ikhlas. Namun, sebaliknya jika menemukan dirinya melaksanakan ketaatan karena tujuan duniawi tertentu, maka ia telah menjadi riya' (amal karena ingin mendapat perhatian manusia).

Al-Qurthubi berkata, bahwa Al Hasan pernah ditanya tentang bedanya ikhlas dan riya', kemudian ia berkata, "Di antara tanda keikhlasan adalah jika engkau suka menyembunyikan kebaikanmu dan tidak suka menyembunyikan kesalahanmu."

Ikhlas hukumnya wajib, salah satu dalilnya adalah QS. Az- Zumar 39: 14, yang maknanya katakanlah bahwa hanya Allah Swt. saja yang harus disembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama-Nya.

Sedangkan, dalil berupa hadis salah satunya adalah riwayat an-Nasa'i dan Abu Dawud, Rasulullah saw. bersabda, yang maknanya sesungguhnya Allah Swt. tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilakukan dengan ikhlas dan dilakukan karena mengharap rida Allah semata. Al Mundziri menyatakan sanad hadis ini sahih.

Begitu pun dalam aktivitas dakwah dituntut keikhlasan karena dakwah adalah amal rohaniah , menyangkut pahala dan dosa berkenaan dengan seruan ketaatan kepada hukum Allah Swt.

Keikhlasan menjadi kunci keberhasilan dakwah. Tentu, karena ikhlas menjadikan diterimanya ibadah dan pendekatan diri seorang pengemban dakwah di hadapan Allah Swt. Dengan dakwah telah mewujudkan Islam sebagai agama yang mampu memimpin dunia. Syariat Islam yang diterapkannya meliputi seluruh aspek kehidupan, baik aspek akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah. Selain itu, keikhlasan dalam berjihad menjadi kunci kemenangan setelah ditolaknya dakwah secara damai.

Menurut Dr. Yusuf Qaradhawi, memurnikan niat semata-mata karena Allah, baik dalam beribadah, dakwah dan jihad merupakan landasan diterimanya suatu aktivitas, sekaligus menjamin keberhasilannya.

Keikhlasan harus menjadi bagian dari akhlak dalam berdakwah agar tidak mudah putus asa ketika menempuh jalan dakwah yang panjang waktunya dan. penuh aral melintang. Seorang pengemban dakwah tidak boleh menyerah saat menghadapi kesulitan, harus berjiwa sabar dan tegar menjaga nilai keikhlasannya untuk tetap bisa melanjutkan perjalanan dakwahnya.

Mungkin adakalanya merasa lelah namun bukan berarti menyerah, adakalanya butuh istirahat, namun hanya sebentar sekadar introspeksi diri untuk segera bergegas, bangkit mengejar segala target yang ingin dicapai untuk melanjutkan kehidupan Islam di tengah masyarakat. Pengemban dakwah yang memiliki sifat ikhlas dalam dakwahnya pantang untuk menjadi pecundang.

Karakter Ikhlas Pengemban Dakwah

Ada beberapa poin karakter pengemban dakwah yang menjadi buah diari adanya sifat ikhlas dalam dirinya, seperti dikutip dari kitab Haula Ruknul Ikhlas Karya Dr. Yusuf Qaradhawi, di antaranya:

Pertama, menjadi sumber ketenangan jiwa. Sifat ikhlas yang melekat membuat tenang jiwa dan tenteram hati sehingga dada menjadi lapang. Sebab, hatinya terpadu dalam rangka mencari keridaan Allah Swt. Cita-citanya hanya satu, yaitu menempuh jalan yang dapat mengantarkan kepada rida-Nya.

Dakwah telah menjadi poros hidupnya karena yakin bahwa rezeki dan ajal adalah ketetapan yang tidak boleh melemahkan semangat dakwahnya. Sebaliknya, justru semakin memotivasinya untuk gigih dalam dakwah dan meraih syahid dalam medan jihad.

Kedua, sumber kekuatan jiwa. Kekuatan itu diperoleh dari tujuan yang agung dalam dakwahnya, tidak mudah terbujuk oleh rayuan harta, tahta, dan wanita. Dunia dalam pandangan orang yang ikhlas sangatlah kecil, kalau pun ada nilainya harus menjadikannya peluang amal saleh. Panutannya dalam hal ini adalah Rasulullah saw. yang dengan tegas menolak tawaran jabatan, kedudukan, harta, dan segala kemewahan dunia dari para penguasa Quraisy dalam rangka menghentikan gerak dakwahnya.

Ketiga, melanggengkan amal kebaikan. Di antara pengaruh keikhlasan seseorang ialah tumbuhnya semangat beramal secara kontinuitas atau berkelanjutan. Orang yang hanya mencari perhatian dari makhluk-Nya tidak akan bertahan lama amalnya, bahkan akan banyak kecewanya. Berbeda dengan orang yang ikhlas, tentu tidak akan mudah menyerah, apalagi malas-malasan karena upah dakwahnya hanya berharap rida-Nya.

Tepatlah kiranya ucapan orang-orang saleh yang berkata: "Semua pekerjaan yang dilakukan karena Allah akan kekal dan berlanjut. Namun, pekerjaan yang dilakukan bukan karena Allah akan segera musnah." Perjuangan dakwah selalu dimenangkan oleh orang-orang yang memiliki keberanian dalam menegakkan kebenaran dan ikhlas melakukannya.

Selain ketiga poin di atas, buah dari ikhlas dalam konteks dakwah politik akan melanggengkan nilai amal dakwahnya, sekalipun amal dakwah tersebut tidak terselesaikan pada masanya. Seorang pengemban dakwah yang tulus dan ikhlas dalam membina umat dengan tsaqafah Islam yang lurus ibarat menyemai benih pahala yang mungkin hasilnya tidak bisa segera dinikmati, namun telah berkontribusi bagi keberhasilan dakwah di masa depan. Karena keikhlasannya, maka pahalanya akan terus mengalir.

Wallahu'alam bish Shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Maman El Hakiem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Bukan Sekadar Sabar, Islam Menyelesaikan Kesehatan Mental dengan Komprehensif
Next
Kompos dari Jasad Manusia, Ketika Hanya Logika yang Berbicara
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram