"Miris! Dua keadaan yang sangat bertolak belakang. Di satu sisi berupaya demi kemewahan sebuah prestise, di sisi lain pontang-panting demi mempertahankan kehidupan. Hal ini sering terjadi di era kapitalisme dan sekularisme. Gemerlapnya dunia dan gelapnya dunia. Dua keadaan yang sangat kontras dan jauh berbeda."
Oleh. Dewi Kusuma
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Semua dipertaruhkan demi sebuah prestise. Semua prestise ingin direngkuh demi ketenaran agar menjaga gengsi terlihat eksis. Padahal ini mungkin tak penting karena hanya menginginkan kesenangan dunia. Sudah memiliki satu, ingin memiliki yang lainnya. Sehingga akhirnya diperbudak oleh nafsu.
Salah satu hal yang memicu sebuah kebanggaan adalah memiliki anak yang mapan, yakni telah tercukupi kehidupannya dari segi materi, mempunyai pekerjaan yang bonafit, memiliki gaji yang besar, dll. Akhirnya muncul rasa bahwa akulah yang nomor satu.
Selain itu, kepemilikan kendaraan. Memang kendaraan adalah salah satu hal yang penting, karena bisa bermanfaat untuk kelancaran usaha maupun untuk mempermudah transportasi. Namun, nafsu untuk memiliki kendaraan demi sebuah prestasi ini yang akan membahayakan. Ingin memiliki banyak mobil demi sebuah gengsi, sehingga garasi mobil penuh dengan koleksi. Semua demi sebuah prestise. Sikap seperti inilah yang akan membuat diri terperdaya dengan urusan dunia.
Orang seperti ini merasa gengsinya akan jatuh kala sederet mobil mewah tak menghiasi garasinya. Bahkan mungkin merasa harga diri akan jatuh jika tak memiliki barang-barang branded.
Penampilan yang serba nomor wahid selalu ingin dikedepankan. Padahal hal ini hanya menjadikan hal yang sia-sia belaka.
Sementara masih banyak orang yang serba kekurangan. Mereka harus banting tulang demi mendapatkan sesuap nasi. Mesti kerja keras telah diupayakan, namun kebutuhan hidup tetap tidak mencukupi. Meski mereka telah memeras keringat hingga tak kenal waktu, namun tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Mereka tak mendapatkan apa-apa untuk dibawa pulang. Padahal keluarganya sangat berharap akan ada hasil untuk bisa makan dan minum. Betapa berat beban hidup yang mesti dijalaninya.
Miris! Dua keadaan yang sangat bertolak belakang. Di satu sisi berupaya demi kemewahan sebuah prestise, di sisi lain pontang-panting demi mempertahankan kehidupan. Hal ini sering terjadi di era kapitalisme dan sekularisme. Gemerlapnya dunia dan gelapnya dunia. Dua keadaan yang sangat kontras dan jauh berbeda.
Lantas, apa sih yang diinginkan dari sebuah prestise? Ingin eksis? Ingin terkenal? Ingin terlihat paling wow? Ingin jaga gengsi? Atau apa…?
Semua itu tentu lebih didominasi pada kesenangan dunia, yakni demi mendapatkan glamournya dunia. Seolah tiada hari tanpa memperlihatkan dan mengagungkan sebuah prestise. Ya…mungkin ini membuatnya bangga.
Membuat pamor jadi naik. Nama pun menjadi kondang dan terkenal. Tanpa pikir panjang yang penting memuaskan hati. Hidupnya berlimpah kemewahan dan kebahagiaan.
Parahnya lagi, bila bersedekah pun ingin diekspos publik. Semua dilakukan demi sebuah prestise. Namanya menjadi terkenal dan tersebar luas. Dalam benaknya tak sedikit pun ingin kalah dari yang lain. Inilah kenyataan hidup di era sekularisme. Menjalani kehidupan tanpa menyertakan agama dalam mengatur langkah hidupnya, sehingga timbul sifat egoisme dan tidak peduli dengan yang lemah
Sementara di sisi lain, banyak orang berjuang demi kelangsungan hidup. Mereka mempertahankan hidup demi menafkahi keluarganya. Berupaya dengan kerja keras, mengoptimalkan segala kemampuan demi mendapatkan makanan dan minuman untuk kelangsungan hidup keluarganya. Ya, itulah kontradiksi isi kehidupan dunia. Dunia kapitalisme yang lebih mementingkan para pemilik modal tanpa memedulikan kepentingan yang lain. Kesenjangan ekonomi yang terlihat jelas. Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin terpuruk. Tak ingatkah bahwa pada harta si kaya terdapat hak si miskin?
Allah Swt berfirman:
وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا
"Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros." (QS : Al-Isra' :26)
Pada masa kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz, kesejahteraan umat terjamin dengan baik, sehingga tidak ada seorang pun yang kekurangan. Bahkan pembagian sedekah maupun zakat pun kembali lagi kepada yang memberi. Betapa sejahtera dan nyamannya kehidupan yang di dalamnya diterapkan sistem Islam. Aturan yang berasal dari Zat Yang Maha Agung, Allah Swt.
Tujuan hidup yang utama adalah untuk beribadah kepada-Nya. Sebuah prestise jika untuk mengejar kebahagiaan dunia tentu amat sangat merugi. Kelangsungan hidup akan terjamin secara sempurna jika setiap insan selalu istikamah berada di jalan-Nya. Kembali menjalani kehidupan hanya dengan berpedoman kepada Islam secara totalitas. Meraih yang halal, tinggalkan yang haram
Rasulullah saw pun telah mencontohkan dalam masa hidupnya. Beliau sosok yang menjadi suri teladan umat manusia. Rasulullah saw selain sebagai imam dalam salat, juga pemimpin dalam sebuah negara. Dimana di masa hijrah beliau dari Makkah ke Madinah langsung menerapkan Islam secara sempurna, mengatur umatnya dengan aturan Islam. Aturan yang berasal dari Allah Swt.
Wallahu a'lam bishawwab[]