Sistem kesehatan kapitalismelah yang menjadi biang keladi dengan menjadikan kesehatan sebagai wahana komersialisasi.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
"NarasiPost.Com-Jantung
Jantungku memendung
Lalu menangislah perasaan
Aku tenggelam"
Lagu Swain Mahisa ini seakan memberikan arti tersirat yang menyatakan jantungnya sedang sakit atau karam. Ya, siapa sangka itu hanya sebatas lagu yang menderaskan rasa, tetapi di kehidupan nyata banyak jantung yang memendung akibat berbagai penyakit. Dewasa ini, penyakit jantung menjadi momok yang mematikan di tengah khalayak. Siapa yang tidak tahu bahwa jantung adalah salah satu organ vital. Detakannya menentukan apakah seseorang itu masih bernyawa atau tidak.
Hati-Hati dengan Penyakit Jantung
Jantung yang merupakan alat vital ini menjadi salah satu kondisi yang bisa mendatangkan kematian. Penyakit jantung terus bergentayangan bak jamur di musim hujan. Bahkan, sebuah prediksi menyatakan bahwa pada tahun 2024 mendatang, penyakit jantung tetap akan menjadi penyakit mengerikan. Sepanjang tahun 2023 saja banyak orang yang berjatuhan.
Kematian akibat penyakit jantung banyak mewarnai pemberitaan media sepanjang 2023, dialami sejumlah pesohor mulai dari pejabat hingga selebritas. Menurut dokter, penyakit mematikan ini masih harus diwaspadai di 2024 (detik.com, 23/12/2023).
dr. Dian Zamroni, Sp.JP., konsultan perawatan intensif dan kegawatan kardiovaskular dari Alia Hospital Depok, dalam perbincangan dengan detikcom baru-baru ini menyatakan bahwa kemungkinan besar angka kematian akibat (penyakit) jantung belum banyak mengalami perubahan. Artinya bisa terjadi pada siapa saja (detik.com, 23/12/2023).
Dari prediksi ahli di atas, setiap orang memiliki peluang terserang penyakit jantung. Namun demikian, hal ini bisa diwaspadai sedini mungkin. Penyakit jantung datang menyapa bukan tanpa sebab. Manusia, terlebih muslim, seharusnya berhati-hati dalam menjaga kesehatan agar tak terserang penyakit, termasuk penyakit jantung.
Dari laman yang sama disebutkan bahwa penyebab penyakit jantung ataupun jantung koroner di antaranya karena gaya hidup merokok yang cenderung meningkat di kalangan perempuan dan kawula muda. Selain rokok, pola makan yang kian dirajai fast food yang tidak diimbangi dengan buah-buahan ataupun sayur yang kaya serat. Faktor lain yang juga krusial dan bisa menyebabkan orang terserang penyakit jantung adalah stres. Beban hidup yang berat di zaman nowjelas membuat siapa pun stres apabila tidak memiliki kewarasan yang prima ataupun keimanan yang kokoh.
Tiga hal yang memicu jantung banyak dijumpai di zaman penuh kebebasan ini. Rokok meski memiliki slogan "merokok membunuhmu," tak lantas membuat masyarakat takut dan menjauhi rokok. Justru gaya hidup kekinian meniscayakan rokok. Anak kecil pun kini seakan sudah familier dengan rokok. Pabrik rokok legal tumbuh subur dan berdiri tegak. Negara hanya menghalau dan melarang rokok ilegal.
Budaya rokok juga subur di kehidupan umum. Masyarakat awam juga bebas merokok kapan pun dan di mana pun mereka mau tanpa peduli lingkungan sekitarnya. Meski di kehidupan publik ada ruang khusus rokok, edukasi dan kontrol tak sejalan dengan bangunan khusus yang sepi itu.
Adapun fast food atau junk food juga terlahir dari budaya kekinian tanpa ada edukasi dan penyadaran makanan layak yang halal dan tayib. Kuliner tumbuh subur dengan kontrol yang lemah. Sementara stres merupakan kondisi yang kerap dijumpai saat ini. Kalau tidak serangan jantung, orang meninggal dengan kondisi bunuh diri kian membumi.
Seluruh manusia, terutama muslim, harus berhati-hati dengan tiga faktor yang dapat memicu datangnya penyakit jantung. Langkah preventif atau pencegahan akan lebih efektif dalam menangkal segala penyakit, termasuk jantung. Risiko penyakit jantung akan kecil bagi orang yang senantiasa berhati-hati.
Biang Keladi
Meningkatnya penyakit jantung di tengah masyarakat luas amat wajar terjadi di sistem saat ini. Tiga faktor yang memicu penyakit jantung terus menghantui. Tatanan kehidupan meniscayakan tiga faktor itu menari-nari. Rakyat diintai serangan jantung tanpa penjagaan kesehatan yang tinggi dan tanpa edukasi.
Sistem kesehatan yang ada saat ini bertumpu pada untung rugi. Sistem ini dinaungi sistem kapitalisme yang asasnya sebatas keuntungan materi. Seluruh tatanan kesehatan dikembalikan pada masing-masing individu untuk terus menjaga diri. Negara melayani kesehatan dengan adanya kompensasi berupa BPJS dengan iuran bulanan (premi). Sistem kesehatan kapitalismelah yang menjadi biang keladi dengan menjadikan kesehatan sebagai wahana komersialisasi.
Dalam kapitalisme, rakyat harus berjibaku untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri, termasuk urusan kesehatan. Pola hidup, pola makan, pola pikir, dan pola sikap (jiwa) harus diseimbangkan dan dikelola sendiri tanpa kontrol ataupun pengawasan. Sialnya, sistem kapitalisme tidak memiliki konsep preventif dalam arti yang sebenarnya, yaitu upaya negara dalam menjaga kesehatan rakyat dari hulu (menjaga anugerah kesehatan bagi setiap individu rakyat) agar terjaga sepanjang badan. Walhasil, penyakit jantung akan menyerang dengan mudah siapa pun yang tak bisa jaga kesehatan.
Kesehatan dalam Pandangan Islam
Sejatinya, bayi terlahir sehat dari rahim ibunya. Mungkin sedikit sekali bayi yang terlahir cacat ataupun kurang sehat. Namun, gaya hidup dalam sistem kapitalisme kerap membawa petaka pada kesehatan, termasuk meledaknya kondisi serangan penyakit jantung. Hal itu berbeda dengan sistem Islam. Kesehatan dalam pandangan Islam merupakan kebutuhan dasar manusia. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah saw. dalam hadis,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barang siapa di pagi hari di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga, dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kesehatan dalam Islam merupakan tanggung jawab negara. Khalifah wajib menjaga dan menjamin kesehatan rakyat dari hulu hingga hilir. Penyakit jantung pun tidak akan meledak dan menjamur jika sistem kesehatan Islam diterapkan. Sebab, khalifah akan menjamin kesehatan jantung dengan cara preventif ataupun kuratif.
Secara preventif, pola hidup rakyat, termasuk pola pikir, pola sikap, pola makan, pola sehat, dan pola jiwa akan dikontrol dan diarahkan dengan baik. Suasana keimanan yang akan pertama kali dijaga oleh negara. Sebab suasana keimanan ini yang akan menggiring individu rakyat pada pola hidup yang sesuai tatanan syariat dengan penuh kesadaran. Edukasi dan penyuluhan akan dilakukan secara intens dan berkesinambungan oleh petugas kesehatan yang langsung dikomandoi oleh khalifah.
Individu rakyat akan memahami pentingnya menjaga kesehatan saat suasana keimanan terjaga. Konsekuensi pertanggungjawaban di keabadian akan menjadikan manusia menjaga kesehatannya. Apalagi kesadaran bahwa nikmat sehat adalah puncak kenikmatan setelah nikmat iman ditanamkan sehingga individu rakyat akan menjaga kesehatan agar bisa memperluas waktu dan jangkauan ketaatan.
Sementara secara kuratif, khalifah akan menyiapkan segala sesuatunya, mulai tenaga medis, peralatan, obat-obatan, rumah sakit atau fasilitas kesehatan umum, laboratorium, dan juga sarana transportasi yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Khalifah akan serius memberikan fasilitas pengobatan bagi rakyatnya yang terserang penyakit, termasuk jantung dengan biaya yang murah bahkan gratis. Bahkan, rumah sakit keliling juga akan diselenggarakan sebagai upaya kuratif dan mempermudah akses layanan kesehatan bagi rakyat.
Demikianlah penjagaan dan jaminan Islam saat diterapkan oleh negara. Jaminan dari hulu ke hilir terkait menjaga kesehatan jantung akan senantiasa diberikan secara merata. Sebab, khalifah paham akan tanggung jawabnya sebagai pemelihara urusan umat yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana sabda Nabi saw.,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Tiap-tiap kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya." (HR. Imam Bukhari)
Khatimah
Menjaga kesehatan adalah tugas setiap individu muslim dan juga negara. Dalam sistem kapitalisme saat ini, seorang muslim tak bisa menjaga kesehatan jantungnya secara prima mengingat budaya rokok dan gaya makan fast food amat marak. Belum lagi impitan ekonomi ataupun sosial sering memicu stres berlebihan. Maka dari itu, butuh peran negara dalam menyelesaikannya. Saatnya kaum muslim dan penguasa muslim beralih pada sistem Islam agar mampu menciptakan kondisi kesehatan yang prima di tengah kehidupan masyarakat.
Wallahu a'lam bishawab. []
Jadi takut,, apalagi di zaman sekarang, orang jarang bergerak, apa-apa semua serba instan. naik kendaraan, pesan makanan instan dll.. semua itu menjadikan jantung tidak sehat, yaa...
Betul, Mbak
Kapitalisme memang gudangnya penyakit. Kita butuh jantung yang sehat dengan solusi yang tepat. Ya tak lain dan tak bukan pastilah saatnya back to sistem Islam kaffah.
Masyaallah penulis serba bisa ini selalu keren
La hawla wala quwwata illa billah. Masih harus terus belajar, Bunda
Kapitalisme memang biang penyakit..
Kita butuh Islam untuk sehat dan menjaga kesehatan..
Leres, Kanda
Menjaga kesehatan di ranah individu saja saat ini susah tak ketulungan
Hidup dalam sistem kapitalisme emang bikin cepat sakit jantung mb..lha gimana bahan pokok serba mahal, aturan yang berlaku juga tak sesuai aturan Islam..
Hiks. Itulah petaka bagi kaum muslim
Ngeri ya kalau dengar ada orang kena serangan jantung. Penyakit berbahaya yang kadang gak semua orang mampu berobat dengan maksimal karena mahalnya biaya.
Betul, Mbak. Kabarnya juga tak dicover biayanya oleh iuran iti
Ngeri banget. Zaman now, penyakit jantung juga diderita orang2 muda.
Betul, Mbak. Makin maju zamannya, makin banyak yang tumbang karena Jantung
Betul mba. Penyakit jantung masih jadi momok menakutkan saat ini. Biaya kesehatan yang mahal membuat rakyat kesulitan mendapatkan akses kesehatan yang murah dan mudah. Barakallah mba @Afi.
Aamiin wafiik barokallah, Mbak