Binge Eating Disorder: Akibat Gaya Hidup?

"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Al-A'raf: 31)"

Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- Hai Sisters!
Sebagai Gen-Z, tentu gadget dan social media adalah karib sepanjang hari bukan? Hehe. Tak ayal, mau tidak mau, kita pasti hampir setiap hari nih buka reels video baik di TikTok, IG, YouTube, maupun di beranda FB.

Yang paling menarik dan viral, tentu saja bukan hanya gosip artis dan ke- uwu -an anak-anak mereka! Namun, yang paling buat sedap mata dan netesnya air liur, apalagi kalau bukan "Mukbang!" Yeah! Manusia mana coba yang gak suka lihat makanan enak terpampang, ditambah host-nya yang makan dengan lahap kayak gak ada hari esok? Bahkan, penderita anoreksia saja pasti suka lihat makanan. Bedanya, mereka enggan makan!

Dari viralnya video mukbang, tahu gak sih, Sis! Dari mana asal mukbang ini? Check this out!

Sejarah Mukbang

Mukbang adalah istilah dari bahasa Korea, yang telah diserap dalam bahasa Indonesia. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mukbang atau mokbang berarti siaran langsung atau video yang mempertontonkan orang memakan banyak makanan untuk hiburan, yang biasanya dilakukan secara daring/ online.

Mukbang sendiri sudah mulai ramai pada tahun 2010, dan bertambah fenomenal ketika Youtuber Amerika juga ikut tren ini. Namun, tahu gak sih sejarah dari munculnya mukbang ini?

Mukbang muncul dari kebiasaan warga Korea yang makan beramai-ramai dengan keluarga. Ketika jauh dari keluarga pun, mereka akan mencari teman dan berkumpul hanya sekadar untuk makan bersama. Bahkan, mereka juga bisa melakukan videocall ketika makan agar terasa seperti makan bersama.

Kebiasaan makan bersama yang mendarah daging ini harus terhalang dengan banyaknya aktivitas, hingga banyak pemuda kesepian di negara Korea Selatan meningkat, apalagi ketika pandemi mengguncang, dengan kewajiban social distancing memperparah rasa kesepian mereka. Oleh karena itu, mereka melakukan live streaming, makan juga berbincang dengan penonton mereka layaknya teman. Dan boom! ternyata mereka mendulang jutaan views.

Tentu jutaan views juga mendatangkan berkah tersendiri. Yakni, bertambahnya pundi-pundi uang mereka. Inilah salah satu faktor utama yang menjadikan banyaknya pemuda beralih menjadi conten creator daripada kerja secara nyata. Tak dimungkiri, mukbang banyak memberi manfaat dan kebahagiaan bagi para conten creator tersebut. Selain bisa makan sepuasnya, mereka pun juga dibayar, plus terkenal. Zaman begini, siapa yang tak terpincut?

Namun, adakah bahaya yang menyertai mukbang dilihat dari segi kesehatan, psikologis, juga agama baik dari pelaku dan penonton?

Binge Eating Disorder Akibat Mukbang

Pernah gak sih, Sis, dengar istilah binge eating disorder? (BED), kalau belum, yuk sini kumpul! BED adalah istilah yang digunakan pada orang yang makan secara berlebihan dengan porsi besar tanpa tahu kapan harus berhenti. Setelah makan, biasanya ia akan merasa bersalah, kesal, bahkan depresi. BED ini, dapat didiagnosis melalui beberapa pemeriksaan, Sis.

Ciri pengidap binge eating disorder

  1. Makan dengan ritme lebih cepat dari biasanya
  2. Meski tak merasa lapar, namun penderita makan dengan porsi banyak
  3. Terlalu banyak makan, hingga perut tidak nyaman
  4. Ketika makan, ia kerap menyendiri agar orang lain tidak melihat perbuatannya
  5. Sebagian penderita BED, juga mengidap bulimia (gangguan psikologi ditandai dengan makan dengan porsi besar, namun ia akan mencari segala cara untuk memuntahkan kembali makanannnya karena rasa bersalah)

Lantas, bagaimana korelasinya sih dengan acara mukbang?

Mukbang, yang awalnya adalah solusi bagi pemuda Korea Selatan dalam menghadapi kesendirian, berubah menjadi tren dalam mencari kekayaan dan popularitas. Dalam tren mukbang ini, pelaku memanfaatkan naluri manusia dalam hal menyukai makanan. Suatu hal yang lumrah bahkan fitrah ya, Sis, bagi manusia merasa bahagia melihat tumpukan makanan, berbagai rasa, dan warna. Apalagi pelaku (Youtuber) makan makanan tersebut dengan gaya berlebihan seolah-olah yang ia makan adalah makanan terlezat di dunia. Auto ngiler 'kan yang lihat? Tak heran acara mukbang ini begitu diminati oleh penonton, hingga views and like-nya mencapai jutaan.

Namun yang tidak disadari, baik oleh pelaku maupun penonton adalah bahaya jangka panjang dari mukbang itu sendiri. Ngeri ah, Sis. Kayak film horor aja nih!

Menurut laman klikdokter.com, mukbang mempunyai dampak berbahaya bagi kesehatan, meski dilakukan sesekali saja, namun tetap berisiko terkena binge eating. Selain itu, sebagian besar sang BJ (sebutan bagi Youtuber mukbang) memiliki bentuk tubuh normal, yang memberi ilusi bagi para penonton, bahwa makan junk food dengan porsi besar tidak akan menumpuk lemak di badan. Yaelah, itu mah penontok kagak tahu dietnya mereka ya!

Risiko lain bagi para BJ, bahkan penonton yang ikutan melakukan mukbang dengan porsi tak terkendali, plus kualitas makanan yang rendah adalah terkena obesitas dan masalah pencernaan. Tak sedikit juga pelaku mukbang yang menderita obesitas. Namun demi popularitas dan kekayaan, mereka masih tetap menjalaninya. Padahal, obesitas memiliki dampak yang tak main-main, mulai dari kolesterol, hipertensi, gangguan jantung, hingga kesulitan bergerak.

Dari segi psikologis, dikutip dari International Journal of Mental Health and Addiction, penelitian mereka menemukan adanya hubungan rusaknya pola makan dengan seringnya menonton video mukbang. Karena kecenderungan meniru apa yang ditonton pada remaja sangat besar, mereka juga merasa akan lebih diterima oleh lingkungan ketika mereka melakukan tren yang ada. Parahnya, para remaja beranggapan bahwa aktivitas mukbang adalah sesuatu yang normal dan ideal pada kehidupan sehari-hari. Padahal, mukbang merupakan aktivitas maladaptif, yakni makan secara berlebihan.

Jika ditelusuri, sesungguhnya mukbang ini akibat dari gaya hidup yang tidak sehat, mulai dari mencari ketenaran dan kekayaan secara instan, hingga pola makan yang berantakan. Secara, dunia kita tak memiliki aturan baku soal menjaga keimanan, dan kesehatan. Semua bisa dilakukan asal tak melukai HAM orang lain. Inilah salah satu efek buruk pemikiran kapitalis yang mendarah daging. Mirisnya jika sudah terkena dampaknya, siapa yang akan bertanggung jawab? Tak ada. Pelakunya saja yang akan menanggung risiko pilihan hidupnya. So, masih tertarik menjalani kehidupan para mukbangers?

Mukbang, dalam Kacamata Islam

Islam mengajarkan memakan makanan yang halal lagi tayib, juga tak berlebihan. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah 168: "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu."

Dan dalam surah Al-A'raf ayat 31: _"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Sedang dalam konten makan ala mukbang, sang BJ sedang mempertontonkan makan besar dengan kualitas makanan yang minim gizi (junk food). Tentu bagi bagi seorang muslim, kita wajib mengikuti aturan yang Islam terapkan. Selain itu adalah konsekuensi keimanan, dengan tidak mengikuti tren buruk, kita juga terhindar dari berbagai penyakit, Sis!

Penutup

Dengan kata lain, gaya hidup yang menuntut untuk tampil sempurna, mencari ketenaran, dan kekayaan instan akan menghadirkan konsekuensi. Baik di dunia maupun di akhirat. Dan hal ini lumrah terjadi di sistem rusak seperti saat ini.

Sebagai pemuda muslim, tentu kita mempunyai tanggung jawab untuk membenahi masyarakat kita yang sakit akibat terterapnya aturan kapitalisme dalam kehidupan. Tanggung jawab kita adalah menyampaikan. Menyampaikan kebenaran dari seruan Sang Maha Pencipta bagi hamba-hambanya yang lain. Yuk! Kita atur barisan dan langkah menghadapi tanggung jawab ini bersama, agar tercipta kehidupan ideal. Yakni, terterapnya aturan Islam dalam kehidupan. Allahu a'lam bisshowwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Sang Pelayan Istimewa
Next
Surga untukmu, Wahai Muslimah!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram