"Epidemiologi sepsis mencapai angka 132-300 per 100.000 penduduk di dunia dengan angka mortalitas cukup tinggi, yakni lebih dari 50%. Setidaknya, 20% kematian pasien di RS setiap tahunnya, dialami oleh penderita sepsis. Diperkirakan 11 juta orang meninggal setiap tahunnya, diawali dengan keracunan darah ini. Kasus ini sebagian besar dialami negara-negara miskin dan berkembang. Namun, negara-negara maju pun tak luput dari paparannya."
Oleh. Nurjamilah, S.Pd.I.
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Apakah Anda pernah mendengar sepsis? Jelas ini bukanlah jenis makanan apalagi barang branded. Sepsis merupakan salah satu jenis penyakit yang cukup berbahaya. Namun demikian, penyakit ini kurang begitu familiar di kalangan masyarakat.
Sebagian orang menyebut sepsis sebagai keracunan darah. Sepsis bisa diartikan sebagai respon mematikan dari sistem imun tubuh manusia terhadap infeksi atau cedera. Penyakit ini bisa menyerang siapa pun, khususnya bagi orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah. Anak kecil, khususnya bayi baru lahir dan bayi prematur sangat rentan terpapar penyakit ini.
Bukan hanya itu, lansia dan orang yang alami cedera serius atau penyakit berat (diabetes, AIDS, kanker, liver, dan lainnya), pasien RS yang mendapat perawatan intensif dalam jangka waktu lama, pengguna alat medis (kateter intravena atau tabung pernafasan) yang terlalu lama dan jarang diganti, serta pengguna antibiotik (kortikosteroid).
Angka kematian sepsis pada baby newborn di Indonesia terbilang cukup tinggi, yakni 12-50% dari total angka kematian bayi. Sedangkan, angka mortalitas sepsis cukup tinggi, yakni lebih dari 50%. Setidaknya, 20% kematian pasien di RS setiap tahunnya, dialami oleh penderita sepsis. Diperkirakan 11 juta orang meninggal setiap tahunnya, diawali dengan keracunan darah ini. Kasus ini sebagian besar dialami negara-negara miskin dan berkembang. Namun, negara-negara maju pun tak luput dari paparannya (www.alomedika.com).
Pemicu dan Gejala
Sepsis dipicu oleh infeksi yang disebabkan mikroba apapun, namun ada beberapa infeksi yang berisiko tinggi menimbulkan sepsis yakni infeksi aliran darah, ginjal, abdominal, dan pneumonia (radang paru-paru).
Adapun, gejala sepsis sebagai berikut: demam di atas 38 derajat celcius atau menggigil karena suhu tubuh di bawah 36 derajat celcius; detak jantung melebihi 90 detak per menit; laju pernapasan lebih dari 20 napas per menit; dan infeksi.
Jika kondisinya sudah parah, maka akan menunjukkan gejala berikut: bercak kulit yang berubah warna, perubahan penampakan mental, masalah pernapasan, jumlah urine yang menurun, jumlah trombosit menurun, fungsi jantung tidak normal, serta ketidaksadaran.
Sepsis berat (syok septik) mampu meninggalkan risiko infeksi di masa yang akan datang. Sebab, berkontribusi besar pada timbulnya komplikasi penyakit berupa gumpalan darah kecil yang menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini, dapat menghalangi aliran darah dan oksigen ke organ vital dan bagian lain dari tubuh. Inilah yang menyebabkan risiko kegagalan organ dan kematian jaringan pada tubuh penderita.
Penanganan
Sepsis memiliki tiga tingkatan, yakni ringan, sedang, dan berat (syok sepsis). Namun, semua tingkatan sepsis itu membutuhkan penanganan medis segera. Untuk sepsis ringan dan sedang biasanya dokter memberikan sejumlah obat seperti antibiotik untuk melawan infeksi, obat vasoaktif untuk menaikkan tensi darah, insulin untuk mengondisikan gula darah, kartikosteroid untuk meminimalisasi peradangan, dan obat pereda rasa sakit.
Jika sepsisnya berat, maka selain obat-obatan tadi, membutuhkan cairan IV dalam jumlah besar dan respirator untuk bernapas. Bahkan, dialisis mungkin juga diperlukan jika ginjal terkena juga. Fungsi ginjal adalah membantu menyaring limbah berbahaya, garam, dan kelebihan air dari darah. Nah, dalam dialisis mesinlah yang menggantikan fungsi-fungsi ini.
Tak jarang, tindakan pembedahan akan dilakukan untuk melenyapkan sumber infeksi. Di antaranya mengeringkan abses berisi nanah atau mengangkat jaringan yang telah terinfeksi.
Pencegahan
Ada beberapa cara agar bisa terhindar dari sepsis, yakni melalui vaksinasi dan pola hidup bersih dan sehat. Vaksinasi untuk pneumonia, flu, dan infeksi lainnya dapat digunakan sebagai upaya pencegahan sepsis. Selain itu, pembentukan pola hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dan mandi secara teratur, serta melakukan perawatan luka dengan benar.
Hubungi pihak medis segera, jika Anda mengalami tanda-tanda infeksi. Semakin sigap perawatan dilakukan, akan semakin baik hasil yang didapatkan. Sebab, keterlambatan penanganan dapat berakibat fatal.
Pandangan Islam terhadap Vaksinasi
Vaksinasi menjadi upaya preventif (pencegahan) terhadap beberapa penyakit, termasuk sepsis. Lantas, bagaimana hukum vaksinasi dalam pandangan Islam? Mengingat, masih beredarnya pro-kontra di kalangan kaum muslim sendiri terkait dengan penggunaan vaksin.
Dilihat dari segi definisi, vaksinasi merupakan proses memasukkan vaksin (virus/bakteri yang telah dilemahkan) ke dalam tubuh manusia. Tujuannya untuk memperkuat imun seseorang ketika menghadapi serangan penyakit tertentu. Ini berarti, vaksinasi mampu memberikan proteksi dari dalam, agar virus/bakteri yang menyerang bisa ditangkal oleh imun tubuh yang telah divaksin.
Apakah vaksinasi sama dengan imunisasi? Ya, jika dilihat dari fungsinya, yakni untuk memproteksi tubuh dari penyakit tertentu. Namun, imunisasi lebih umum dari vaksinasi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa vaksinasi merupakan bagian dari imunisasi.
Dalam Islam, hukum vaksinasi adalah sunah (mandub). Sebab, tergolong pada upaya pengobatan (at-tadaawi), meskipun pengobatan preventif. Adapun dalil dari perintah berobat, berdasarkan hadis Rasulullah saw., “Sesungguhnya ketika Allah menciptakan suatu penyakit, Allah juga akan menciptakan penawarnya, maka berobatlah.” (HR. Ahmad)
Hadis Ibn Abbas ra. Ia berkata, seorang wanita berkulit hitam pernah menemui Nabi saw. dan berkata, “Sesungguhnya aku menderita epilepsi dan kerap kali auratku tersingkap (apabila sakit itu menyerang), maka berdoalah kepada Allah untukku.” Nabi saw. bersabda, “ Jika kamu mau, bersabarlah, maka bagimu surga, dan jika kamu mau, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menyembuhkanmu.” Wanita itu berkata, “Baiklah, aku akan bersabar. Namun, berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap.” Maka Nabi saw. mendoakan untuknya. (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa berobat itu tidak wajib, sebagaimana taqrir (persetujuan) Nabi saw. terhadap wanita tersebut yang menjadikan sabar sebagai pilihannya. Dari dua dalil di atas, dapat disimpulkan bahwa perintah berobat bukanlah perintah tegas (jazm) yakni wajib, melainkan perintah anjuran (ghairu jazm), yakni sunah.
Berdasarkan hukum sunahnya berobat, maka vaksinasi juga hukumnya sunah. Sebab, vaksinasi tergolong dalam aktivitas berobat, khususnya preventif (al-thibb al-wiqaa’iy) yakni pengobatan sebagai bentuk pencegahan sebelum datangnya penyakit. Namun demikian, vaksinasi harus memenuhi dua syarat, yakni: pertama, bahan vaksin tidak mengandung zat najis semisal enzim babi. Sabda Nabi saw.,
“Maka berobatlah kamu dan janganlah kamu berobat dengan sesuatu yang haram (HR. Abu Dawud). Kedua, vaksinasi tidak menimbulkan bahaya (dharar) bagi orang yang divaksin. Sebagaimana hadis Nabi saw. “Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri maupun bahaya bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Lantas, bagaimana dengan vaksin yang mengandung bahan najis? Maka, hukumnya adalah makruh (bukan haram). Dalilnya ketika Rasulullah saw. pernah memperbolehkan berobat menggunakan najis ‘air kencing unta’. Imam Al-Bukhari telah mengeluarkan dari jalur Anas ra., “Ada orang-orang dari Urainah, makanan Madinah tidak cocok untuk mereka sehingga mereka sakit, maka Rasulullah saw. memberi rukhsah (keringanan) pada mereka untuk mendekati unta sedekah, lalu mereka meminum air susu dan air kencingnya…”
Menerapkan Pola Hidup Sehat dan Bersih ala Rasulullah
Selain vaksinasi, cara untuk mencegah penyakit sepsis adalah menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Pola hidup sehat dilakukan demi menguatkan ketahanan fisik, Rasulullah saw. telah memberikan tuntunan dalam menjaga kesehatan di antaranya mengonsumsi makanan sehat dan vitamin, menghindari mengonsumsi gula dan karbohidrat yang berlebihan, berhenti makan sebelum kenyang, mengatur porsi makan (sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk pernapasan), menghindari makanan dan minuman haram, membiasakan puasa sunah, dan berolahraga secara rutin.
Cara lain, dengan menjaga kebersihan badan yakni rajin membersihkan diri dan pakaian, mandi dua kali sehari, memotong rambut, kuku dan bulu, rajin berwudu, termasuk disiplin mencuci tangan dengan air mengalir. Agar virus, bakteri, dan kuman yang menempel di tangan mati atau jatuh terbawa arus aliran air, sehingga, tidak menjadi pengantar penyakit.
Tak lupa, menjaga kebersihan lingkungan dengan menyapu dan mengepel lantai secara rutin, menyemprot cairan disinfektan secara berkala, menjaga ventilasi udara dan pencahayaan rumah yang cukup. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. Itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Mahabersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Mahaindah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.” (HR. Tirmidzi)
Demikianlah, pembahasan tentang sepsis. Berbahaya, namun belum banyak dikenal masyarakat. Mengingat dahsyatnya serangan penyakit ini, sedikit keterlambatan dalam penanganan bisa berakibat fatal. Gejala sepsis apapun yang tampak, segera larikan ke RS atau klinik agar segera mendapat tindakan medis.
Namun, jangan berkecil hati karena setiap penyakit ada obatnya. Ingatlah, segala tuntunan kehidupan termasuk pola hidup sehat dan bersih yang dicontohkan Rasulullah saw. terbukti ampuh mencegah datang penyakit, jika kita mau mengamalkannya. Jangan lelah untuk terus berikhtiar dan melangitkan doa-doa kita. Semoga uraian ini bisa membuka cakrawala kita tentang dunia medis dan semakin bijak dalam bertindak. []