Gigi Sehat Sejak Usia Dini, Hindari Kebiasaan Buruk yang Merusak Posisi

"Kebiasaan membersihkan gigi bisa dimulai sejak usia bayi. Meski gigi belum tumbuh, dan baru terisi ASI, bayi hendaknya sudah dibiasakan bersih area mulutnya. Hal ini bisa dengan mengusap gusi bayi dengan kasa halus setelah menyusui. Pengenalan sejak dini inilah yang akan terbawa sampai anak besar dan dewasa."

Oleh. drg. Nita Savitri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Anak merupakan generasi masa depan, mewujudkan anak yang sehat dan bertakwa merupakan dambaan setiap orang tua muslim. Masa tumbuh kembang anak, merupakan periode yang sangat penting, sehingga membutuhkan perhatian ekstra dari kedua orang tua maupun lingkungan sekitar.

Tidak hanya pertumbuhan fisik berupa badan, namun juga adanya permasalahan gigi, yang menunjang kesehatan. Terkadang banyak yang memandang sebelah mata terhadap kesehatan gigi anak, menganggap gigi susu pada anak akan berganti seiring bertambahnya usia. Kerusakan gigi susu akhirnya dibiarkan, hingga berpengaruh kepada menurunnya nafsu makan.

Terlebih jika adanya kerusakan disertai kebiasaan buruk yang tanpa disadari dianggap biasa. Padahal turut memperparah kerusakan pertumbuhan gigi. Hal ini kadang disadari ketika anak menginjak remaja, di saat penampilan mulai menjadi perhatian.

Sebagai orang tua, tidak hanya cukup memperhatikan asupan makanan yang sehat bagi kesehatan gigi anak. Namun seyogianya juga mengetahui cara perawatan gigi dan kapan gigi tumbuh dan tanggal.

Perawatan gigi sejak usia dini, sangat memengaruhi pola hidup sehat sampai usia dewasa. Ketika sejak kecil, anak dibiasakan menjaga kebersihan gigi, maka sampai dewasa kebiasaan ini akan terpola dalam hidupnya. Memang tidak mudah membentuk kebiasaan baik tersebut, tetapi dengan kesabaran dan kasih sayang yang kuat, tentunya anak akan memahami hal ini untuk kesehatan dirinya.

Tidak hanya demi kesehatan, adanya kebersihan gigi, juga diperhatikan dalam Islam. Adanya hadis Rasulullah saw. yang menganjurkan untuk bersiwak setiap salat, cukup menjadi bukti perhatian Islam yang besar terhadap masalah ini. Sehingga menjaga kebersihan gigi tidak hanya demi kesehatan, namun juga sebagai ibadah menjalankan sunah. Meski memang secara medis, menggosok gigi sudah cukup minimal dua kali sehari. Ketika setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam.

Kebiasaan membersihkan gigi bisa dimulai sejak usia bayi. Meski gigi belum tumbuh, dan baru terisi ASI, bayi hendaknya sudah dibiasakan bersih area mulutnya. Hal ini bisa dengan mengusap gusi bayi dengan kasa halus setelah menyusui. Pengenalan sejak dini inilah yang akan terbawa sampai anak besar dan dewasa.

Jika bayi berusia 6 bulan, maka mulailah gigi susu pertama tumbuh. Gigi seri pertama bawah, menjadi pelopor munculnya gigi. Proses pertumbuhan lengkap berjalan sampai usia dua tahun. Total kesemua jumlah gigi susu adalah 20 buah. Posisi gigi susu inilah yang sebagian menjadi cikal bakal gigi permanen ketika dewasa. Sampai usia balita, anak hanya memiliki gigi susu. Baru setelah usia 6 tahun, mulailah tumbuh gigi geraham pertama permanen, di belakang gigi geraham kedua susu.

Nah, gigi inilah yang sering mengalami kerusakan pada anak. Selain karena tumbuh pertama, juga karena salah perkiraan sebagai gigi susu. Geraham yang berfungsi sebagai pengunyah utama, seringkali rusak di usia muda, karena kurangnya kesadaran menjaga kesehatan sejak dini. Banyak kasus pasien yang mengalami kehilangan geraham pertama permanen, karena pencabutan, padahal pasien masih muda usianya. Akibatnya gigi sebelah depan geraham yang dicabut menjadi miring, karena terdapat rongga kosong.

Kebiasaan Buruk yang Memengaruhi Kesehatan Gigi

Banyak kebiasaan buruk yang menyertai tumbuh kembang anak, yang tidak disadari oleh orang tua bahwa hal tersebut bisa berpengaruh pada posisi gigi dan kesehatannya. Kebiasaan tersebut antara lain :

1. Minum Susu Botol Sampai Terlelap

Kebiasaan minum susu dengan botol sampai terlelap, sering dibiasakan oleh orang tua dengan alasan agar anak kenyang dan cepat tidur. Padahal manisnya susu yang menempel dalam gigi akan berpeluang menimbulkan karies (proses sebelum lubangnya gigi, ditandai dengan bercak cokelat sampai menghitam). Dan jika berlanjut sampai usia balita, lambat laun posisi gigi depan pun bisa bergerak maju.

2. Makan Lama (Diemut)

Mengemut makanan sering terjadi pada anak yang susah makan. Anak tidak mengunyah makanan, namun hanya mendiamkan di mulutnya. Akhirnya gigi menjadi rawan karies. Biasanya menimpa semua gigi susu atas depan, yang dikenal dengan rampan karies.

3. Mengisap Jari

Anak-anak banyak melakukan kebiasaan ini untuk menenangkan diri. Ketika dalam kesendirian, memasukkan/mengisap jari menjadi aktivitas yang menyenangkan dan menghiburnya. Anak bisa berjam-jam melakukannya. Sama dengan meminum susu botol, kebiasaan ini akan mendorong gigi atas bergerak maju.

4. Menggigit Pensil

Pola kebiasaan menggigit pensil biasanya muncul ketika anak mengenal dunia sekolah. Tanpa disadari aksi ini membuat anak menjadi ketagihan untuk mengulang terus ketika saat senggang di sekolah atau sedang bosan. Jika berlanjut terus menerus, kebiasaan ini, juga akan mendorong pertumbuhan gigi permanen atas lebih maju dari normal.

Perubahan posisi gigi memang tidak selalu mengganggu kesehatan. Namun yang jelas memengaruhi penampilan. Fungsi gigi selain untuk pengunyahan, juga untuk memperjelas bicara dan estetik. Dua fungsi terakhir inilah yang dipengaruhi oleh posisi yang tidak tepat. Sehingga apabila ada upaya memperbaiki posisi gigi, akan membutuhkan biaya yang ekstra. Dibanding gigi yang posisinya normal saja.

Generasi Sehat, Tanggung Jawab Semua Pihak

Apabila anak sudah mendapat asupan makanan yang sehat dan bergizi sejak dini, dan menghindari kebiasaan buruk yang merusak gigi, maka langkah untuk mewujudkan gigi sekaligus badan yang sehat insyaallah bisa terwujud. Tentu saja hal tersebut membutuhkan dukungan dari semua pihak. Baik keluarga, sekolah juga negara. Peran negara sangat penting untuk mewujudkan ketangguhan ekonomi keluarga. Sehingga setiap keluarga mampu tercukupi kebutuhan gizinya dan sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bersih di antara anggota keluarga.

Walhasil mengedukasi masyarakat menjadi lebih mudah, ketika pola pikir tidak rendah. Kesadaran akan menjaga kebersihan dan merawat gigi secara rutin ke dokter gigi juga akan timbul secara alami. Sehingga generasi yang sehat badan dan iman pun akan terwujud, serta kelak mampu bersinergi membangun negeri.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

drg. Soffy Wineta Savitri Kontributor NarasiPost.com
Previous
BRIN: Alokasi Dana Salah Sasaran, kok Bisa?
Next
Gunung Api dan Budak Malang
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram