HIV/AIDS, Haruskah Terasing?

"Mengasingkan penderita HIV/AIDS secara sosial, menyembunyikan mereka di tempat terasing atau fasilitas khusus akan menambah rasa depresi dan membuat imunitas tubuhnya semakin lemah hingga mempercepat kematian bagi si penderita."

Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Naudzubillahimindzalik. Aku memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari hal-hal buruk.” Itulah kalimat yang akan selalu keluar dari mulut kita pada umumnya, ketika mengetahui ada seseorang yang terpapar virus HIV/AIDS, atau bahkan jika kita mendengar kata “HIV” saja langsung ketar-ketir hati dibuatnya.

"Astagfirullah, serius?” Seakan tak percaya mendengar kabar yang sangat mendadak dan mengejutkan ini. Sambil menatap wajahnya dari kejauhan yang terlihat pucat seakan tak memiliki gairah hidup lagi. Mendengar berita ini saja, tiba-tiba merasakan tubuh kami seakan tanpa tulang, lemas, dan tidak bisa berkata apa-apa. Di dalam kepala penuh dengan beribu pertanyaan, “Mengapa?”

Seakan nasi sudah menjadi bubur, diagnosa yang diterimanya menunjukkan bahwa dirinya positif terinfeksi virus mematikan tersebut. Dia adalah seseorang yang dikenal pendiam dan tidak ada indikasi kenakalan dalam sikap dan pergaulan. Hanya, badannya memang cenderung lemah, dan paras yang rupawan membuat dirinya banyak memiliki teman yang entah baik atau buruk perilakunya, tidak ada yang tahu pasti. Setelah digali lebih dalam, ternyata ia dipaksa melakukan kegiatan oral seksual dibawah ancaman pisau yang siap menembus tubuhnya. Jika ia tidak mau melakukan hal tidak senonoh tersebut. Hal itulah yang menyebabkan dirinya harus menerima virus HIV ini sebagai hukuman yang sangat berat dalam hidupnya.

Mirisnya, depresi dan stres yang dialaminya membuat tubuhnya semakin melemah. Seakan ia tidak lagi tahu tujuan hidupnya, tidak mampu lagi menyelesaikan studinya, bahkan tidak mampu menikmati hidupnya. Karena yang dirasakan adalah, dia “sendirian” berjuang untuk rasa malu, merasakan sakit dengan momok yang paling ditakuti manusia mana pun, hingga akhirnya maut menjemputnya. "Innalillahi wainailaihi rojiun.”

Dan ilustrasi kisah-kisah seperti itu bukan hanya terjadi pada dirinya. Berkembangnya virus HIV/AIDS dengan berbagai faktor penularan, baik akibat perilaku yang zalim, perundungan, bahkan keturunan akibat kelahiran dari orang tua yang terjangkit menjadi penyebab semakin bertambahnya kasus tersebut.

Virus Mematikan

Apakah virus HIV/AIDS itu? Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah suatu virus patogen yang dapat menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Bahwasanya, HIV ini menginfeksi serta merusak sel CD4 yang berperan penting dalam sistem imunitas tubuh. Sel-sel yang menjadi target HIV adalah sel dendritic, sel T, dan makrofaga. Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis, vagina, dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV. Buruknya, HIV juga dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di noda limpa.

Dikatakan sebagai virus mematikan karena biasanya penderita akan mengalami berbagai dampak negatif yang semakin hari membuat kondisi kesehatannya semakin menurun, termasuk di dalamnya mental dan spiritual si penderita. Jika seseorang mengidap HIV dan tidak mendapatkan pengobatan, virus tersebut akan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Pada akhirnya, infeksi tersebut akan berubah menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan tubuh akan sulit melawan infeksi.

Penularan HIV/AIDS berasal dari hubungan seksual kalangan pekerja seksual, seks bebas, atau pengguna narkoba. Penularan juga dapat terjadi di kalangan orang yang bukan pecandu narkoba, atau yang tidak pernah melakukan seks bebas pun berisiko terkena penyakit HIV/AIDS ini. Sering kali mereka tidak menyadari bahwa tubuhnya telah tertular HIV.

Dalam penelitian terkini, menurut Dr. Irna Sufiawati, drg., Sp.PM., dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unpad, infeksi HIV dapat diidentifikasi melalui kesehatan gigi dan mulut. Menurutnya, dokter gigi dapat menemukan beberapa kelainan di rongga mulut yang merupakan manifestasi dari infeksi HIV. (unpad.ac.id)

Adapun beberapa ciri HIV tahap awal yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:

  1. Sakit kepala.
  2. Demam.
  3. Badan mudah lelah, padahal tidak banyak beraktivitas dan sudah cukup tidur.
  4. Nyeri sendi.
  5. Tidak nafsu makan.
  6. Kelenjar getah bening bengkak.
  7. Sakit tenggorokan.
  8. Ruam.

Pengobatan Medis dan Psikologis

Menjadi penderita HIV/AIDS tentu tidak mudah dan membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar. Kesehatan fisik penderita akan sangat berdampak sangat signifikan bagi dirinya, karena menurunnya kekebalan tubuh. Tidak hanya berdampak pada kondisi fisik seluruh aspek kehidupan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) juga ikut terdampak. Ia juga akan mudah terkena masalah mental.

Secara medis, HIV/AIDS tidak akan pernah sembuh. Karena belum ada obatnya. Namun, tindakan yang perlu dilakukan dengan bersegera mendapatkan pengobatan berupa antiretroviral (ARV) yang bekerja untuk mencegah virus HIV menggandakan diri dan menghancurkan sel CD4. Pengobatan ini dapat digunakan untuk ibu hamil agar mencegah penularan HIV ke janin. Di waktu yang sama bertujuan agar setiap hari perkembangan virus dapat dikendalikan.

Selain pengobatan secara medis, pengobatan psikologis pun perlu dilakukan dan sangat dibutuhkan oleh para penderita HIV pada umumnya. Dan yang perlu diperhatikan adalah gangguan mental yang terjadi akibat HIV/AIDS ini antara lain, depresi, kecemasan, delusi, dan efek buruk lainnya, seperti menurunnya produktivitas, permasalahan psikologis, juga kehidupan sosial.

Pengidap HIV juga berjuang dengan proses penerimaan dan perlakuan yang diterima dari lingkungannya. Kondisi psikologis tersebut tentu memengaruhi kesehatan mental penderita. Selain itu, rasa penyesalan atau perasaan bersalah yang juga menjadi sumber stres atau tekanan mental ODHA.

Mengasingkan penderita HIV/AIDS secara sosial, menyembunyikan mereka di tempat terasing atau fasilitas khusus akan menambah rasa depresi dan membuat imunitas tubuhnya semakin lemah hingga mempercepat kematian bagi si penderita. Sehingga, bukan seperti itu cara menyelesaikan persoalan ataupun pertolongan yang diberikan agar mereka bisa bertahan hidup, walau dengan keterbatasan usia yang setiap saat menanti kematiannya secara tragis.

Sehingga, penting untuk mengobati mental si penderita dalam memperbaiki dampak psikologis. Salah satunya dengan memberikan edukasi pada masyarakat sehingga dukungan diberikan oleh masyarakat terhadap keberadaan para penderita HIV/AIDS di tengah lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga menjadi faktor utama bagi penderita untuk mampu meneruskan kehidupannya, saat bertahan dalam pergumulan penyakit mematikan yang ada pada dirinya. Dukungan moral sangat diperlukan agar ODHA memiliki kualitas hidup lebih baik.

Bertobat dan Menguatkan Keimanan

Memiliki lingkaran pertemanan yang sehat, kepribadian yang penuh keimanan menjadi tujuan dari pembentukan manusia yang bertakwa dan taat pada syariat. Lingkungan yang mendukung secara positif akan membentuk karakter dan jiwa seseorang menjadi yang diharapkan sebagai generasi penerus umat. Namun, apa pun yang telah terjadi pada diri seseorang termasuk mereka yang terjangkit HIV/AIDS sekalipun, merupakan qada yang telah Allah tetapkan bagi setiap manusia.

Keyakinan pada ketetapan Allah tersebut, apakah itu untuk menguji kesabaran, meningkatkan keimanan, mendekatkan diri pada Sang Khaliq? Ataukah peringatan kepada manusia atas jalan kemaksiatan? Pun hikmah yang ada di balik itu semua, tetaplah Allah yang lebih tahu bagi hamba-Nya.

Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah saw. pernah menyampaikan

إنَّ اللَّهَ عزَّ وجلَّ يقولُ يَومَ القِيامَةِ: يا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي، قالَ: يا رَبِّ، كيفَ أعُودُكَ وأَنْتَ رَبُّ العالَمِينَ؟! قالَ: أَمَا عَلِمْتَ أنَّ عَبْدِي فُلانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ؟ أمَا عَلِمْتَ أنَّكَ لو عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ؟ 

Artinya:
“Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, pada hari kiamat, 'Hai anak Adam, Aku sakit tetapi kamu tidak menjenguk-Ku'. Dia berkata, 'Wahai Rabbku, bagaimana aku menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?' Dia berfirman, 'Tahukah kamu bahwa hamba-Ku si fulan sakit, tetapi kamu tidak mau menjenguknya. Tahukah kamu, jika kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisinya'.” (HR. Muslim)

Sehingga, maksud dari hadis di atas ingin merujuk pada manusia bahwa pada dasarnya orang yang terkena HIV/AIDS sekalipun merupakan orang yang sakit, sebagaimana umumnya. Artinya ia tetap mendapat perlakukan manusiawi seperti mendapat pelayanan medis yang layak dan dukungan dari orang-orang terdekat agar tetap tabah menjalani ujian.

Dalam Islam, sistem pergaulan pun diatur dalam aturan yang jelas dan tegas. Jika aturan pergaulan Islam tersebut dijalani, maka tidak akan terjadi hal-hal mengerikan seperti di atas. Penyakit mematikan yang berasal dari sebuah lingkungan yang kejam dan penuh kemaksiatan akan dihancurkan. Sehingga generasi muda di seluruh dunia akan berkembang menjadi generasi sehat mental dan spiritual. Basis ketakwaan akan terus dibawa oleh mereka dalam setiap langkah kehidupannya. Negara yang berperan melindungi generasinya akan selalu menjaga dan mengurus mereka hingga menjadi sosok generasi harapan umat di masa yang akan datang.

Wallahua’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Desi Wulan Sari Seorang penggiat dakwah dan Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menyelami EYD Menjadikan Tulisan Makin Kece
Next
Docang: Racun yang Hilang
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram