"Kecanggihan teknologi yang ada saat ini memang telah membantu manusia, tetapi tetap memiliki risiko yang berpotensi menambah masalah baru. Bagaimanapun, tidak ada tuntunan terbaik selain apa yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada semua manusia."
Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kegemukan alias obesitas masih menjadi momok bagi sebagian besar orang. Selain mengakibatkan banyak penyakit, obesitas juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang. Karena itu, banyak orang rela menempuh sejuta cara untuk mendapatkan tubuh ideal dan sehat mulai dari diet ekstrem, olahraga, hingga mengonsumsi obat-obatan. Bahkan, tindakan operasi pun sering kali dipilih demi memperoleh hasil maksimal.
Seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh seorang musisi ternama berinisial MG. Diet yang bertahun-tahun dilakukannya ternyata gagal dan tidak membuahkan hasil. MG pun akhirnya memilih melakukan operasi bariatrik demi menurunkan berat badannya yang sudah terkategori obesitas. Bagaimana sejatinya operasi bariatrik itu? Apakah operasi tersebut terbukti mampu menurunkan berat badan? Adakah risiko bagi orang yang melakukan operasi bariatrik?
Sejarah Awal Bariatrik
Obesitas dan permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan itu, sebenarnya telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Namun, untuk bidang kedokteran bariatrik sendiri baru ada sekitar 70 tahun silam. Seiring dengan kemajuan medis dan perkembangan teknologi, bidang kedokteran telah menghasilkan berbagai jenis operasi bariatrik yang dianggap efektif dan aman.
Menurut catatan sejarah dari abad ke-10, terdapat klaim bahwa Raja Leon, D. Sancho, menjadi orang pertama yang telah melakukan prosedur bariatrik. Klaim tersebut menyebutkan bahwa Raja Sancho mengalami kegemukan yang membuatnya sulit berjalan, berkuda, dan mengangkat pedang. Akibatnya ia harus rela kehilangan takhta yang sudah dikuasainya.
Melihat kondisi tersebut, seorang dokter Yahudi bernama Hasdai Ibn Shaprut, di Cordoba, Spanyol, melakukan intervensi terhadap sang raja. Dia kemudian menjahit bibir raja Sancho bersama-sama dan hanya menyisakan sedikit lubang di tengahnya. Setelah prosedur tersebut dilakukan, Raja Sancho hanya bisa diberikan makanan herbal cair melalui sebuah sedotan. Hasilnya, berat badan sang raja dengan cepat menyusut lebih dari setengahnya. Setelah itu, ia kembali ke Leon dan merebut takhta yang sempat hilang. (Limarp.com)
Mengenal Operasi Bariatrik
Operasi bariatrik (bariatric surgery) atau biasa dikenal dengan operasi potong lambung adalah prosedur bedah digestif untuk memodifikasi saluran pencernaan pada pasien yang memiliki kelebihan berat badan (obesitas). Dengan prosedur tersebut, berat badan dan risiko komorbid dapat diturunkan. Pada operasi ini, lambung pasien akan dipotong sebagian kecil maupun besar. Namun, perlu diingat bahwa prosedur ini bukan untuk estetika atau penampilan semata.
Hanya saja, bedah bariatrik tidak bisa diperuntukkan bagi semua orang. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif Rumah Sakit Pondok Indah, Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp.B.SubBDig. Menurutnya, prosedur bariatrik baru boleh dilakukan jika pasien dapat memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni pasien yang memang morbid obesitas atau memiliki body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi. Misalnya, BMI di atas 35 tanpa komorbid seperti diabetes, hipertensi, dan hiperlipidemia. (Kompas.com)
Pada intinya, tidak semua pasien obesitas boleh melakukan operasi bariatrik. Di sisi lain, operasi ini sendiri bertujuan untuk memperkecil daya tampung organ tubuh lambung. Namun, perlu diketahui bahwa operasi pengecilan lambung tersebut bersifat permanen. Artinya, kapasitasnya tidak bisa dikembalikan lagi seperti semula. Setelah prosedur operasi dilakukan, maka kapasitas lambung menjadi kecil sehingga makanan yang masuk lebih sedikit dan pasien akan cepat merasa kenyang ketika mengonsumsi sesuatu.
Jenis-Jenis Operasi Bariatrik
Operasi bariatrik sendiri memiliki beberapa jenis yang umum dilakukan, yakni:
Pertama, gastric bypass. Prosedur ini dilakukan dengan membelah atau memisahkan lambung menjadi dua bagian. Yakni memotong lambung bagian atas yang berukuran lebih kecil dan bagian bawah yang lebih besar. Selanjutnya, usus halus pun akan dipotong menjadi lebih pendek lalu disambungkan dengan bagian lambung yang ukurannya lebih kecil tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi kapasitas tampung makanan di lambung dan memangkas serapan nutrisi dari makanan di usus halus.
Kedua, sleeve gastrectomy. Prosedur ini dilakukan dengan memangkas bagian lambung sekitar 75-80 persen. Setelah proses pemotongan, maka lambung yang disisakan berbentuk ramping dan memanjang seperti buah pisang. Dengan kondisi lambung yang tersisa, daya tampungnya pun berkurang sangat signifikan sehingga pasien akan lebih cepat kenyang saat mengonsumsi makanan.
Ketiga, adjustable gastric band. Jika kedua prosedur sebelumnya dilakukan dengan memangkas volume lambung, maka pada operasi bariatrik jenis ini lambung akan diikat dengan alat khusus yang berbentuk seperti cincin. Jika alat ini digunakan, maka dokter dapat mengencangkan dan mengendurkannya sesuai dengan kebutuhan. Prosedur ini pun akan membatasi masuknya jumlah makanan dan membuat pasien cepat kenyang.
Keempat, biliopancreatic diversion with duodenal switch. Pada metode ini lambung akan dipotong kemudian disambungkan dengan bagian akhir usus halus. Meski operasi pemotongan lambung sudah dilakukan, makanan akan tetap bercampur dengan cairan empedu, asam lambung, dan enzim pencernaan yang ada di usus besar. Hanya saja, nutrisi yang terserap oleh tubuh akan jauh berkurang. Perlu diketahui, dari semua jenis operasi bariatrik, metode ini memiliki risiko paling besar terhadap kekurangan gizi.
Manfaat dan Risiko
Banyak pihak mengeklaim bahwa operasi bariatrik menjadi solusi jitu untuk mengatasi obesitas yang tidak mampu dikendalikan dengan olahraga maupun diet. Namun, perlu diketahui bahwasanya setiap jenis operasi bariatrik memiliki manfaat dan risikonya masing-masing. Untuk memilih prosedur yang cocok, nantinya dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum memilih operasi bariatrik yang sesuai dengan kondisi pasien.
Berikut manfaat yang diperoleh dari operasi bariatrik yang dilakukan para penderita obesitas akut. Beberapa di antaranya adalah:
- Mampu menurunkan berat badan. Kondisi tersebut dapat bertahan dalam waktu yang lama. Sebuah penelitian membuktikan sekitar 90 persen penderita obesitas yang telah menjalani operasi bariatrik telah berhasil menurunkan bobot tubuhnya. Bahkan, hasilnya bisa tetap sama setidaknya sampai jangka waktu satu tahun.
- Dapat membantu proses pengobatan gangguan kesehatan lainnya yang masih berkaitan dengan obesitas. Misalnya saja diabetes tipe 2, sleep apnea, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, pelemakan hati, asam lambung, dan nyeri lutut karena radang sendi.
- Memberikan angka harapan hidup yang lebih besar. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa para penderita obesitas yang menjalani operasi bariatrik memiliki usia harapan hidup yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan para penderita yang tidak melakukan tindakan operasi.
- Mampu meningkatkan kualitas hidup (secara umum) dan dapat memperbaiki kondisi psikologis. Misalnya saja, para penderita obesitas yang telah melakukan operasi bariatrik mampu memperbaiki rasa percaya diri, gejala depresi, interaksi sosial, dan gangguan kecemasan.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa setiap prosedur operasi bariatrik tidak hanya memiliki manfaat bagi para penderitanya. Namun, prosedur tersebut juga memiliki risiko yang tidak sedikit dan harus menjadi perhatian khususnya bagi penderita obesitas. Beberapa risiko tersebut antara lain:
- Infeksi.
- Pendarahan.
- Kebocoran pada lambung atau usus yang telah dijahit.
- Kesulitan untuk bernapas.
- Menyebabkan terbentuknya emboli, yakni pembekuan darah yang dapat terbawa ke organ tertentu seperti otak, paru-paru, ataupun jantung. Jika dibiarkan dan tidak diobati, maka kondisi ini akan membahayakan nyawa.
Tak hanya berisiko dalam jangka pendek, orang yang telah menjalani prosedur bariatrik pun memiliki risiko jangka panjang yang harus diwaspadai. Beberapa risiko tersebut antara lain:
- Dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu karena penurunan berat badan secara drastis dalam waktu yang sangat singkat.
- Menyebabkan terjadinya hernia.
- Menyebabkan masalah kesehatan karena terganggunya penyerapan nutrisi, misalnya kurangnya penyerapan zat besi, kalsium, serta berbagai vitamin (termasuk B12 dan E).
- Pergerakan makanan yang terlalu cepat melalui usus halus akan menimbulkan mual, pusing, diare, berkeringat, dan lemas setelah makan. Terutama jika mengonsumsi makanan manis. • Mengakibatkan mual, muntah, dan kesulitan makan karena adanya penyempitan di area lambung dan usus.
- Menimbulkan luka atau lubang di saluran cerna.
Meskipun semua prosedur operasi bariatrik memiliki risiko tertentu, dari jangka pendek hingga panjang, tetapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi potensi efek samping. Yakni dengan menurunkan indeks massa tubuh, memperbanyak olahraga, dan menghentikan kebiasaan merokok.
Diet Sehat dalam Islam
Setiap orang hakikatnya ingin memiliki tubuh yang sehat. Namun, pola makan masyarakat hari ini yang jauh dari tuntunan agama, mengakibatkan berbagai penyakit datang silih berganti. Salah satunya adalah obesitas yang disebabkan oleh penumpukan lemak berlebih dalam tubuh, karena jumlah kalori yang masuk lebih banyak daripada yang dibakar.
Sebagai seorang muslim, mengikuti ajaran Rasulullah saw. seharusnya tidak hanya pada perkara akidah dan ibadah semata. Namun, Rasulullah saw. adalah teladan terbaik dalam semua urusan termasuk dalam menjaga kesehatan tubuh. Salah satu yang diajarkan Rasulullah saw. adalah diet. Namun, perlu diingat bahwa ini bukanlah diet ekstrem sebagaimana yang banyak dilakukan masyarakat hari ini. Ini adalah diet menurut Islam.
Sejatinya, diet tidak semata-mata soal menurunkan berat badan. Namun, diet yang dimaksud adalah menjalankan pola makan sehat demi kebugaran tubuh. Sedangkan menurunnya berat badan merupakan bonus yang diterima dari program diet yang dilakukan. Karena itu, tak salah rasanya jika mengikuti tuntunan Rasulullah saw. dalam menjaga pola makan demi kesehatan tubuh. Pola makan tersebut tentu saja mengikuti tuntunan Islam, yakni tidak berlebihan.
Beberapa langkah diet yang diajarkan dalam Islam, di antaranya:
- Puasa. Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Meski merupakan sebuah ibadah, tetapi di dalamnya terdapat banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Puasa bisa menjadi treatment untuk mengistirahatkan organ pencernaan yang sebelumnya terus bekerja mengolah makanan. Dengan berpuasa seseorang bisa meminimalisasi penumpukan lemak di dalam tubuh yang mengakibatkan berat badan meningkat. Saat makan pilihlah makanan yang mengandung kadar air tinggi agar bisa menghidrasi tubuh.
- Makan secukupnya dan tidak berlebihan. Islam memerintahkan agar setiap orang tidak berlebih-lebihan, termasuk dalam mengonsumsi makanan. Sebab, Allah Swt. tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Hal ini termuat dalam Al-Qur'an surah Al-Araf ayat 31, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
- Memilih makanan yang halal dan sehat. Seorang muslim diperintahkan untuk mengikuti tuntunan Al-Qur'an, termasuk dalam hal memilih makanan. Dalam Islam, makan dan minum tak boleh asal pilih. Sebab, Allah Swt. memerintahkan agar setiap hamba-Nya memilih makanan yang tidak hanya sehat, tetapi juga halal. Banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan demikian, salah satunya adalah surah An-Nahl ayat 114.
- Banyak mengonsumsi air putih. Air putih yang memang mengandung nol kalori sangat baik dikonsumsi oleh semua orang, apalagi bagi para pelaku diet. Karena kandungan nol kalori tersebut, maka tidak akan membuat berat badan naik. Mengonsumsi banyak air putih justru dapat menghidrasi tubuh yang akan membuat badan lebih berenergi. Selain itu, air putih juga dapat membantu mendetoks tubuh dari racun.
Khatimah
Andai setiap manusia mengikuti tuntunan Rasulullah saw. baik cara hidup, beribadah, maupun cara menjaga pola makan, niscaya hidup dan tubuhnya akan dipenuhi keberkahan, ketenangan, dan kesehatan. Kecanggihan teknologi yang ada saat ini memang telah membantu manusia, tetapi tetap memiliki risiko yang berpotensi menambah masalah baru. Bagaimanapun, tidak ada tuntunan terbaik selain apa yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada semua manusia.
Wallahu a'lam bish shawab[]
Tulisan yang bagus dan mencerahkan. MasyaAllah
Sebenarnya, Islam telah memberikan solusi sehat tanpa risiko yang membahayakan. Jadi, mengapa ini tidak coba dilakukan rutin?
Benar sekali, Andai ketika setiap manusia mengikuti tuntunan Rasulullah saw. baik cara hidup, beribadah, maupun cara menjaga pola makan, niscaya hidup dan tubuhnya akan dipenuhi keberkahan, ketenangan, dan kesehatan. Kecanggihan teknologi yang ada saat ini memang telah membantu manusia, tetapi tetap memiliki risiko yang berpotensi menambah masalah baru. Bagaimanapun, tidak ada tuntunan terbaik selain apa yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada semua manusia.