Melindungi Keluarga dari Campak

Melindungi keluarga dari campak

Campak sebagai penyakit menular harus ditangani dengan tepat agar seluruh masyarakat termasuk keluarga terlindungi dari bahaya penyakit ini.

Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Penyakit campak kembali menghiasi tahun 2024. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengabarkan peningkatan penyakit ini di seluruh Eropa hingga mencapai 30 kali lipat. Melihat kondisi tersebut, WHO lantas menyeru negara-negara Eropa kembali menggencarkan vaksinasi guna mencegah penularan dan melonjaknya penderita. (detik.com, 27/01/2024)

Di Indonesia, penyakit ini menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 2023 lalu. Laman vaxcorpindo.com (24/11/2023) menuliskan bahwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengumumkan ada peningkatan penderita sebesar 32 kali lipat dari tahun sebelumnya. Meski saat ini pemerintah tidak menyatakannya sebagai KLB pada 2024, masyarakat tentu harus berupaya melindungi keluarga dari bahayanya. Lantas, seperti apa langkah yang tepat untuk mencegahnya? Bagaimana pula cara Islam menangani wabah pada suatu wilayah?

Penyebab dan Gejala Campak

Penyebab campak adalah virus rubeola yang masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau mulut. Ia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang menular. Virus yang masuk ke dalam paru-paru lantas berpindah ke kelenjar getah bening dan terus berpindah ke sel dan organ tubuh lain seperti kulit, hati, limpa, dan sistem saraf pusat.

Umumnya, gejala penyakit ini seperti flu dan ditandai dengan ruam kulit di sekujur tubuh. Penderita akan mengalami demam tinggi, batuk, hidung beringus, lemas, dan mata merah. Gejala akan muncul satu sampai dua minggu setelah terpapar virus.

https://narasipost.com/opini/12/2022/merebaknya-hiv-aids-dalam-sistem-sekuler/

Penyakit ini dapat menyebar melalui tetesan di udara, air liur, atau kontak langsung dengan penderita. Mayoritas penderitanya adalah anak-anak. Namun, kalangan remaja, ibu hamil, dan orang dewasa pun dapat terjangkit penyakit ini.

Risiko dan Bahaya Campak

Risiko campak biasanya terjadi pada mereka yang belum pernah mendapatkan vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella), kekurangan vitamin A atau melakukan perjalanan ke negara yang mengalami wabah. Anak usia di bawah lima tahun juga rentan terkena risiko. Ini karena sistem kekebalan tubuhnya dalam proses pengembangan. Bagi penderita yang terjangkit, jika tidak segera ditangani, dapat mengundang sejumlah bahaya bahkan kematian.

Dalam laman media online herminahospital.com (30/01/2023) menyebutkan, setidaknya ada enam bahaya yang dapat ditimbulkan sebagai berikut:

1.    Diare. Terjadi pada sekitar satu dari sepuluh penderita.
2.    Pneumonia atau radang paru-paru. Terjadi pada sekitar satu dari 20 orang penderita.
3.    Infeksi pada jaringan otak, termasuk pembengkakan otak. Ini terjadi pada sekitar satu dari 1000 orang penderita. Pembengkakan otak atau ensefalitis dapat menyebabkan kejang, tuli, atau cacat intelektual.
4.    Infeksi pendengaran. Terjadi sekitar satu dari sepuluh orang penderita. Infeksi telinga ini memungkinkan terjadinya gangguan pendengaran secara permanen.
5.    Kematian. Terjadi sekitar satu atau dua dari 1000 orang penderita.
6.    Kelahiran prematur dan berat bayi rendah. Kemungkinan terjadi pada ibu hamil yang menjadi penderita.

Pencegahan dan Penanganan Campak

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi dan memenuhi kebutuhan vitamin A. Masyarakat juga dilarang mengunjungi negara atau wilayah yang terkena wabah penyakit ini. Pola hidup sehat pun tak boleh lepas dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Edukasi seputar penyakit menular perlu dilakukan pemerintah sebagai sarana mencerdaskan masyarakat.

Pada dasarnya, penderita dapat sembuh jika sistem kekebalan tubuh mampu melawan dan membunuh virus yang masuk.

Adapun penanganan bagi penderita yang tertular adalah sebagai berikut:

1.    Mengonsumsi obat pereda nyeri atau demam.
2.    Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
3.    Banyak istirahat dan hindari sinar matahari atau cahaya terang selama mata sensitif.
4.    Mengonsumsi suplemen vitamin A.
5.    Banyak istirahat.
6.    Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi.

Campak, Wabah, dan Islam

Campak merupakan salah satu penyakit yang kerap menjadi wabah atau KLB di dunia. Pada 2021, WHO memperkirakan ada 9 juta kasus dan 128.000 di antaranya meninggal akibat penyakit ini di seluruh dunia. Pada 2022, ada peningkatan global sebesar 18% dari tahun sebelumnya dengan peningkatan kematian akibat penyakit ini sebesar 43%. Pada 2023, kasus serupa kembali meningkat hingga diperkirakan sebanyak 136.000 orang meninggal karenanya. (vaxcorpindo.com, 24/11/2023)

Banyak pihak menilai bahwa kenaikan jumlah penderita sangat berhubungan dengan menurunnya jumlah vaksinasi di kalangan masyarakat. Kurangnya pengetahuan, tidak adanya jaminan penggunaan dan efek samping vaksin, pembatasan jumlah vaksin di sebagian wilayah, dan lain sebagainya turut memengaruhi penurunan ini.

Padahal, kembali terulangnya suatu wabah tidak semata-mata karena penurunan vaksinasi dalam masyarakat. Ini juga disebabkan dari upaya pencegahan dan penanganan yang kurang maksimal oleh negara dalam rangka melindungi masyarakat dari berbagai penyakit.

Dalam pandangan Islam, ketika suatu wilayah terjadi wabah atau KLB terhadap suatu penyakit, negara harus melakukan beberapa hal sebagai berikut:

1.    Memisahkan antara warga yang sakit dan sehat. Ini penting agar warga yang sakit tidak menularkan penyakit kepada yang sehat.
2.    Melakukan pengobatan kepada warga yang sakit dan menjaga asupan gizi untuk semua masyarakat melalui swasembada pangan yang ada. Islam menganjurkan bagi mereka yang sakit untuk berobat. Maka negara harus memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Nabi Muhammad saw. pernah bersabda,

إنَّ اللَّهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali diturunkan pula obatnya.” (HR. Bukhari)

3.    Melakukan karantina pada wilayah yang terpapar wabah. Masyarakat dalam wilayah wabah dilarang keluar dari wilayahnya dan masyarakat di luar wilayah wabah dilarang memasuki wilayah wabah. Rasulullah saw. bersabda,

فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَفِرُّوا مِنْهُ ...

“Maka jika kamu mendengar ada penyakit berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan jika ada wabah di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu lari darinya.” (HR. Mutafaq Alaih)

4.    Melakukan edukasi kesehatan terhadap kewaspadaan berbagai penyakit dan pengawalan serta pengawasan agar masyarakat melakukan pola hidup sehat.
5.    Melakukan pengembangan penelitian terhadap suatu penyakit hingga dapat memberikan vaksinasi yang halal, aman dan terjangkau bahkan gratis bagi masyarakat.

Semua langkah di atas dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan kepengurusan negara terhadap masyarakat. Ini tentu tak lepas dari akidah Islam yang menjadi sandaran bagi negara dalam mengurus rakyatnya. Sebab akidah Islam meniscayakan lahirnya para pemimpin negeri yang amanah dengan sistem pemerintahan yang amanah pula yakni sistem pemerintahan Islam. 

Penutup

Campak sebagai penyakit menular harus ditangani dengan tepat agar seluruh masyarakat termasuk keluarga terlindungi dari bahaya penyakit ini. Peran negara sebagai penanggung jawab dan pengurus rakyat sangat penting dalam upaya memutus rantai penyebaran penyakit menular. Hanya dengan sistem pemerintahan Islam yang berlandaskan akidah Islam, masyarakat akan mendapatkan perlindungan maksimal dari negara.

Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Firda Umayah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com Salah satu Penulis Inti NarasiPost.Com. Seorang pembelajar sejati sehingga menghasilkan banyak naskah-naskahnya dari berbagai rubrik yang disediakan oleh NarasiPost.Com
Previous
Pasukan Elite Israel Keok Dibantai Hamas
Next
Keajaiban Capung
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
9 months ago

Betul. Kalau terjadi penyakit menular, di sinilah peran negara dilihat. Apakah negara serius menanganginya sampai sembuh, atau hanya sekadarnya saja. Seperti wabah yang sudah-sudah di negeri ini.

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Sartinah
9 months ago

Ya, berulangnya wabah serupa yang terjadi menunjukkan belum maksimalnya peran negara dalam mengurus rakyatnya.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram