Ayan, Bukan Penyakit yang Memalukan

"Ayan bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Memilikinya bukan merupakan hal yang memalukan. Mencari kesembuhan dan bersabar atasnya menjadi ladang pahala."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-“Ayo, Di, main bola lagi!”
Ada yang ingat atau pernah mendengar kalimat ini? Ya, kalimat di atas merupakan penggalan dari sebuah iklan jadul. Anak generasi 90-an pasti familier dengannya. Iklan tersebut tentang satu penyakit yang sering dianggap memalukan oleh sebagian masyarakat, yakni ayan.

Dahulu, penyakit ayan atau epilepsi sering dipandang sebagai aib, bisa menular, penyakit mental atau keterbelakangan mental hingga harus ditutupi. Bahkan, ada yang menganggap ayan terjadi karena kutukan atau terkena roh jahat. Mungkin karena ayan atau epilepsi berasal dari istilah Yunani, “Epilambanein” yang berarti dikuasai atau diliputi kejutan. Saat ayan kambuh, penderitanya akan mengalami kejang-kejang, mengentak-entakkan tubuh hingga hilang kesadaran. Ini dianggap feneomena gaib/supernatural yang berhubungan dengan roh-roh.

Ketika kejang-kejang, penderita ayan tak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Dengan kata lain ia tak sadar apa yang terjadi pada dirinya saat ayannya kambuh. Bahkan, saat auratnya tersingkap pun ia tak mengetahuinya. Selain kehilangan kendali atas tubuhnya, penderita ayan juga sangat mungkin mengalami bahaya lain. Ia bisa saja tiba-tiba terjatuh dan kepalanya terbentur atau mengalami kecelakaan. Bila tak segera mendapat pertolongan dapat berakibat fatal dengan hilangnya nyawa. Bayangkan, jika si penderita ayan sedang sendirian dan tak ada siapa-siapa di dekatnya kala penyakit itu kambuh?! Entah apa jadinya? Sungguh hanya Allah yang mampu melindungi.

Saya pernah mengalami kejadian berkaitan dengan penyakit ayan. Ada seorang anak tetangga teman saya yang menderita ayan sejak kecil. Saya kenal dengan ibu si anak karena sering berkunjung ke rumah teman saya tersebut. Singkat cerita, suatu hari ketika saya silaturahmi ke sana, tiba-tiba anak tersebut mengalami kejang-kejang. Mulutnya mengeluarkan buih-buih. Saya yang awam sama sekali dengan penyakit itu, walaupun sering mendengarnya, cukup terguncang melihat kejadian itu secara langsung.

Tak tahu harus berbuat apa, saya hanya bengong ketika si anak tersebut kejang-kejang tiada henti. Tubuhnya mengejang seolah tak terkendali. Ingin membantu, tapi tak mengerti, saya hanya bisa berdoa dalam hati. Rasanya sungguh sedih sekali. Membayangkan perasaan anak itu, kedua orang tua dan juga seluruh keluarganya harus menghadapi penyakit yang katanya melekat seumur hidup.

Di keluarga saya, alhamdulillah tidak ada yang terkena penyakit ini. Karena itulah saya hanya tahu informasi tentang ayan atau epilepsi lewat internet. Dari situs hellosehat.com, saya mendapatkan info bahwa ayan merupakan sebuah penyakit kronis dengan ciri khas berupa kejang kambuhan yang sering kali muncul tanpa pencetus. Ayan terjadi karena ada gangguan pada sistem saraf pusat (neurologis) yang menimbulkan kejang dan hilang kesadaran.

Dari situs ini pula saya ketahui bahwa kejang pada ayan nyatanya berbeda dengan kejang biasa. Tak semua kejang dianggap sebagai ayan. Jika kejang biasa hanya terjadi sekali dalam waktu 24 jam, maka kejang pada ayan bisa terjadi hingga berulang-ulang dalam waktu tersebut. Bahkan, ada kasus penderita ayan yang mengalami kejang ketika tidur. Adanya perubahan fase tubuh dari bangun ke tidur bisa memicu aktivitas tak normal di otak.

Perbedaan lain dari kedua kejang tersebut adalah dari penyebabnya. Kejang biasa terjadi ketika sel-sel saraf bekerja lebih cepat dan dengan kontrol yang kurang dari biasanya. Sedangkan pada ayan, kejang terjadi karena adanya gangguan atau kelainan pada otak. Masalah pada otak ini bisa berupa trauma di otak, tumor otak dan stroke, meningitis, atau kelainan struktur otak bawaan, seperti autisme.

Selain kejang dan hilang kesadaran, gejala lain dari ayan adalah mengalami penderitanya kebingungan sementara, tatapan mata yang kosong dan hanya tertuju pada satu titik, tidak merespons, ototnya kaku atau malah menjadi lemah, perilaku tak biasa (mulut mengunyah padahal tidak makan, membuat suara-suara tak jelas, mencondongkan tubuh lebih ke depan atau ke belakang selama beberapa saat, dan sebagainya), dan gemetar (tremor) pada satu anggota tubuh atau keseluruhan.

Pertolongan Pertama Ketika Ayan Kambuh

Yang pertama kali dilakukan ketika pengidap ayan sedang kambuh adalah jangan panik. Tetaplah menemaninya dan longgarkan pakaian sekitar lehernya. Singkirkan benda-benda tajam dan berbahaya dari dekat penderita agar tak mencelakainya. Beri ruang untuknya agar tak makin sesak. Miringkan tubuhnya dan beri bantal di kepalanya. Hitung waktu ia mulai kejang hingga berhenti. Terus berkomunikasi dengannya untuk mengetahui bila ia sudah sadar. Jangan menahan kejang atau mengekangnya karena bisa mengakibatkan cedera. Jangan memberinya makanan dan minuman apa pun sampai ia sadar kembali.

Risiko dan Pencegahan

Mereka yang punya anggota keluarga dengan riwayat penyakit ayan, memiliki risiko lebih besar mengidapnya di kemudian hari. Meski umumnya ayan diderita anak-anak dan lansia, namun usia lainnya bisa juga terkena.

Untuk itu, menerapkan gaya hidup sehat akan bisa mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit ayan. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, berolahraga secara teratur, dan tidak minum minuman beralkohol merupakan upaya menjaga kesehatan. Selain itu juga dengan selalu berhati-hati dan menghindari kemungkinan terjadinya benturan di kepala yang bisa mengakibatkan cedera otak.

Ayan Tidak Bisa Disembuhkan?

Ada yang mengatakan bahwa ayan tidak bisa disembuhkan atau setidaknya sulit untuk sembuh secara total. Meski demikian, gejalanya bisa dikendalikan dengan mengonsumsi obat-obatan dari dokter.

Ada juga kasus ayan yang bisa berhenti gejalanya setelah melakukan operasi sebagaimana yang terjadi pada Aska Permadi. Meski hidup dengan penyakit ayan, Aska mampu menyelesaikan studinya hingga meraih gelar magister bidang psikologi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ia mengalami gejala ayan pertama kali pada tahun 1997. Selama 10 tahun berikutnya, Aska mengalami serangan ayan 2-3 hari dalam seminggu. Kemudian pada tahun 2007, ia melakukan operasi di otak kirinya dan sejak itu penyakitnya tak pernah kambuh lagi. Di samping ia juga rutin minum obat. (mediaindonesia.com, 11/2/2015)

Menurut dr. Fajar Maskuri, M.Sc., Sp.S., seorang Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, ayan atau epilepsi adalah gangguan di saraf otak sehingga harusnya dirawat oleh dokter saraf. Meski ada gangguan kognitif dan kecerdasan di bawah rata-rata, ayan bukanlah gangguan jiwa. Penyakit ini bisa disembuhkan jika segera mendapat penanganan yang tepat. Ia juga tak akan menulari orang lain meski bersentuhan atau terkena air liur penderitanya. (ugm.ic.id, 7/4/2021)

Bersabar dengan Ketetapan-Nya

Berbicara tentang ayan, membuat saya teringat pada seorang muslimah di masa Rasulullah yang juga menderita penyakit ini. Su’airah al-Assadiyah atau Ummu Zufar adalah seorang shahabiyah berasal dari Habasyah (Ethiopia) yang telah lama mengidap ayan.

Kisah tentang keteguhan iman berbalut kesabaran yang indah dalam menetapi ketetapan Allah tertuang dalam sebuah hadis sahih. Kisah Su’airah bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi siapa saja. Diriwayatkan dari ‘Atha’ bin Abi Rabbah bahwa Abdullah bin Abbas berkata: “Maukah engkau aku perlihatkan seorang wanita penghuni surga?” Aku pun menjawab: “Tentu saja!” Kemudian Abdullah berkata lagi: “Seorang wanita berkulit hitam ini mendatangi Rasulullah lalu berkata: “Sesungguhnya aku memiliki penyakit ayan yang setiap kali penyakitku kambuh auratku terbuka. Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku.” Maka, Nabi berkata kemudian: “Sesungguhnya jika engkau kuat bersabar, maka surga bagimu. Namun, jika engkau menginginkan aku untuk berdoa kepada Allah, maka aku akan berdoa untuk kesembuhanmu.” Wanita itu berkata: “Aku akan bersabar.” Ia lalu berkata lagi: “Sesungguhnya auratku tersingkap (bila penyakit kambuh), maka doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka, Rasulullah pun mendoakannya.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadis ini memperlihatkan tentang teguhnya iman seorang hamba yang meski diuji sakit ayan, ia tetap berusaha mempersembahkan yang terbaik untuk Rabbnya. Su’airah memilih untuk bersabar atas penyakitnya demi dapat meraih surga-Nya. Meski ia malu dengan penyakitnya, namun ia tak melupakan hak Allah. Ia meminta Rasulullah agar mendoakannya supaya auratnya tak tersingkap saat kambuh agar kehormatannya bisa tetap terjaga. Beginilah sikap seorang mulim yang dipenuhi keimanan kepada Allah Swt.. Selalu memiliki keyakinan kepada Allah ta’ala atas segalanya. Penyakit yang diberikan kepada kita sesungguhnya memberikan hikmah dan pelajaran. Sakit itu mengajarkan untuk terus memupuk kesabaran. Dengan terus bersabar meminta kekuatan dari Allah, berikhtiar mencari kesembuhan, dan menaati perintah-Nya tiada henti.

Ayan, bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Memilikinya bukan merupakan hal yang memalukan. Mencari kesembuhan dan bersabar atasnya menjadi ladang pahala. Penyakit ini bukan pula sebagai kutukan. Ayan, sebagaimana penyakit lainnya ada atas izin Allah. Setiap penyakit yang diturunkan pastilah ada obatnya. Ikhtiar manusia dalam mencari obat dan solusi dari setiap permasalahan akan dinilai oleh-Nya.

Semua yang kita alami tidak ada yang sia-sia. Ada pahala menanti atas setiap upaya yang dilakukan karena-Nya. Di atas segalanya, sungguh rida Allah yang utama.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
UU IKN, Serius untuk Rakyat atau Kapitalis?
Next
Menghindari Lubang, Nyawa Melayang
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram