"Sungguh aku ingin menjalani pernikahan bersamamu tak hanya di dunia, namun hingga ke janah-Nya."
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Aktivitas rumah tangga adalah aktivitas seumur hidup bahkan akan terus berlangsung hingga manusia dibangkitkan kelak. Maka sebagai orang yang beriman kita diajarkan untuk bercita-cita bersama pasangan kita agar dapat sehidup sesurga. Sakinah hingga janah. Karena suami istri yang sama-sama beriman kelak akan dikumpulkan oleh Allah di dalam surga-Nya. Dan agar kita bisa mewujudkan cita-cita sehidup sesurga, maka kita harus berdoa dan berusaha mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah war-rahmah.
Apa itu sakinah mawadah war-rahmah? Dalam Al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 21 Allah berfirman:
{ وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ }
"Dan di antara ayat-ayat (kebesaran)-Nya adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan bagi kalian dari jenis kalian sendiri, agar kalian cenderung dan merasa tenteram kepada mereka, dan Dia menjadikan di antara kalian rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang hal itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi mereka yang mau berpikir."
Menurut Imam Ali Ash-Shabuni dalam tafsir beliau Shafwah At-Tafasir, beliau mengutip dari Ibnu Abbas r.a bahwa yang dimaksud sakinah adalah "litaskunu ilaiha" dalam surah Arrum ayat 21 adalah "litaalufu" yaitu keterikatan hati dan juga "litasyamalu" yaitu kecenderungan. Jadi ketika seorang laki-laki menikah dengan perempuan maka diharapkan terjadi kecenderungan (litasyamalu) dalam diri mereka satu dengan yang lain, komunikasi yang nyambung dan merasa cocok, dari sinilah akan tercipta keterikatan hati (lita'alufu) di antara keduanya.
Sedangkan kata mawaddah adalah rasa cinta seorang pria kepada perempuan, sebagian ulama mengatakan bahwa cinta ini adalah hasrat ingin menggauli (jimak) dan jimak dalam rumah tangga inilah kelak yang akan melahirkan rahmah atau kasih sayang. Sementara rahmah kedudukannya lebih dari mahabah/cinta. Rahmah hadir seiring dengan kedekatan dan keterbiasaan dalam kebersamaan suami istri. Hadirnya rasa sayang, takut pasangannya terluka dan sakit, khawatir dan lainnya adalah penampakan dari sifat rahmah .
Untuk mewujudkan hal tersebut tentu kita memerlukan langkah-langkah yang tepat agar sesuai dengan apa yang kita harapkan. Langkah-langkah yang harus kita lakukan dalam rangka mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah war-rahmah di antaranya sebagai berikut:
Pertama, dengan ilmu. Betapa banyak pasangan yang membangun rumah tangga tanpa tahu hakikat atau makna sesungguhnya menikah, mereka tidak mengetahui ilmu tentang pernikahan dari pranikah hingga setelah menikah. Bisa karena hanya dorongan nafsu semata, atau hanya untuk menenangkan opini publik, juga bisa jadi untuk gengsi. Padahal menikah membutuhkan ilmu, baik sebelum maupun selama menjalani pernikahan. Bahwa pernikahan adalah separuh agama, maka setiap kebaikan di dalamnya harus bernilai ibadah kepada Allah, dan inilah yang harus terus dipelajari.
Seorang laki-laki yang akan menikah harus mengetahui kedudukan, kewajiban, dan haknya sebagai suami di dalam rumah tangga. Begitu pula seorang wanita yang akan menikah ia pun harus paham apa kewajiban dan haknya sebagai istri, serta bagaimana menjalankan peran masing-masing selama mengarungi kehidupan rumah tangga. Tidak hanya itu, bagaimana memperlakukan pasangan dengan baik juga harus diketahui, cara menyelesaikan masalah jika terjadi perselisihan, mendidik anak, menjaga keharmonisan rumah tangga, hingga mengatur keuangan keluarga juga perlu dipelajari.
Dan sebagai seorang muslim, contoh terbaik baginya adalah sosok Rasulullah. Maka sungguh sangat diperlukan semangat mempelajari syariat hingga sirah dari segala aspek kehidupan. Dari kehidupan beliau sebagai suami bersama para istrinya, betapa beliau begitu romantis memperlakukan istri-istri beliau, bagaimana beliau memecahkan permasalah keluarga hingga perselisihan antara istri-istrinya. Juga beliau sebagai kepala rumah tangga, ayah, hingga seorang kepala negara dan seorang rasul.
Kedua, memilih pasangan yang tepat. Dikatakan di dalam Al-Qur'an bahwa laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik. Maka dari sini seharusnya sebelum menikah hal yang harus diperhatikan adalah memilih pasangan yang baik, dan kriteria baik tentu jika dia taat kepada aturan Tuhannya. Memang tak semudah itu mendapatkan pasangan yang saleh salihah, karena mereka yang saleh pun menginginkan pasangan yang salihah pula. Maka, memantaskan diri dan mensalehkan diri adalah cara agar Allah memberikan pasangan yang sepadan dalam hal ketaatan.
Pasangan yang saleh akan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Emosinya tak akan menyakiti, marahnya tak akan memukul, tutur katanya penuh dengan hikmah dan kebaikan. Jika ada masalah keluarga, maka Islam yang akan dijadikan sebagai pijakan dan solusi. Dia akan senantiasa menjaga dirinya dan keluarga dari murka Allah, nafkah yang diberikan adalah nafkah yang halal, dan pendidikan dalam rumah tangganya adalah hikmah.
Ketiga, saling pengertian. Kehidupan pernikahan adalah bersatunya dua karakter yang berbeda. Maka harus dipahami bahwa pasangan kita adalah manusia biasa yang pasti mempunyai kelemahan dan kekurangan. Maka sikap saling pengertian harus ditanamkan dan ditumbuh suburkan. Semua dilandasi keimanan dan kasih sayang, sehingga ketika terlihat kekurangan pasangan, maka bukan kekecewaan yang ada, melainkan bersabar dan memaklumi. Kedepankan komunikasi sehingga hal-hal sepele bisa diselesaikan dengan baik dan tidak menjadi api dalam sekam.
Keempat, senantiasa bersyukur. Rasa syukur yang dikembangkan akan berdampak positif dalam kehidupan, khususnya kehidupan rumah tangga. Pasangan yang mudah diajak dalam ketaatan, anak-anak yang saleh, rezeki yang halal nan lancar, rumah tangga yang harmonis, adalah hal-hal yang didambakan oleh setiap orang. Tak jarang mereka senantiasa berdoa agar rumah tangganya berada dalam kondisi demikian. Namun kadang kenyataan tak seperti yang diimpikan, konflik sering terjadi karena pahaman yang tak sejalan, rezeki seret, bahkan anak-anak yang sulit diatur, dan lainnya. Maka bersyukur adalah hal yang harus tetap dilakukan, agar tenang jiwa dan aura positif dalam keluarga dapat terwujud. Jika bersyukur menjadi sebuah kebiasaan maka ujian yang datang pun akan dihadapi dengan ketenangan dan penuh kesabaran, sehingga Allah akan memberikan kemudahan dan pemecah segala permasalahan.
Keluarga yang sakinah mawaddah war-rahmah akan menjadi ladang ibadah dan beramal saleh. Dalam surah At-Tahrim ayat 6, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang berbahan bakar manusia dan batu.”
Allah memerintahkan manusia untuk menjaga diri mereka serta keluarga mereka dari api neraka. Maknanya adalah manusia diperintahkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan yang saleh agar kelak terhindar dari siksa api neraka. Hal ini bukan sesuatu yang mudah jika dilakukan sendirian. Akan tetapi dengan adanya keluarga yang saleh yang sesuai perintah Allah, yang saling mengingatkan akan kebaikan, mencegah kemungkaran, mengajak kepada ketaatan, maka amal saleh tadi pun akan mudah.
Seorang suami atau ayah yang mencari nafkah halal demi keluarganya tentu menjadi amal ibadah sendiri serta berpahala dalam keluarga. Begitupun seorang istri atau ibu yang mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya dengan Islam pun akan menjadi ibadah dan amal saleh tersendiri. Masing-masing menjalankan tugasnya dengan berlandaskan syariat Islam dan mengharapkan rida Allah tentu akan menjadi amal ibadah tersendiri. Dan ladang ibadah serta amal saleh ini hanya dapat dengan mudah dijalankan jika keluarga saling menyayangi dalam keimanan. Dan hanya keluarga sakinah mawaddah war-rahmah-lah yang dapat memaksimalkan ladang pahala tersebut.
Keluarga sakinah mawaddah war-rahmah adalah tempat menuai cinta, kasih sayang dan memenuhi kebutuhan. Dalam surah An-Nahl ayat 72 Allah berfirman, "Allah menciptakan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri dan menjadikan untukmu dari istri-istrimu itu anak-anak dan cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?"
Keluarga dan keturunan adalah sebagian dari nikmat Allah. Sebuah ikatan dalam keluarga merupakan hal yang sangat berharga. Karena tidak semua pasangan yang membangun rumah tangga dapat merasakan hal tersebut. Rasa nyaman, perasaan cinta kasih, dan kecenderungan kepada pasangan merupakan kebutuhan setiap manusia, yang dapat menciptakan kebahagiaan dalam keluarga.
Dengan terciptanya keluarga sakinah mawaddah war-rahmah, tentunya kebutuhan-kebutuhan manusia bisa dipenuhi dalam keluarga. Dari rasa aman, damai, rezeki berupa harta, cinta, seksual dari pasangan, kehormatan, serta ibadah yang bisa dilakukan dalam berkeluarga. Karena membangun rumah tangga yang Islami adalah amanah dari Allah. Dan keluarga yang sakinah mawaddah war-rahmah pun bukanlah rumah tangga yang tanpa ujian dan guncangan, namun jika akidah Islam yang dijadikan landasan maka setiap ujian itu akan bisa dihadapi dengan keimanan dan menjadi ladang pahala. "Sungguh aku ingin menjalani pernikahan bersamamu tak hanya di dunia, namun hingga ke janah-Nya."
Wallahu a'lam[]