Agar Ananda Menjadi Bekal ke Surga

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya? (HR. Bukhari)"

Oleh. Erni Susanti
(Pengajar Tahfiz Kids Hagia Sophia Sumedang dan Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)." (TQS. Ali Imran: 14)

Dalam firman-Nya di atas dikabarkan kepada kita semua bahwasanya anak-anak merupakan salah satu dari perhiasan dunia. Ada kesenangan dan kebahagiaan tatkala seseorang mampu memilikinya. Bahkan, merupakan sebuah tujuan yang mulia ketika memiliki anak untuk memperbanyak jumlah kaum muslimin. Serta untuk membangun generasi muslim di masa yang akan datang.

Namun jangan sampai keberadaan anak-anak yang jumlahnya banyak menjadikan seseorang sombong dan berbangga diri. Kita harus berusaha agar tidak terjebak pada kecintaan terhadap anak berlebihan, yang mampu mengalihkan perhatian dari menjalankan perintah Allah Swt. Karena seindah apa pun perhiasan dunia tidak akan mampu mengalahkan keindahan surga. Sebaik-baik perhiasan dunia ia tetap fana. Begitulah peringatan Allah Swt. untuk para orang tua.

Bertanggung Jawab dalam Mendidiknya

Kehadiran buah hati memang selalu dinanti oleh setiap pasangan yang telah mengikat janji suci. Berkumpul kembali dengan mereka di surga adalah mimpi yang sangat ingin terwujud suatu saat nanti. Berharap besar bahwa anak-anaklah yang akan menjadi amal jariah bagi kedua orang tuanya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Apabila seseorang meninggal dunia, terputuslah seluruh amal perbuatannya selain dari tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya."

Begitulah kabar gembira dari Allah Swt. tentang ananda kita bahwa mereka mampu menjadi bekal berharga. Namun bersamaan dengan itu telah dilimpahkan pula tanggung jawab untuk mendidiknya. Rasulullah saw. telah memberikan kaidah dasar juga kepada kita semua, bahwa seorang anak akan tumbuh sesuai dengan agama kedua orang tuanya.

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?" (HR. Bukhari)

Masih banyak keterangan baik dalam Al-Qur'an maupun hadis tentang besarnya tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua harus bekerja keras untuk memastikan anak-anaknya senantiasa dalam ketaatan kepada Allah Swt. Bahkan merupakan sebuah kejahatan jika orang tua tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan seorang hamba kepada penciptanya. Betapa orang tua telah durhaka jika ia mengabaikan pendidikan kepada anak-anaknya.

Mendidiknya dengan Cara Nabi saw.

Memahami pentingnya pendidikan terhadap anak-anak, maka menjadi kewajiban pula bagi orang tua untuk memberikan pendidikan yang mampu menghantarkan anak-anak pada kesalehan. Caranya tidak akan kita temui kecuali pada cara yang diajarkan Nabi saw. karena Nabi saw. merupakan utusan Allah Swt., darinya terdapat teladan yang baik sepanjang sejarah dalam segala aspek kehidupan. Ajaran yang dibawanya mampu menjadi pelita yang menerangi alam semesta.

Kita harus yakin dengan ajaran yang dibawa Nabi saw. saja yang dapat kita jadikan rujukan. Dan jika direnungkan, ketika seseorang mencari contoh ideal dalam segala hal, maka akan didapati sosok Nabi saw. saja yang memiliki gambaran jelas dan lengkap. Dalam perjalanan kisah Nabi saw. kita bisa menyaksikan bagaimana menjadi orang tua yang baik, menjadi kakek atas cucunya, hingga bagaimana menjadi guru yang mampu melahirkan generasi-generasi emas.

Rasulullah saw. telah mengajarkan banyak hal bagaimana agar kita bisa menjadi orang tua atau pendidik yang baik. Namun yang ingin disampaikan dalam kesempatan ini adalah sebagai berikut.

1. Menjadi Teladan bagi Anak-anak

Mendamba anak menjadi bekal ke surga, maka langkah pasti dalam mendidiknya adalah memantaskan diri agar kita layak menjadi penghuni surga. Apa yang kita ajarkan kepada anak-anak semata-mata apa yang kita yakini benar dan senantiasa kita amalkan. Dengan begitu akan sangat mudah menularkan kebaikan jika kedua orang tua senantiasa melakukannya pula.

Menurut Muhammad Quthb dalam karyanya Manhaj at-Tarbiyah al-Islamiyah, "Kemampuan seorang anak untuk mengingat dan mengerti akan segala hal sangat besar sekali. Bahkan, bisa jadi lebih besar dari yang kita kira. Sementara, seringkali kita melihat anak sebagai makhluk kecil yang tidak bisa mengerti atau mengingat."

Maka sudah sejatinya kita harus berhati-hati dalam bersikap terhadap anak-anak. Bisa jadi kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak bermula dari kesalahan yang mereka lihat dan tiru dari orang tuanya.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang mengatakan kepada seorang anak kecil, 'Kemarilah aku beri sesuatu.' Namun, dia tidak memberinya, maka itu adalah suatu kedustaan."

2. Memiliki Sifat-sifat Dasar Seorang Pendidik

Adapun sifat-sifat dasar yang harus dimiliki orang tua atau seorang pendidik bertujuan agar apa yang disampaikan kepada anak-anak menjadi kuat dan berpengaruh. Sifat-sifat tersebut diantaranya: ikhlas, takwa, memiliki ilmu pengetahuan, dan santun atau pemaaf.

Seseorang yang ikhlas (melakukan hanya niat karena Allah Swt.) dalam mendidik anak, baik saat memberikan perintah, larangan, nasihat, perhatian, ataupun hukuman akan berbuah keistikamahan dalam menjalaninya. Karena mendidik anak memang bukan hal yang instan, ia membutuhkan proses yang teramat panjang. Selain itu keikhlasan orang tua dalam dalam mendidik anak sangat penting agar segala yang dilakukannya diterima di sisi Allah Swt.

Lalu ketika kita menginginkan kebaikan untuk anak-anak di dunia dan akhirat maka orang tua harus menjadi orang yang bertakwa. Senantiasa berupaya menjaga diri dari siksa Allah Swt. dengan amal salih, serta merasa takut kepada-Nya, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun secara terang-terangan. Melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.

Berikutnya memiliki ilmu pengetahuan mengenai pokok-pokok pendidikan, perkara halal haram, atau memahami secara global aturan-aturan Islam, mampu menjadikan orang tua bijak dalam meletakkan segala hal. Jangan sampai orang tua menjadikan anak sengsara karena tidak memiliki ilmu yang dapat diberikan kepada anak-anak.

Sifat lain yang penting yang perlu dimiliki orang tua adalah sifat santun. Melalui sifat inilah anak-anak akan mudah tertarik dan mengikuti. Banyak penjelasan dalam Al-Qur'an maupun hadis yang mendorong manusia untuk memiliki sifat ini. Santun merupakan salah satu keluhuran jiwa dan akhlak yang terbesar yang menjadikan manusia berada di puncak akhlak.

"Sesungguhnya pada dirimu ada dua hal yang dicintai Allah: santun dan tidak tergesa-gesa." (HR. Muslim)

Sementara dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Mudahkanlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat lari."

Khatimah

Demikianlah beberapa langkah yang bisa kita upayakan agar anak tidak menjadi fitnah di dunia. Agar tidak saling menuntut pula kelak di akhirat. Betapa gembiranya kita sebagai orang tua jika kita bisa memetik hasilnya kelak. Sebagaimana seseorang yang dapat berteduh di bawah pohon rindang yang telah susah payah ditanamnya.

Kita memang manusia biasa, yang tidak luput dari kesalahan. Menyadari hal itu maka kita harus bisa menjadikan anak-anak sebagai aset berharga yang mampu menghantarkan kita ke surga. Tidak ada jalan yang bisa kita tempuh dalam mendidik anak-anak kecuali jalan Islam yang sempurna.

Tak lupa kita senantiasa berdoa kepada-Nya, “Ya Allah berkahilah kami di dalam anak-anak dan keturunan kami, jagalah mereka (dari segala kejelekan), jangan Engkau bahayakan mereka, dan berilah kami kebaikan mereka."

Wallahu'alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Erni Susanti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Jebakan yang Dianggap Keberuntungan
Next
Propaganda LGBTQI+ Tak Habis-habis, Jangan Tinggal Diam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram