"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah," Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (TQS. Al-Israa'(17): 24)
Oleh: Wening Cahyani
NarasiPost.Com-Pernah membaca legenda Malin Kundang? Cerita yang sering diperdengarkan kepada anak-anak. Termasuk kita kini yang sudah beranjak dewasa dan sudah memiliki anak dan cucu. Tidak bermaksud menceritakan kembali kisah Malin Kundang tapi pelajaran berharga yang bisa dipetik darinya. Menggambarkan kekecewaan seorang ibu kepada buah hatinya sehingga terucap sumpah dan mengutuk anaknya. Ucapan ibu bisa menjadi doa bagi anaknya.
Tak sedikit kisah serupa ini hadir di sekitar kita. Kisah hubungan antara orang tua dan anak yang retak dan hancur berkeping-keping. Berbagai sengketa antara kedua pihak ini kadang berakhir tidak dengan kesalehan tapi berujung pada rusaknya hubungan itu dan nyawa menjadi tumbalnya.
Kini, di era digital banyak berita diekspos dari segala penjuru dunia. Pun, berita yang mengabarkan tentang orang tua membuang bayi, anak menelantarkan orang tua, anak menjebloskan ibu ke penjara gara-gara harta, dan masih banyak kisah pilu rusaknya hubungan orang tua dan anak.
Secara fitrah kasih sayang kepada anak dan orang tua ini ada pada setiap insan. Diiringi pula kecintaan manusia kepada harta, ternak, bisnisnya. Sebagaimana dalam firman Allah "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita dan anak-anak, harta yang banyak dari emas perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan bidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik." (TQS. Ali Imran (3): 14).
Demikian pula kecintaan ini pun bersanding dengan kecintaan kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. Allah Swt. berfirman yang artinya "Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (TQS. At-Taubah (9): 24).
Selain itu, Allah membekali kita dengan daya pikir untuk mengelola rasa cinta dan kasih sayang ini. Seperangkat aturan-Nya pun sudah pas untuk mengarahkan sesuai apa yang diinginkan-Nya. Firman Allah Swt. yang artinya, "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (TQS. Al-Israa' (17): 70).
Namun, dalam perjalanan kehidupan keluarga acapkali dalam pemenuhan dan pengelolaan rasa ini bisa menimbulkan konflik. Terkadang, konflik ini bisa membuat goresan hati orang tua ataupun sebaliknya. Tidak hanya goresan hati tapi juga goresan di kulit bahkan di sekujur tubuh yang mengantarkan pada datangnya ajal.
Ketidakridaan orang tua kepada anaknya, bisa berimbas pada kehidupan anak di kemudian hari.
"Rida Allah tergantung pada rida orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua." (HR. Tirmidzi)
Ucapan orang tua khususnya ibu, bisa menjadi doa bagi anaknya. Kembali, Allah Swt. telah memberikan pengaturan bagaimana ketaatan anak kepada orang tua dan kehati-hatian orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Pola asuh keliru akan membawa si anak pada sikap dan tutur kata mereka kepada orang lain khususnya orang tuanya sendiri. Apalagi hari ini kehidupan bebas telah mencelup jiwa anak-anak sehingga mewarnai apa-apa yang ada pada diri anak.
Salah satu kewajiban yang Allah titahkan kepada manusia adalah berbakti kepada orang tua, terutama di kala usia senja. Sabda Rasulullah saw., "Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina." Ada yang bertanya, "Siapa wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga." (HR. Muslim)
Ya, merawat orang tua di kala senja salah satu bentuk bakti kepada kepada keduanya. Kadang kala di titik ini anak dihadapkan pada kondisi yang sulit. Satu sisi mau secara ikhlas merawat atau sebaliknya dengan berbagai alasan. Namun, jika dikembalikan pada hukum Allah, jawaban itu akan ditemukan dengan mengelola rasa kasih sayang yang telah Allah berikan.
Jika mengingat masa ketika orang tua mengasuh, merawat, membesarkan, dan mendidik maka sesibuk dan serepot apa pun seorang anak akan curahkan tenaga, pikiran, harta untuk bahagia mereka. Itupun takkan pernah bisa membayar semua jerih payah apa yang mereka berikan kepadanya.
Kesadaran bahwa merawat orang tua sebagai salah hukum syarak yang harus ditunaikan dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban maka anak berusaha tidak akan membuat goresan luka di hati orang tuanya. Ketika bersalah akan segera memohon keridaan dan meminta maaf. Jangan sampai mengalami kekecewaan ketika keduanya telah tiada.
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah," Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (TQS. Al-Israa'(17): 24)
Kekecewaan orang tua kepada anak yang tidak merawatnya di kala usia senja dan sakit yang diderita akan sangat mengerikan jika diiringi doa buruk kepada anaknya. "Kelak kamu akan menderita sakit yang lebih parah dari aku." Na'udzubillahimindzaalik. Ucapan ini bisa jadi menjadi pintu ketidakbahagiaan anak di kemudian hari.
Oleh karena itu, perbaiki hubungan orang tua dengan anak meski dalam perjalanan waktu butuh kesabaran dan keikhlasan yang berlipat-lipat. Ketika merawat harus berlapang dada karena di usia senja, orang tua butuh ditemani untuk sekadar berbincang. Perjumpaan dengan orang tua meski dengan memberikan sedikit sentuhan berupa pijitan dari anaknya.
Kehidupan bersama orang tua di dunia hanya sekali. Pergauli mereka dengan makruf sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (TQS. Al-Israa'(17): 23-24).
Wallahu a'lam bish shawab.[]