Selama yang kita temui dari pasangan bukanlah hal yang melanggar syarak, sabarlah. Anggap saja kita tengah menggali pahala.
Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Saat sedang mengikuti sebuah majelis taaruf, ada satu pertanyaan menggelitik di hati ini. Bagaimana jika kita bosan dengan pasangan? Apa yang harus dilakukan? Eh, ini dua pertanyaan, ya?! Hehehe …
Jadi, apa jawaban dari itu? Macam-macam jawabannya. Ada yang menjawab bahwa ia akan take time for a moment. Maksudnya, menjauh sebentar dan sedikit untuk menyegarkan kembali perasaan. Ada yang bilang bahwa ia akan berdoa kepada Allah supaya dialihkan dari rasa itu. Ada juga yang memilih akan membiarkan saja karena pasti akan hilang dengan sendirinya. Mungkin juga karena sibuk dan banyak aktivitas lain sehingga tak sempat untuk merasa bosan
Semuanya benar sih kalau menurut saya. Setiap orang punya caranya masing-masing dalam mengatasi permasalahan. Yang penting tidak keluar dari jalur yang benar.
Terima dengan Sabar
Rasa bosan adalah hal yang wajar. Perasaan ini bisa muncul kapan pun terhadap apa pun atau siapa pun. Termasuk bosan dengan pasangan, sangat mungkin terjadi. Setiap hari ketemu dengannya, tinggal seatap, dan melihat kebiasaannya, maka wajar bila ada kebosanan.
Terima dengan sabar saat bosan terhadap pasangan muncul. Inilah serba-serbi kehidupan pernikahan. Akan menjadi penambah nikmatnya hidup bersama pasangan bila mampu meraciknya. Up and down dalam hubungan itu sudah biasa. Tidak perlu melakukan hal-hal yang ekstrem di luar koridor.
Adanya komitmen membuat pasangan akan berdamai dengan segala keadaan yang menghampiri. Komitmen untuk saling setia, menerima, dan menjaga satu sama lain. Menerima rasa bosan tanpa mengabaikan atau membesar-besarkannya juga merupakan bagian dari komitmen itu.
Bila suatu saat muncul rasa bosan pada pasangan, carilah cara agar itu tak terus-terusan mengganggu. Coba ingat semua kebaikannya selama ini. Pikirkan hal-hal yang positif tentang hubungan dengan pasangan. Mengingat momen-momen manis dengannya mungkin akan membantu meredam perasaan negatif. Intinya, selama yang kita temui dari pasangan bukanlah hal yang melanggar syarak, sabarlah. Anggap saja kita tengah menggali pahala.
Jangan Disepelekan
Meskipun kebosanan hal yang wajar, tetapi jangan disepelekan. Sebab, ia bisa menjadi masalah yang lebih serius. Awalnya merasa bosan, kemudian iseng-iseng mencari selingan. Sayang, caranya tidak benar. Akhirnya keterusan dan merasa nyaman dengan selingan tersebut sehingga mengganggu keharmonisan dengan pasangan. Ada lho yang seperti ini! Bosan dengan pasangan terus coba-coba bikin intermezzo di luar batas. Eh, kok keenakan. Terjadilah kemudian pengkhianatan.
Sering kali rasa bosan terhadap pasangan dianggap hal yang remeh dan kecil. Namun, hal remeh dan kecil ini tetaplah sesuatu yang mengganggu atau masalah dalam hubungan dengan pasangan. Mau besar atau kecil, masalah tetap menjadi masalah kalau tidak diselesaikan dengan baik dan tuntas. Sebaiknya, tetap aware dan perhatikan segala keadaan supaya tidak menjadi buruk.
Jangan Baper
Perasaan bosan bisa melanda siapa saja. Sesuatu yang lumrah terjadi sehingga tak perlu menjadi baper. Jangan biarkan perasaan menguasai pikiran. Sebab, kalau hanya menuruti perasaan, masalah bisa berlarut-larut dan tak kunjung beres. Pakai perasaan harus, tetapi logika juga tidak boleh ditinggalkan.
Baper bisa memengaruhi sikap terhadap pasangan, bahkan sampai mengabaikan kewajiban. Melayani pasangan menjadi terasa berat dan setengah hati. Jatuhnya jadi terpaksa alias tidak ikhlas. Sudah capek, dapat pahala belum tentu. ‘Kan sayang sekali.
Baper juga bisa mengalihkan dari masalah yang sebenarnya. Gara-gara mengikuti perasaan, akhirnya masalah tidak kelar. Malah bisa-bisa masalah bertambah. Makan hati plus makin pusing jadinya. Tata hati, tetap tenang, dan berusahalah berpikir jernih.
Ingat Tujuan Sebenarnya
Hal penting yang harus senantiasa dipegang dalam menjalani kehidupan pernikahan adalah mengingat tujuan menikah sebenarnya. Dengan mengingatnya selalu, insyaallah kita tidak akan melenceng dari jalur. Akan selalu ingat untuk kembali ketika langkah mulai menjauh dari track .
Islam menuntun kita untuk menjalani hidup dengan tujuan. Yakni, meraih rida Allah Swt. Sebagaimana hidup, maka tujuan menikah pun untuk menggapai rida Allah. Menikah bukan untuk mencari harta atau ketenaran. Tidak pula menikah asal menikah atau dari pada jomlo. Pernikahan bukan permainan yang bisa dimainkan kapan pun hati menghendaki. Pernikahan bukan untuk sehari atau dua hari, tetapi kalau bisa untuk seterusnya hingga ajal yang menghampiri.
Menikah adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Ketika meniatkan menikah dalam rangka ibadah lillah, maka Allah akan memberikan kemudahan dan pertolongan. Perintah menikah ini dinyatakan dalam surah An-Nur ayat 32:
وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Pernikahan yang ditujukan untuk-Nya akan mendatangkan keberkahan. Ketika rida Ilahi menjadi tujuan, maka kebahagiaan sejati akan dirasakan.
Kalau ini sudah menjadi mindset kita, maka tak ada yang dikhawatirkan rasanya. Perasaan-perasaan yang berseliweran dan berpotensi mengganggu keharmonisan dengan pasangan akan dapat dikelola secara baik. Apa pun yang terjadi, kita tak terlalu risau. Sebab, kita tahu harus bagaimana.
Bicara dan Perbaiki
Pernikahan tidak dijalani seorang diri, tetapi dengan pasangan. Ketika ada masalah, sudah seharusnya ditanggung berdua. Membicarakan masalah yang tengah terjadi untuk kemudian dicari penyebab dan bagaimana mengatasinya.
Ketika ditemukan ada yang salah atau kurang dari pribadi masing-masing, maka harus mau untuk berupaya memperbaikinya. Tak perlu malu atau gengsi jika memang salah dan lemah. Itu manusiawi. Yang penting adalah ada kemauan untuk terus belajar menjadi individu yang lebih baik sehingga kehidupan bersama pasangan akan terus langgeng dan tenteram.
Tidak ada pasangan yang sempurna. Namun, kita bisa mengupayakannya dengan senantiasa istikamah dalam ketaatan pada-Nya. Sadar bahwa diri tak sempurna, maka yang dilakukan adalah selalu mendekati Sang Maha Sempurna. Bersama-sama menempuh perjalanan dan berproses dalam kebaikan. Menjadikan pernikahan agar senantiasa dikemudikan oleh kesempurnaan aturan-Nya.
Wallahu a’lam bishshawwab []
Baca naskah Mba Dina jadi ingat ungkapan ini, "Cintaku ibarat lautan. Selalu ada pasang surut, namun tidak pernag berubah rasa." eeaaa
MasyaAllah. Bener mba. Kadang bosan merajai hati, namun harus balik kepada tujuan pernikahan agar bisa menjadikan keluarga tetap dalam koridor syariat.
Makasih ilmunya, Mba.
Masyaallah, betul mbak Dina. Bosan, kesal, marah, itu bagian dari fitrah manusia dan bisa terjadi pada hal apa pun. Semoga kita selalu memiliki jalan terbaik jika rasa itu melanda.
Masya Allah, sebuah pengingat yang bagus bagi kita. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari rasa bosan terhadap pasangan. Aamiin.
Ya bener rasa bosan itu memang ada, namun mesti harus bersabar dan tetep ikhlas dan bersyukur. Tetap harus jaga koridor sesuai syariat.
Masyaallah keren Mba Denaa Noor semoga banyak yang tercerahkan
Aamiin..
Setelah baca tulisan ini, merefleksi kembali kenyataan yang pernah dialami. Sejatinya hanya kedua belah pihaklah yang seharusnya berusaha... bukan satu ^_^
Betul Mbak Nilma.. semangat!
Reminder banget..apalagi kalau sebuah keluarga tak dilandasi dengan akidah Islam ya.. dengan gempuran liberalisme juga medsos seperti sekarang ini akan membuat mudah dan cepat bosan dengan pasangan karena banyak selingan di luar sana.. Na'udzubillah tsumma Na'udzubillah
Benar Mbak Aya.. akidah Islam memang harus jadi landasan dalam membina hubungan dengan pasangan..
Ya Allah, tulisan penuh nasihat. Semoga rasa bosan itu tak pernah datang dalam biduk rumah tangga kita.
Aamiin