“Dengan mengikhlaskan semua yang telah terjadi, nyatanya ampuh menyembuhkan segala rasa sakit. Memaafkan setiap kehilangan, kepergian, dan perkataan yang menyakitkan akan melapangkan hidup yang dijalani. Pun, diri tak jemawa kala sukacita menghampiri. Sebab, kita sadar bahwa semua itu hanya sesaat dan selalu datang silih berganti.”
Oleh. Deena Noor
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bahu muda itu terguncang. Terdengar isak yang seakan enggan bersaing dengan rintik hujan yang mulai menderas. Angin berembus dari jendela. Membuncahkan rasa yang tersimpan rapi hingga jatuh dan berderai. Bulir-bulir bening meleleh dari sepasang mata sipit.
Kupeluk erat bahu yang terguncang itu. Mencoba menenangkan pemiliknya. Meski sesungguhnya, akulah yang tengah rapuh. Meredam perihnya luka yang terabaikan dalam untaian waktu. Kumohon, bertahanlah …
Air mataku mengalir dalam hening. Banyak yang ingin diucapkan. Namun, pergumulan rasa ini membisukan kata. Logika terus bersuara menguatkan hati. Satu keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.
Maafkan aku yang telah memberimu banyak beban. Bukan mauku bila kau melewati banyak kesusahan. Menerima tanggungan yang akan kaubawa seumur hidupmu. Memiliki seseorang sepertiku dengan banyaknya kekurangan dan keterbatasan. Mungkin inilah jalanmu untuk menjadi kuat dan ikhlas. Ada maksud dari setiap sesuatu.
Satu yang kuingin kau selalu percaya, bahwa Dia tak pernah salah memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Bersabarlah … hari-hari ke depan akan jauh lebih indah.
Terima kasih telah begitu sabar terhadapku. Tak cukup kata mewakili dalamnya syukurku atas keberadaanmu. Ribuan hari yang kulalui denganmu telah mewarnai perjalanan hidupku. Menjadikannya sarat makna dan berharga. Tak akan bisa ditukar dengan apa pun jua.
Jejak yang kita ukir bersama, tawa dan tangis kita, sakit dan bahagia yang menyapa, semua adalah anugerah dari Sang Kuasa.
Maafkan atas semua kesedihan dan kesusahan yang menemanimu dalam hari-hari yang tak terhitung karenaku. Tak mampu waktu menghapus penyesalan karena kurangnya diriku dalam membersamaimu. Namun, kuingin engkau tahu bahwa kebahagiaanmu selalu menjadi yang utama bagiku.
Aku hanyalah wanita biasa yang tak sempurna. Banyak kekuranganku yang mungkin membuatmu menderita. Meskipun tak pernah kau katakan, tetapi hatiku mengenali ada gurat kekecewaan yang tersembunyi di rautmu. Namun, kau menepisnya karena tak ingin menjadi durhaka. Tidak pula kau mencaci dan meninggalkan aku. Kau tetap setia berada di sisiku dan bersandar padaku. Ya, Rabb … sayangi dan berkahilah jiwanya yang penuh bakti.
Tak banyak yang mampu kuberi untukmu. Namun, kau telah membalas dengan cinta yang luar biasa. Terima kasih atas itu. Aku tahu bahwa aku tak akan mampu membalasnya dengan yang terbaik. Karena itulah, aku meminta pada-Nya agar Dia melimpahi dirimu dengan kebaikan di sepanjang kehidupanmu.
Darimu, aku belajar bahwa hidup mungkin tak selalu indah di penglihatan. Namun, dengan pengelolaan rasa yang apik, hidup jauh lebih indah dari perkiraan. Hidup mungkin tak senantiasa berada dalam kenyamanan, tetapi kesadaran yang sejati akan membuatnya dalam pelukan keselamatan. Bahagia bukan soal berapa banyak yang kita punya, tetapi dari seberapa besar syukur yang kita persembahkan untuk-Nya.
Darimu, Nak … aku belajar mencintai kekuranganku dan berdamai dengannya. Tak lagi terlampau merisaukan apa kata orang dan fokus pada yang mampu dilakukan. Sebaik apa pun kita, tak akan pernah menjadi sempurna. Yang bisa kita lakukan adalah mencoba semaksimalnya. Berhenti menuntut diri melebihi kemampuannya.
Bersamamu, Nak … aku belajar tentang kekuatan. Melewati berbagai kesulitan, mengalahkan ketakutan, menyelesaikan tantangan, dan merelakan setiap yang luput dari jangkauan akan membuat kita kuat dari sebelumnya.
Dengan mengikhlaskan semua yang telah terjadi, nyatanya ampuh menyembuhkan segala rasa sakit. Memaafkan setiap kehilangan, kepergian, dan perkataan yang menyakitkan akan melapangkan hidup yang dijalani. Pun, diri tak jemawa kala sukacita menghampiri. Sebab, kita sadar bahwa semua itu hanya sesaat dan selalu datang silih berganti.
Genggaman tanganmu mengingatkan betapa besarnya anugerah dari Sang Pencipta. Betapa beruntungnya diriku memilikimu. Itulah kelebihan yang Allah berikan untukku. Ada dirimu di hidupku.
Kau tunjukkan bagaimana ibu yang penuh kekurangan ini ternyata sangat dicintai. Tak peduli apa yang terjadi, kau selalu kembali dan memelukku. Restuku adalah utama bagimu. Doaku yang selalu kaupinta. Ketahuilah, Nak, sebelum kau memintanya, ibumu ini telah memohon yang terbaik untukmu pada-Nya.
Bersabarlah, Nak … Semua pasti akan baik-baik saja. Serahkan semua pada-Nya.
Bahu yang terguncang itu berangsur tegap kembali. Pelan-pelan, hujan pun berhenti. Asa baru mulai bersemi. Nak, kita telah berhasil melewati berbagai macam ujian dan cobaan hingga sejauh ini. Siapa yang memampukan jika bukan Sang Ilahi? Dia akan selalu berada di sisi selama rida-Nya yang kita cari. Sejauh apa pun kita melangkah, hanya Dia tempat kita kembali. Kebahagiaan sejati bukanlah di sini, tetapi di akhirat nanti. Maka, dengan memohon pertolongan-Nya, kita akan mampu menapaki jalan di hadapan yang telah menanti. Insyaallah.[]
Masyaallah Tabarakallah. Karya tulis luar biasa seorang Dena selalu mampu meneteskan air mata siapa pun yang membacanya, Untaian diksi yg begitu indah, mampu menyelami jiwa2 yang menghiba cinta Tuhannya. Allah Swt. Jazakillah khayron atas torehan keren penanya. Kami sangat menyukainya. Semoga kesehatan, kebahagiaan, dan rahmat-Nya., selalu bersamamu mba Dena, tim NP dan pendukungnya. Aamiin
Aamiin.. yaa Rabbal alaamiin..