Ada Surga di Rumah Kita

"Apa pun yang pernah orang tua lakukan di masa lalu yang mungkin menyakitkan bagi anak, juga bukan alasan untuk meninggalkan kewajibannya berbakti kepada orang tua."

Oleh. Atien

NarasiPost.Com-Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Siapa saja yang mendengar lagu di atas pasti sepakat, betapa besar kasih sayang orang tua, terutama ibu kepada anaknya. Sampai-sampai diibaratkan sebagai sinar matahari yang senantiasa menyinari bumi.Tidak pernah lelah memberikan cinta yang dimiliki tanpa diminta, tanpa pamrih.

Namun, pada kenyataannya tidak semua anak memahami dan menyadari akan besarnya pengorbanan orang tua. Dengan mudahnya, anak melupakan dan mengabaikan, bahkan menelantarkan ibunya sendiri. Peristiwa menyedihkan itu dialami oleh seorang ibu bernama Trimah (65 tahun), di Magelang, Jawa Tengah. Ibu Trimah dititipkan oleh anak-anaknya ke panti jompo, Griya Lansia Husnul Khotimah yang berada di Malang, Jawa Timur. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Trimah saat wawancara di salah satu acara televisi swasta (VIVA.co.id, 31/10/2021).

Apa yang dilakukan oleh anak-anak Ibu Trimah tentunya tidak dibenarkan dengan alasan apa pun. Entah alasan karena tidak mampu untuk mengurus, membiayai ataupun alasan lainnya. Semua alasan yang dijadikan sebagai pembenaran untuk lepas tangan dari tanggung jawab dalam mengurus orang tua adalah kesalahan yang sangat fatal.

Pengorbanan Tulus Seorang Ibu

Anak terkadang lupa atau mungkin pura-pura lupa, bahkan menutup mata dengan apa yang telah dilakukan oleh orang tuanya. Pengorbanan waktu, tenaga, umur, bahkan nyawa telah dilakukan oleh seorang ibu. Sejak anak dalam kandungan kemudian ibu bertaruh nyawa saat melahirkan dan setelah itu harus membesarkan, mengarahkan serta mendidik anak-anaknya adalah proses panjang lagi melelahkan.

Namun, seluruh rasa lelah ibu terbayar saat melihat anak tumbuh besar. Hati merasa terhibur dengan tingkah laku anak yang lucu dan menggemaskan. Ibu kemudian mengenalkan anak tentang kehidupan, memberikan bekal ilmu yang cukup untuk masa depan, baik ilmu dunia maupun akhirat. Dengan sepenuh hati mengantar anak kepada kehidupan yang lebih baik. Lagi-lagi tanpa kenal lelah dan tanpa keluh kesah. Tanpa mengharap apa pun dari anak. Semua dilakukan hanya untuk kebahagian anak. Terkadang karena kasih sayang dan cinta yang begitu besar dari orang tua kepada anak, ketika kondisi orang tua berkecukupan harta, anak diperlakukan bak sultan. Akan tetapi ketika anak yang hidup berkecukupan, orang tua diperlakukan seperti pembantu atau bawahan.

Orang tua dengan pengorbanan yang begitu besar, tentunya tidak bisa ditukar dengan apa pun. Sampai kapan pun anak tidak akan sanggup mengganti apalagi membayar semua pengorbanan tersebut. Apa pun yang pernah orang tua lakukan di masa lalu yang mungkin menyakitkan bagi anak, juga bukan alasan untuk meninggalkan kewajibannya berbakti kepada kedua orang tua. Anak tetap harus berlaku hormat dan berbuat baik kepada keduanya.

Ketidakmampuan anak dalam mengurus orang tua yang telah lanjut, selalu terbentur masalah ekonomi. Hal tersebut diakibatkan oleh keadaan yang belum stabil karena adanya pandemi Covid -19.
Susahnya memenuhi kebutuhan dan mahalnya biaya hidup membuat anak harus mencari cara agar tetap bisa bertahan di tengah himpitan kesulitan. Apalagi hidup di kota besar, semuanya dinilai dengan uang. Ditambah dengan kewajiban untuk mengurus orang tua juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Akibat Sistem Kufur yang Diterapkan

Kondisi demikian memang tidak mengherankan di negeri yang masih menerapkan sistem kufur. Sistem buatan manusia yang lebih mementingkan urusan pribadi. Manusia disibukkan dengan mencari materi sebanyak-banyaknya. Memenuhi kebutuhan hidup hanya untuk kesejahteraan keluarga terutama anak dan istri. Belum lagi dengan semakin banyaknya kebutuhan hidup anak yang harus dipikirkan terkait pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Semuanya semakin menambah beban permasalahan di dalam keluarga.Tentu hal itu menjadi beban yang juga dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sistem kufur ini pun menjadikan negara yang berfungsi sebagai pengurus masyarakat ikut-ikutan lepas tangan dari tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Akhirnya kebutuhan hidup rakyat harus bisa dipenuhi sendiri. Kebutuhan keluarga semakin banyak dan biaya hidup juga semakin membengkak. Semua itu seringkali menjadikan manusia lupa bahwa ada kewajiban lain yang juga tidak kalah penting. Kewajiban tersebut adalah birrul walidain, berbakti kepada kedua orang tua saat mereka masih ada bersama kita, dalam pengurusan kita sebagai anaknya.

Kewajiban mengurus orang tua dalam sistem kufur juga nyaris terlupa bahkan tidak ada sama sekali. Penyebabnya adalah karena orang tua tidak lagi produktif, sudah tidak lagi mampu mencari uang dan justru menjadi beban bagi anak. Pemikiran tersebut datang dari rusaknya ide sistem kufur ini. Ide sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Ide yang hanya mengedepankan asas manfaat untuk meraih materi dunia. Oleh sebab itu, kondisi orang tua yang sudah tidak mampu bekerja dianggap tidak berguna. Orang tua akhirnya dibiarkan, tidak diperhatikan dan tidak mendapatkan pengurusan yang baik dari anaknya sendiri. Itulah buah dari sistem kapitalis yang menghasilkan orang-orang berpikiran materialistis dan egois. Semua dinilai dengan materi. Kebahagiaan dunia dikejar tanpa henti.

Islam Memuliakan Orang Tua

Andai saja negeri ini menerapkan aturan Islam. Aturan terbaik dari Zat yang Maha Baik. Aturan yang sempurna dan menyeluruh. Aturan yang akan menjaga dan melindungi seluruh rakyat di semua lini kehidupan. Aturan yang menjaga manusia sejak dalam kandungan sampai akhir hayatnya. Aturan itu adalah Islam. Islam dengan terperinci mengatur semua perbuatan manusia. Salah satunya yaitu mewajibkan anak untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Sebagaimana firman Allah yang artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
(TQS. Al-Isra [17] : 23-24).

Ayat tersebut hendaklah menjadi panduan dalam memperlakukan kedua orang tua. Jangan sampai hati orangtua tersakiti oleh ucapan yang menyinggung perasaannya. Allah Swt. saja melarang untuk sekadar berkata "ah", apalagi ucapan atau perkataan yang lebih dari itu. Dalam sebuah hadis Rasul saw. bersabda yang artinya: "Celaka seseorang itu (diulang sebanyak tiga kali). Sahabat bertanya:" Siapa yang celaka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Anak yang mendapati salah satu orang tuanya atau kedua-duanya dalam keadaan tua, kemudian (anak tersebut) tidak masuk surga." (HR. Muslim)

Betapa meruginya diri jika hal itu terjadi. Saat diri tidak menyadari ada amalan surga yang begitu dekat. Amalan yang terlewat karena diri disibukkan dengan materi dunia. Membuat kita lupa, bahwa ada surga di rumah kita.

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua. Tidak lupa juga untuk selalu patuh dan taat kepada seluruh aturan Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya, serta hal yang terpenting adalah memperjuangkan seluruh aturan Islam agar segera diterapkan di seluruh aspek kehidupan.

Wallaahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Atien Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Banjir dan Longsor Salah Siapa?
Next
Menilik Sejarah Lapas dalam Peradaban Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram