Oleh: Kholda Najiyah
Founder Komunitas Istri Strong (KIS) dan Kelas Bengkel Istri
NarasiPost.com - Jujur, kelakuan istri itu absurd. Terkadang marah-marah tak jelas. Tiba-tiba diam membisu. Bibir cemberut. Muka ditekuk. Kesal sama suami. Malas berinteraksi dengannya. Anehnya, dalam hati ingin ditanya. Ingin diperhatikan. Ingin dimengerti. Lebih aneh lagi, ketika suami bertanya, eh, malah ngegas. Ada yang seperti itu?
Saya, iya. Tentu saja. Jujur saya akui. Saya dulu sumber gas. Hal itu karena terkait kepribadian saya yang introvert. Ciri-ciri negatifnya adalah selalu minder, punya citra diri rendah, kurang bisa bergaul, perasa, pesimistis, mudah murung dan mudah tertekan. Meskipun saya mengkaji Islam, tetapi watak dasar itu muncul sesekali. Tidak bisa dihilangkan, hanya bisa saya kendalikan semampunya.
Namun, setelah saya benar-benar menerima diri saya seutuhnya. Berdamai dengan diri dan tidak menyalahkan siapa-siapa. Mencintai diri sendiri apa adanya, bahwa watak dasar saya itu adalah anugerah Allah Swt. dan bukan suatu kelainan. Saya bukanlah orang aneh di dunia, saya hanyalah makhluk Allah yang diberi watak unik yang berbeda dengan watak lainnya. Di situ amarah saya bisa teredam.
Jadi, kalau ada tipe istri yang seperti saya, waspadalah. Mereka itu hatinya sangat perasa, mudah sekali memendam pengalaman negatif. Disakiti sedikit saja, seolah-olah disakiti sepanjang masa. Bahkan, kadang tidak disakiti sama sekali, tapi “merasa” disakiti. Itu saja sudah cukup membuatnya menderita. Ia pun menjadi sumber gas yang sewaktu-waktu meledak.
Tentu saja, sangat sulit menjadi diri saya. Sabar, pemaaf dan positif thinking, itu benar-benar butuh latihan panjang. Orang lain yang wataknya bukan introvert, pasti heran dan tak paham. Bahkan mungkin mencibir. Masak begitu saja marah. Masak begitu saja baper. Masak begitu saja ngegas. Apalagi di mata orang ekstrovert. Orang seperti saya pasti dianggap berlebihan dan membesar-besarkan persoalan.
Lantas, Allah Swt. menakdirkan saya berpasangan dengan watak yang sangat berlawanan dengan saya. Seorang ekstrovert yang percaya diri, optimistis, mudah bergaul, dan selalu happy. Tentu saja dia memandang aneh kelakuan absurd saya. Tetapi, rupanya, dialah gudang rem yang bisa mengendalikan sumber gas saya. Penggembira yang bisa menghapuskan kemurungan saya.
Begitulah, Allah Swt. menjodohkan pasangan-pasangan di dunia, biasanya dengan orang yang punya kepribadian berkebalikan. Gunanya untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menyelisihi. Yang pendiam dipasangkan dengan yang cerewet, yang perencana dengan yang easy going, yang minder dengan yang gaul, yang pemalas dengan yang rajin, yang tipe pemimpin dan tipe anak buah, yang suka ngegas dengan yang bisa ngerem.
Percayalah, hal itu justru yang membuat hidup penuh warna. Jodoh yang sewatak, biasanya menjalani pernikahan tanpa romantika. Mudah bosan dan monoton. Bayangkan saja kalau si pendiam bertemu si pendiam. Atau si sumber gas ketemu sumber gas. Kebakaran dong ya 😁. Jadi, terimalah watak-watak yang berbeda itu. Itu anugerah Allah Swt.
Memang, kontradiksi watak itu akan melahirkan riak-riak perselisihan, bahkan pertengkaran hebat. Tetapi, jika masing-masing mengenali watak pasangannya, hal itu bisa dimaklumi. Bisa saling meredam. Hal terpenting adalah, dia pasanganmu. Sudah sah menjadi pendamping hidupmu. Apapun tipenya, bagaimanapun wataknya, kau sendiri yang memilihnya. Terimalah konsekuensinya dengan sabar dan positif thinking.
Lebih dari itu, watak dasar mungkin sulit diubah, tetapi bisa ditundukkan dengan ketentuan syariat. Kalau istri hendak ngegas, ingat, bahwa kita tidak boleh menyakiti suami. Kalau suami remnya blong, ingat, suami juga dilarang menyakiti istri.
Teorinya begitu. Praktiknya? Mari kita upayakan dan berdoa semoga Allah Swt. memudahkan. Sebab, kita semua adalah pembelajar dalam kehidupan.(*)
Sumber:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3247708411993815&id=100002640650815