Tawakal dalam Mendidik Anak

Tawakal dalam Mendidik Anak

Tawakal memberikan pesan kepada orang tua dan anak untuk menerima segala hasil dengan lapang dada, baik itu kesuksesan maupun kegagalan.

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Setiap zaman ada peran yang berubah dan tergantikan oleh kemajuan teknologi. Hanya saja dalam mendidik anak, setiap orang tua selalu berharap kehidupan anak-anaknya nanti akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan berhasil di dunia yang penuh tantangan. Namun, di hati orang tua ada rasa cemas tentang masa depan anak di tengah perubahan yang begitu cepat dan tak terduga.

Sekalipun kehadiran anak menempati zamannya yang berbeda dengan orang tua, tetapi bagaikan anak panah yang dilesatkan dari busurnya, ia bisa mengena tepat sasaran atau meleset dari target yang diinginkan. Hanya saja, orang tua sering kali terlalu menyimpan ekspektasi yang tinggi dengan apa yang telah diusahakannya. Oleh karenanya, orang tua sering kecewa ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Memang, kadang buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, tetapi masa depan anak kita sepenuhnya masih menjadi rahasia Allah Swt. Di sinilah pentingnya konsep tawakal dalam mendidik anak agar tidak terjebak pada kecemasan yang berlebihan.

Memaknai Tawakal

Asal kata tawakal merupakan serapan dari bahasa Arab yang berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah dengan penuh kepercayaan. Tawakal berada pada ranah keimanan yang harus melekat pada setiap aktivitas orang-orang yang beriman. Tawakal bukan perkara pilihan, melainkan kepastian. Oleh sebab itu, kedudukan amal manusia adalah perkara lain yang tidak berhubungan dengan tawakal, amal akan dihisab, sementara tawakal tidak akan dihisab.

Dalam konteks pendidikan keluarga, tawakal berarti orang tua meyakini masa depan anak sepenuhnya dalam genggaman Allah Swt. Mengenai aktivitasnya sebagai orang tua dalam memberikan pendidikan, kasih sayang, dan bimbingan terbaik kepada anak-anak merupakan bentuk amal kesalehan sebagai orang tua.

Oleh karena itu, pendidikan tentang akidah dan pengamalan syariat Islam merupakan perkara sangat penting. Anak-anak sejak dini harus diajarkan tentang keimanan, akhlak mulia, dan pentingnya menjalani hidup sesuai dengan ajaran syariat Islam secara kaffah. Untuk itu diperlukan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, perhatian, dan dukungan dapat membantu anak-anak merasa aman dan termotivasi untuk berkembang. Di sini peran orang tua perlu menciptakan suasana yang kondusif untuk pertumbuhan mental dan emosional anak.

Perihal tawakal merupakan keyakinan yang tersembunyi di dalam aktivitas orang-orang yang beriman, yaitu sikap berserah diri kepada Allah, menerima bahwa ada hal-hal di luar kendali manusia, seperti rezeki, kesehatan, dan berbagai hasil akhir dari setiap aktivitas yang dilakukan manusia.

Adanya tawakal mengajarkan keluarga untuk memiliki sikap tenang dalam setiap keadaan dan selalu berbaik sangka dengan apa yang Allah Swt. tetapkan. Ketika orang tua telah berusaha semaksimal mungkin, kekhawatiran yang berlebihan terhadap masa depan anak-anak bisa merusak kesehatan mental. Adanya tawakal membantu orang tua untuk tenang dan berserah diri, memahami bahwa Allah memiliki rencana terbaik bagi setiap hamba-Nya.

Pasalnya, tidak semua apa yang diusahakan manusia akan membuahkan hasil yang sempurna. Tawakal memberikan pesan kepada orang tua dan anak untuk menerima segala hasil dengan lapang dada, baik itu kesuksesan maupun kegagalan. Dengan cara ini, anak-anak juga dapat belajar untuk tidak mudah putus asa dan tetap bersyukur dalam segala keadaan.

Adanya sikap tawakal bukan untuk mematikan amal, justru untuk memastikan amal agar lebih termotivasi untuk terus berusaha lebih baik lagi. Sebabnya, ada keyakinan dalam diri manusia bahwa Allah akan selalu memberikan keputusan yang terbaik. Apa yang dikira baik oleh manusia belum tentu dalam penilaian Allah Swt. Pun sebaliknya, apa yang dinilai buruk oleh manusia, boleh jadi itu yang terbaik di sisi Allah Swt.

Pentingnya Peran Negara

Mendidik anak memang sudah menjadi kewajiban setiap orang tua, tetapi peran negara untuk terpenuhinya kewajiban tersebut menjadi perkara yang lebih diutamakan. Dalam hal ini, negara harus berperan dominan dalam mencukupi kebutuhan dasar rakyatnya, seperti pangan, sandang, dan papan. Negara pun bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan kolektif seluruh rakyat, yaitu pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Dengan kata lain, orang tua dalam mendidik anak seharusnya tidak dipusingkan dengan berbagai macam masalah yang dibebankan negara kepada rakyatnya, seperti pungutan pajak, biaya pendidikan, dan kesehatan. Negara sudah seharusnya memfasilitasi berbagai kebutuhan dasar yang bersifat kolektif tersebut dengan mudah dan gratis.

Mereka yang bertawakal bukan berarti hanya bergantung pada takdir semata. Ada keseimbangan yang perlu dijaga antara usaha yang sungguh-sungguh, kewajiban negara dan tawakal kepada Allah. Orang tua bisa menerapkan prinsip ini dengan cara memotivasi anak untuk belajar dan mengembangkan diri (life skill) sebagai bagian dari perkara yang mampu dikuasai manusia untuk dimaksimalkan.

Dengan demikian, anak-anak juga perlu diajarkan sejak dini tentang konsep tawakal agar mereka belajar untuk berusaha keras, tetapi juga menerima hasil dengan ikhlas. Ketika orang tua merasa cemas tentang masa depan anak, tawakal memberikan ketenangan hati bahwa segala sesuatu berada di bawah kendali Allah Swt.

Satu hal terpenting dari konsep tawakal dalam mendidik anak ini, tidak lain dalam rangka melaksanakan perintah Swt. yang terdapat di dalam surah At-Tahrim ayat 6, yaitu bagi orang-orang yang beriman diperintahkan untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa panasnya api neraka.

Menjaga diri dari siksa neraka tidak hanya tanggung jawab orang tua untuk anak-anaknya, tetapi juga kewajiban setiap individu, termasuk negara yang diamanahi mengurusi rakyatnya. Salah satu caranya, yaitu dengan mengingatkan mereka tentang kehidupan setelah mati dan adanya pertanggungjawaban di akhirat.

Sistem yang baik yang berasal dari Allah Swt. menjadi solusi tepat untuk memengaruhi perilaku dan keimanan seseorang. Hal ini sebagai bagian dari upaya menjaga keluarga dari siksa neraka, negara perlu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kebaikan, menerapkan syariat Islam secara kaffah dapat mewujudkan generasi emas tanpa kecemasan. Sebabnya, tingginya tingkat tawakal kepada Allah Swt. menjadi bagian dari upaya melanjutkan kehidupan Islam.

Wallahu a'lam bish-shawaab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Maman El Hakiem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Mati Listrik Total, Negeri Cerutu Gelap Gulita
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram