Keluarga Selaput Kosong, Bagaimana Memperbaikinya?

Keluarga Selaput Kosong Bagaimana Memperbaikinya?

Keharmonisan keluarga selaput kosong bisa dikembalikan ketika Islam menjadi pijakan dalam mengatur keluarganya sebab Islam memiliki solusi dalam setiap permasalahan dalam keluarga.

Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Keluarga selaput kosong", istilah ini mungkin terdengar awam bagi sebagian masyarakat sebab fenomena ini memang tidak tampak secara jelas di tengah masyarakat. Bisa dibilang keluarga selaput kosong di tengah masyarakat adalah fenomena abu-abu. Namun, fenomena keluarga seperti ini nyata, bahkan sebagian keluarga di Indonesia mengalami hal tersebut. Lantas, apa itu keluarga selaput kosong?

Mengenal Keluarga Selaput Kosong

Menurut William J. Goode dalam bukunya Family Sociology, keluarga selaput kosong merupakan sebuah keluarga yang terjadi disharmonisasi di dalamnya, yaitu ketiadaan peran suami dan istri, kurangnya komunikasi yang memadai, tidak berusaha membangun kerja sama, dan mengatur emosional yang baik. (Kompasiana.com, 23-07-2024)

Keluarga selaput kosong bisa diartikan sebuah keluarga utuh, yaitu suami dan istri atau suami, istri, dan juga anak-anaknya yang tinggal bersama dalam satu rumah, tetapi di dalamnya tidak ada interaksi ataupun komunikasi antara anggota keluarga, terutama suami dan istri. Dalam model keluarga seperti ini, hubungan antara anggota keluarga mempunyai dua sisi kehidupan yang berbeda, yaitu panggung depan dan panggung belakang. Ketika berada di panggung depan, yaitu di tengah masyarakat mereka layaknya keluarga yang utuh dan tidak ada konflik. Namun, ketika di panggung belakang, yaitu di dalam rumah mereka asing dan tidak berkomunikasi.

Dalam kehidupan keluarga selaput kosong, anggota keluarga, terutama suami dan istri mempunyai kesibukan masing-masing dan tidak saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Bahkan, anggota keluarga tidak lagi menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana tanggung jawabnya sebagai suami dan istri dalam keluarga. Ada konflik yang membelenggu antara anggota keluarga sehingga menjadikannya seperti keluarga yang utuh, tetapi faktanya bukan layaknya sebuah keluarga.

Faktor Penyebab

Sejatinya, sebuah keluarga terbentuk karena adanya ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan, yang kemudian dikaruniai anak-anak untuk menjadi anggota keluarga baru. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, berkomunikasi dengan baik, dan saling membutuhkan satu sama lain, serta membentuk sebuah keharmonisan. Hanya saja, kondisi ini berbanding terbalik dengan fakta keluarga selaput kosong tersebut. Mereka memiliki beberapa masalah yang sukar untuk diselesaikan dan tidak ingin bercerai atau berpisah sehingga memilih tetap tinggal dalam satu rumah.

Dilansir dari beberapa sumber, keluarga selaput kosong terjadi diakibatkan beberapa faktor, yaitu:

Pertama, ketidakcocokan antara pasangan dan juga sikap egois masing-masing pasangan yang tinggi. Ketidakcocokan antara pasangan, baik dalam masalah prinsip hidup maupun hal lainnya dalam sebuah keluarga sering kali dapat menimbulkan konflik. Apalagi ketika kedua pasangan tersebut sama-sama memiliki ego yang tinggi. Hal ini tidak akan mendapatkan kesepakatan bersama, yang ada justru menyebabkan konflik. Ketika konflik ini tidak segera diselesaikan maka akan membuat konflik yang berkepanjangan dan memengaruhi kondisi keharmonisan dalam keluarga yang berujung diskomunikasi antarpasangan.

Kedua, mempertahankan muruah keluarga di tengah masyarakat. Ketika dalam suatu keluarga terjadi konflik yang rumit dan berkepanjangan, kondisi ini sering kali menyebabkan terjadinya perceraian atau perpisahan. Hanya saja, sebagian orang memiliki solusi lain, yaitu tetap tinggal dalam satu rumah layaknya keluarga yang utuh, tetapi tidak ada interaksi antara suami dan istri. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga muruah keluarganya di tengah masyarakat sebab mereka tidak ingin mendapatkan gunjingan dari masyarakat diakibatkan rusaknya rumah tangga yang berakhir pada perceraian. Begitu pun dengan kondisi anak-anak. Disadari ataupun tidak, perceraian adalah hal yang buruk, ia juga akan berdampak bagi psikologis anak-anak. Akibat perceraian juga, sering kali anak-anak mendapatkan bullying dari teman-temannya. Atas dasar ini, orang tua memilih untuk tetap bersama, tetapi tidak berinteraksi.

Dampak Konflik

Sejatinya, setiap pasangan pasti mendambakan keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah (samawa) hingga akhir hayatnya. Hanya saja, di setiap perjalanan keluarga pasti terjadi beberapa konflik yang tidak terhindarkan yang menjadi sebab maraknya perceraian ataupun mereka yang memilih cara lain, yaitu keluarga selaput kosong. Ketika konflik ini dibiarkan berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian masalah, jelas berdampak pada psikologis anak. Mereka akan merasa kesepian, kecewa, marah, bahkan merasa kehilangan keutuhan dari keluarga tersebut.

Baca juga: Menjaga Keharmonisan Keluarga

Hal ini bisa berdampak buruk yang menyebabkan anak terjebak dalam lingkaran yang salah. Misalnya, pergaulan bebas, narkoba, dan lainnya sebab tidak ada perhatian lebih dari orang tua untuk bersatu mendidik anak-anaknya. Hal ini cukup berbahaya bagi perkembangan dan masa depan mereka sehingga butuh sebuah solusi.

Tip Memperbaiki Keharmonisan Keluarga

Sejatinya, sebuah keluarga merupakan bagian penting bagi peradaban suatu bangsa sebab keluarga yang sehat dan samawa adalah cerminan masyarakat yang sehat dan beradab. Selain itu, di tangan keluarga samawa pula anak-anak akan terbentuk menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas serta berakhlak mulia. Oleh karenanya, pembentukan keluarga samawa menjadi salah satu prioritas utama dalam Islam

Namun, tidak dimungkiri bahwa dalam setiap keluarga memiliki perkara yang akan mengadangnya sehingga menyebabkan perceraian atau kehidupan keluarga selaput kosong. Apalagi sistem hari ini telah menyerang sistem ketahanan keluarga dari berbagai sisi, misalnya sulitnya mencari kerja, permasalahan ekonomi, gaya hidup hedonisme, dan lainnya. Oleh karenanya, butuh penanganan yang efisien agar fungsi keluarga bisa berjalan dengan baik di tengah masyarakat.

Tip mengatasi masalah keluarga selaput kosong dan membentuk keluarga samawa, di antaranya:

Pertama, kedua pasangan harus memahami makna dari sebuah pernikahan dan menyamakan visi misi pernikahan tersebut, sebab ia adalah faktor penting dari berdirinya sebuah keluarga. Patut dipahami bahwa pernikahan bukan hanya sekadar ikatan yang menyatukan dua insan manusia untuk menjalani bahtera rumah tangga. Namun, pernikahan merupakan ibadah dan penyempurna keimanan kepada Allah sehingga tujuan menikah harusnya hanya untuk menggapai rida Allah dan membentuk keluarga yang ideologis dan samawa.

Rasulullah bersabda, "Apabila seseorang menikah maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Oleh karenanya, bertakwalah pada Allah di separuh yang lainnya." (HR. Al-Baihaqi)

Kedua pasangan harus memahami bahwa ada nilai ibadah di setiap peran yang dijalankannya, misalnya seorang suami wajib menafkahi istrinya dan anak-anaknya dengan harta yang halal. Kewajiban tersebut ketika dijalani sesuai anjuran syarak maka akan bernilai ibadah di sisi Allah. Begitu juga dengan seorang istri yang melayani suaminya dan mendidik anak-anaknya dengan ikhlas, dia akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Ketika kedua pasangan telah memahami makna pernikahan yang sesungguhnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah maka model keluarga selaput kosong tidak akan pernah terjadi. Mereka memahami hak dan kewajibannya sebagai suami dan istri serta orang tua bagi anak-anaknya.

Kedua, menanamkan akidah Islam dan saling mengingatkan ketika melakukan kemaksiatan. Penanaman akidah Islam dalam anggota keluarga akan menjadi benteng utama mereka dalam kehidupan dan menjalankan kewajibannya dalam keluarga. Di sisi lain, anggota keluarga wajib menjadi pengontrol bagi keluarga yang lainnya, baik dalam hal ibadah maupun mengingatkan saat anggota keluarga lainnya melakukan kemaksiatan atau berbuat salah. Aktivitas ini akan menciptakan keharmonisan serta mencegah terjadinya konflik sebab anggota keluarga saling memberikan perhatian kepada anggota keluarga lainnya.

Ketiga, jika terjadi masalah dalam keluarga, sesama pasangan harus bersabar dan menurunkan ego masing-masing serta saling mengalah. Seiring berjalannya bahtera rumah tangga tentunya akan terjadi konflik, entah dipicu masalah ekonomi, ketidakcocokan pendapat dalam menyelesaikan masalah, dan lainnya. Dalam konteks ini, masing-masing pasangan, baik suami maupun istri wajib untuk menurunkan ego, bersabar, serta saling mengalah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kedua pasangan harus kembali pada visi dan misi dalam membangun rumah tangganya, yaitu untuk menggapai rida Allah.

Dengan beberapa tip di atas, insyaallah akan bisa tercipta keluarga yang samawa dan tidak ada lagi keluarga selaput kosong sebab masing-masing anggota keluarga memahami peran dan kewajibannya dalam sebuah keluarga.

Khatimah

Sejatinya, keharmonisan keluarga selaput kosong bisa dikembalikan ketika Islam menjadi pijakan dalam mengatur keluarganya sebab Islam memiliki solusi dalam setiap permasalahan dalam keluarga. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Siti Komariah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Peringkat Perguruan Tinggi Rendah, Kualitas Dipertanyakan
Next
Industri Manufaktur RI Merosot, Mengapa?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Netty
Netty
1 month ago

Iya ada banyak di tengah umat yang seperti ini. Sebenarnya kasihan juga jika keluarga kondisinya seperti ini. Tapi mau bagainana lagi. Saat ini pencitraan lebih utama dibanding kondisi yang sebenarnya

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
1 month ago

Baru tahu ada istilah keluarga selaput kosong. Semoga kita terhindar dari model keluarga seperti ini.
Baarakallaah Mbak Riah. Jazaakillaah khayran atas ilmunya.

Ummutriaz
Ummutriaz
1 month ago

Membina bahtera rumah tangga tanpa dilandasi Islam, ibarat pohon tanpa akar. Mudah tumbang jika badai dan ulat menyerang.

Yuli Juharini
Yuli Juharini
1 month ago

Membaca tulisan ini, bisa ditarik kesimpulan kalau kami bukan termasuk keluarga selaput kosong. Walaupun aku bukan satu2nya istri dari suamiku tapi komunikasi kami sangat baik. Ada kehangatan setiap paksu pulang ke rumah. Bukan berarti tidak ada konflik di antara kami. Hanya saja semua itu dapat diatasi dengan bijaksana. Hingga saat ini aku masih sayang bgt sama paksu demikian pula paksu padaku. Itu yg kurasakan.

Netty
Netty
Reply to  Yuli Juharini
1 month ago

MasyaAllah baarakallahu fiik ibu. Keluarga yang dilandasi Islam. Meski ada R1-4, tetap bahagia.

Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
1 month ago

Benar juga kata Mb Siti istilah tdk semua org tahu. Aku pun baru mendengar istilah keluarga selaput kosong.

Membaca naskah ini mengingatkan pd pernikahan kawan lama saya. Mereka bercerai secara agama tapi tetap hidup serumah dgn dalih menjaga perasaan anak2nya.

Sy pertama tahu kaget mendengarnya dan tetap mengingatkan perbuatan mereka tdk benar. Akhirnya mereka berpisah resmi dan istri keluar rumah dan menikah lagi.

Rumah tangga yang tdk dilandasi dg akidah Islam akan rapuh dan rentan perceraian. Penyebabnya bermacam2. Salah satunya lemahnya kepemimpinan suami, kadang istri jika sdh punya penghasilan sendiri dan berkarir di luar rumah cenderung egois, mudah merendahkan suami dan pembangkang. (Berdasarkan fakta yg kujumpai di lapangan) ujung2nya cerai. Miris. Ah semua korban sistem sekuler hari ini.

Novianti
Novianti
1 month ago

Komunikasi ibarat lem yang akan merekatkan, visi adalah nafas di dalamnya..Tanpa ada visi, komunikasi sebatas pemenuhan kebutuhan dunia. Keluarga selaput kosong tidak memliiki keduanya. Barokallohu, mba, tulisannya menjadi pengingat arti penting keluarga.

Atien
Atien
1 month ago

Keluarga menjadi tempat pertama mendidik generasi masa depan. Ketika tempat tersebut tidak mendukung, bagaimana nasib mereka?. Begitulah gambaran keluarga di sistem rusak yang tidak bisa bersinergi antar anggota keluarganya. Semua sibuk dengan urusannya sendiri.
Barakallah mba,@Riah. Naskahnya menjadi pencerahan untuk kita semua.

Deena
Deena
1 month ago

Selalu bertumpu pada Islam menjadi jaminan keluarga bahagia lahir dan batin.
Ketika ada masalah apa pun dalam keluarga diselesaikan menurut syariat.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram