Kehadiran mantan, baik itu mantan istri atau seseorang yang pernah menjadi bagian dari kehidupan pasangan di masa lalu kerap kali menjadi problematika, apalagi disertai perasaan cinta lama yang bersemi kembali.
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kehidupan berkeluarga adalah anugerah besar dari Allah Swt. yang memiliki tujuan untuk mencapai sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dalam menjalani kehidupan keluarga, ada banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah masa lalu, baik itu dalam bentuk kehadiran mantan pasangan atau pengalaman sebelumnya yang mungkin memengaruhi hubungan keluarga saat ini.
Tidak dapat dimungkiri kalau berumah tangga itu bagaikan biduk bahtera di lautan yang penuh dengan ombak permasalahan, dinamika, tantangan, dan kebahagiaan. Kehadiran mantan, baik itu mantan istri atau seseorang yang pernah menjadi bagian dari kehidupan pasangan di masa lalu kerap kali menjadi problematika, apalagi disertai perasaan cinta lama yang bersemi kembali.
Masalah yang paling umum muncul akibat kehadiran mantan adalah rasa cemburu tepatnya perasaan tidak aman atau insecurity. Bagi pasangan baru, mantan bisa dianggap sebagai ancaman emosional. Meskipun sang mantan sudah tidak lagi memiliki hubungan romantis dengan pasangan, keberadaannya, apalagi jika mereka masih berhubungan, dapat menimbulkan kecemasan atau keraguan tentang komitmen pasangan saat ini.
Bagi sebagian orang, rasa cemburu ini bisa memicu ketegangan dalam rumah tangga. Misalnya, komunikasi yang terjalin antara mantan istri dan pasangan karena urusan anak atau keperluan tertentu seringkali disalahpahami sebagai indikasi bahwa hubungan lama masih memiliki jejak emosional.
Jika mantan pasangan memiliki anak dari pernikahan sebelumnya, kehadiran anak tersebut juga bisa menjadi sumber problematika dalam hubungan baru. Pasangan harus memahami bahwa keterlibatan mantan dalam kehidupan anak adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Ini sering kali menjadi tantangan bagi pasangan baru untuk menyeimbangkan antara peran sebagai orang tua sambung dan penerimaan akan kehadiran mantan.
Rasa cemburu mungkin bukan hanya datang dari pasangan baru, tapi juga dari anak terhadap figur orang tua baru. Anak bisa merasa terjebak di antara kedua orang tuanya atau memiliki loyalitas emosional terhadap orang tua kandungnya, yang bisa menambah kompleksitas hubungan keluarga.
Selain itu, masalah keuangan yang masih melibatkan mantan, seperti tunjangan anak atau pembagian harta, bisa menjadi salah satu sumber konflik. Bagi pasangan baru, tanggung jawab finansial terhadap mantan bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman atau bahkan ketidakadilan. Apalagi jika masalah ini memengaruhi stabilitas ekonomi keluarga yang sedang dibangun.
Baca: Mahar dan "Jatah Mantan"
Terkadang, kesepakatan finansial yang belum selesai atau keputusan pengadilan yang memihak salah satu pihak dapat memperumit situasi. Ini bisa memicu perdebatan yang lebih luas dalam rumah tangga dan memengaruhi rasa kepercayaan dan kerja sama antara pasangan.
Meskipun komunikasi antara mantan pasangan yang sudah bercerai bisa menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari, terutama jika mereka memiliki anak bersama, komunikasi yang tidak sehat dapat menjadi masalah besar. Ketika komunikasi tersebut melampaui batas profesional atau terkesan terlalu akrab, ini bisa menimbulkan kecemasan pada pasangan baru.
Pasangan baru mungkin merasa bahwa keterlibatan mantan dalam kehidupan pasangan mereka terlalu besar, dan hal ini bisa memengaruhi dinamika hubungan. Penting bagi pasangan untuk memiliki batasan yang jelas dalam hal komunikasi dengan mantan sehingga tidak menimbulkan salah paham atau menambah ketegangan.
Selain masalah nyata seperti keuangan atau anak, kehadiran mantan juga sering kali membangkitkan kenangan masa lalu. Ada kalanya pasangan baru merasa hidup dalam bayang-bayang mantan, terutama jika mantan tersebut masih sering dibicarakan atau memiliki hubungan emosional yang belum tuntas.
Tentunya, keadaaan seperti ini bisa menimbulkan perasaan minder atau tidak dihargai. Jika pasangan terus-menerus membandingkan kehidupan lamanya dengan kehidupan sekarang, ini dapat memicu ketidakpuasan dan keretakan dalam hubungan. Pasangan baru mungkin merasa tertekan untuk bersaing dengan bayangan masa lalu, yang sebenarnya tidak relevan dengan hubungan mereka saat ini.
Meminimalisasi Konflik
Menyelesaikan masalah yang melibatkan mantan dalam hubungan rumah tangga membutuhkan kerjasama, komunikasi terbuka, dan pemahaman dari kedua belah pihak.
Setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi konflik karena sang mantan.
Pertama, adanya komunikasi yang terbuka. Pada poin ini, pasangan keluarga harus berkomunikasi secara jujur dan terbuka tentang perasaan mereka terkait kehadiran mantan. Jika masih ada benih-benih cinta segera alihkan dengan ketegasan sikap bahwa masa lalu telah berlalu. Adanya komunikasi yang baik dapat meminimalisasi sikap cemburu dari pasangan keluarga dan menghindari kesalahpahaman.
Setelah itu, sangat penting untuk menetapkan batasan yang jelas terkait interaksi dengan mantan pasangan, terutama dalam hal komunikasi dan keterlibatan dalam kehidupan rumah tangga saat ini.
Kedua, adanya kepercayaan dan komitmen. Kepercayaan dan komitmen pasangan keluarga menjadi kekuatan penting untuk menyelesaikan permasalahan. Saling menjaga kepercayaan merupakan fondasi utama untuk terjaganya hubungan yang sehat, terutama dalam menghadapi tantangan dari masa lalu.
Sikap membandingkan romantisme di masa lalu dengan masa kini hanya akan merusak kebahagiaan. Oleh karena itu, harus fokus pada tujuan yang sedang dijalani bersama pasangan, bukan pada apa yang sudah berlalu.
Dengan komunikasi yang baik, saling pengertian, dan komitmen kuat, problematika kehadiran sang mantan ini bisa dihadapi dengan bijaksana. Setiap hubungan memiliki dinamika uniknya sendiri, dan dengan usaha bersama, keluarga tetap bisa mencapai keharmonisan meski ada godaan cinta dari masa lalu.
Tuntunan Syariat Islam
Pertama yang harus dipahami bahwa keluarga dalam aturan Islam dibangun di atas fondasi akidah yang kuat dan ketaatan pada syariat Islam secara kaffah. Dalam hal ini, semua keputusan, tindakan, dan sikap keluarga didasarkan pada nilai-nilai Islam yang ada dalam Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad saw.
Keluarga seperti ini akan memiliki pemahaman mendalam bahwa segala sesuatu, termasuk masa lalu, adalah bagian dari episode kehidupan yang harus diterima dengan ikhlas. Mereka menyadari jika hati tetap bertaut pada Allah, segala ujian dapat dilewati dengan tenang dan penuh kesabaran. Ingatlah selalu apa yang Allah Swt. tegaskan, bahwa beban kehidupan seseorang tidak akan melebihi dari batas kesanggupannya. (QS. Al Baqarah: 286)
Kehadiran mantan atau bayang-bayang masa lalu tidak akan mampu menggoyahkan keharmonisan rumah tangga yang selalu memohon perlindungan kepada Allah Swt. Kebiasaan salat berjemaah di dalam keluarga, bisa menjadi sarana komunikasi yang sangat baik untuk menghindari diri dari segala prasangka dan perbuatan nista, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur'an surah Al-‘Ankabut ayat 45, bahwa sesungguhnya salat dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar.
Dengan kata lain, salat bisa menjadi benteng spiritual, keluarga akan terjaga dari perasaan negatif yang bisa muncul akibat masa lalu atau gangguan pihak luar. Salat menjadi sarana untuk menyucikan hati dan pikiran, sehingga keluarga tetap fokus pada kehidupan sekarang dan masa depan yang penuh keberkahan.
Salat berjemaah mengingatkan akan peran suami sebagai pemimpin (imam) rumah tangga yang bertanggung jawab menjaga keluarganya dari hal-hal yang bisa merusak keharmonisan, termasuk dari godaan masa lalu. Pun peran seorang istri sebagai pendamping yang dapat membantu menjaga ketenangan hati suami dan keluarganya.
Ketika keduanya saling percaya dan selalu berupaya untuk bersama dalam ketaatan kepada Allah, godaan dari masa lalu, termasuk kehadiran mantan, tidak akan mengganggu. Inilah karakter kepemimpinan dalam keluarga yang disebutkan Rasulullah, "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku. (HR. Tirmidzi)
Wallahu 'alam bish-shawaab. []
Kalau sudah jadi mantan ya sudahlah.. fokus aja pada pasangan yg ada di depan mata..
Mantan oh mantan. Haseeek... Baarakallahu fiik pak. Kereen naskahnya
Masalah mantan memang bisa jadi akan membuka lembaran lama, jika iman tidak kuat baiknya hindari interaksi dengan mantan... Kalau sebatas silaturahmi dengan keluarganya tidak masalah, tapi komunikasi rutin tinggalkan!
Barakallahu ....
Naskahnya keren
Di dalam kehidupan sekuler, reuni salah satu celah kemungkinan bertemu mantan. Bahkan ada istilah CLBK
Hanya dengan kesadaran iman lah pasangan suami istri sama-sama harus menundukkan dan menjaga pandangan dari orang asing. Agar tidak terbangkitkan lagi kenangan dan peristiwa masa lalu..hehehe
Jangan sekali-kali membicarakan mantan pada pasangan, fatal akibatnya
MasyaAllah... Naskahnya keren...
Komunikasi yg terbuka, serta kepercayaan dan komitmen,,, resep jitunya
.
Mantan oh mantan. Yang lalu biarlah berlalu.
Barakallah ustaz, keren. Mantan oh mantan ...
Ngeriiiii
Yang namanya mantan mesti kita bijak dalam menyikapi. Mesti meyakinkan diri bahwa pasangan hidup saat inilah yang terbaik dari Allah Swt. Berjalanlah sesuatu syariat itu yang terpenting
Masya Allah ....
Baarakallaah Ustadz ....
Mantan oh mantan beruntunglah yg gak punya mantan wkwkwkk
Beruntunglah pasangan yg di detik pernikahannya sdh memutus mata rantai pengalaman sebelumnya atau bersama mantan lalu keduanya komitmen melangkah optimis membangun keluarga samara tanpa dibayangin mantan.
Jiwa mundur adalah suka melihat mantan..hihik. Mndingan perbesar rasa syukur dg karunia yg ada. Bukankah takdir telah tertulis...
Keren ini naskah..sukses dunia akhirat.
Mantan istri atau suami, memang tidak akan lepas dari masa lalu dan muncul setiap waktu mungkin, terlebih jika memang ada buah hati, namun kembali kepada syari'at Islam. Mana hal yang boleh dan tidak menurut pandangan Islam. Ada pengalaman tersendiri bagi yang pernah memilikinya.
Wah, bahas mantan. Akan tetapi, jika persoalan masa lalu yang belum selesai bisa memengaruhi hubungan dengan pasangan yang baru. Di masa depan, hati yang diperjuangkan dan dijaga adalah pasangan yang telah dihalalkan. Keberadaan mantan tidak perlu disesali, bagian dari pengalaman. Rasa tidak bisa berdusta, tetapi dengan menunjukkan sikap bijak, masing-masing di tempatkan sesuai kaidah syariat, insyaaAllah tidak ada yang namanya hidup dalam bayang-bayang mantan.