Fatherless, Hilangnya Peran Ayah dalam Mendidik Anak

Fatherless, hilangnya Peran Ayah dalam mendidik Anak

Fatherless tidak akan terjadi pada kedua orang tua yang sama-sama memahami bahwa mendidik anak merupakan perihal berbagi peran.

Oleh. Arum Indah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Fatherless atau absennya figur seorang ayah dalam keluarga yakni mendidik, mengasuh, dan menemani tumbuh kembang si buah hati merupakan kondisi yang mungkin sering terjadi. Mayoritas masyarakat sering beranggapan bahwa tugas seorang ayah hanya cukup mencari nafkah di luar rumah, sedangkan tugas domestik rumah tangga termasuk mengasuh anak adalah tanggung jawab ibu sepenuhnya. Banyak yang beranggapan bahwa ayah sudah lelah mencari nafkah, maka tidak boleh lagi menambah beban dengan melibatkannya mengasuh anak.

Fenomena fatherless ini juga membuat mereka yang bergelar ayah benar-benar berlepas tangan dalam urusan rumah tangga, padahal figur ayah sangat berpengaruh kuat dalam kondisi rumah tangga. Figur ayah akan sangat berpengaruh terhadap kondisi mental anak di masa depan. Secara fitrah, figur ayah bertugas untuk menerapkan keyakinan pada anak. Keyakinan ini yang akan menjadi fondasi anak dalam beraktivitas.

Dampak Fatherless pada Tumbuh Kembang Anak

Fatherless memiliki banyak dampak negatif pada tumbuh kembang anak. Para ahli parenting telah membuktikan narasi itu dengan melakukan berbagai riset penelitian.

Sebagaimana yang dirangkum oleh Psichology Today, dampak tersebut meliputi:

Pertama, konsep diri anak mengalami penurunan, terutama dalam hal rasa aman dan emosional yang terganggu. Anak yang mengalami fatherless cenderung merasa tidak mendapatkan rasa keamanan dan sulit mengendalikan emosi.

Kedua, fatherless membuat anak akan mengalami masalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan sering mengalami masalah dalam interaksi sosial. Anak tidak memiliki kepercayaan diri dan menganggap lingkungan tidak dapat menerima dirinya sehingga anak akan cenderung beralih pada hal negatif.

Ketiga, prestasi akademik yang cenderung menurun. Figur ayah sangat berperan besar dalam mewujudkan prestasi akademik anak sebab anak yang dekat dengan ayahnya cenderung memiliki kecerdasan. Sebaliknya, fenomena fatherless justru akan membuat anak mengalami penurunan semangat belajar.

Keempat, anak akan rentan terhadap gangguan kesehatan mental. Anak yang tidak dekat dengan ayahnya, tidak akan mudah mengendalikan emosinya dan mudah terbawa arus lingkungan.

Kelima, depresi praremaja dan seiring perkembangan usia anak. Anak akan mudah terlibat dalam kenakalan remaja dan berbagai masalah-masalah di lingkungannya. 

Keenam, anak yang mengalami fatherless cenderung akan bermasalah dengan kasus kekerasan, obat-obatan terlarang, LGBT, pelanggaran norma-norma, dan lain sebagainya.

Pentingnya Peran Ayah

Jika rumah diibaratkan dengan sebuah madrasah dan ibu adalah guru yang mendidik anak-anaknya, sosok ayah adalah kepala sekolah yang bertanggung jawab penuh terhadap perjalanan kurikulum madrasah tersebut. Panutan dalam sebuah keluarga adalah sosok ayah.

Psikolog anak RSK Jiwa Dharmawangsa Mira Amir menyampaikan bahwa fatherless akan berpengaruh pada kondisi psikologis ibu dan signifikan terhadap perkembangan anak. Mira juga menyatakan bahwa kehadiran ayah akan memberikan ketenangan hati bagi ibu dan dapat mendukung parenting terbaik bagi anak-anak. Ayah yang turut mengambil peran mendidik anak dan penuh empati akan membuat ibu merasa terbantu. Sebaliknya, hilangnya peran ayah akan membuat seorang ibu terbebani karena merasa mengurus anak sendirian.

Selain itu, berbagai studi juga menyebutkan bahwa penyebab stres tertinggi seorang ibu adalah fenomena fatherless dalam rumah tangga. Fatherless membuat ibu merasa terbebani sendiri, padahal seorang ibu harus merasa bahagia. Kebahagiaan seorang ibu adalah kunci kebahagiaan bagi anggota keluarga. Ibu yang bahagia terlebih dahulu akan memberikan atmosfer bahagia untuk anak-anaknya. Ibu yang bahagia akan memancarkan energi positif. Sedangkan ibu yang stres akan memberikan dampak negatif bagi anak-anak. Peran ayah adalah supporting system terbaik dan terbesar dalam hal ini.

Pentingnya Figur Ayah

Figur seorang ayah juga sangat penting bagi kemampuan kognitif anak, terutama dalam mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah atau problem solving. Figur ayah dalam mendidik anak perempuannya akan mampu membuat kemampuan kognitif si anak matang di usia 7 atau 8 tahun, sedangkan bagi anak laki-laki, sosok ayah akan mampu menjadi  role model dalam bersikap dan bertindak.

Kontribusi ayah di dalam pendidikan anak akan berkontribusi besar dalam membentuk kecerdasan anak. Hampir 92 persen otak anak dibentuk dari usia 0 sampai 5 tahun. Ayah berperan untuk menumbuhkan nilai-nilai keimanan dengan ketegasan dan ketenangannya. Ayah yang memiliki kedekatan dengan anaknya akan mendorong anak untuk mengaktifkan otot-otot ketangguhan dalam diri anak dan menjadikan mereka kuat. Peran ayah sangat menentukan kekuatan anak. Anak yang bermental kuat lahir dari ayah yang melekat di hati mereka setiap saat.

Peran Ayah pada Anak Perempuan

Bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertama mereka. Sesuai fitrahnya, kebutuhan dasar anak perempuan adalah perhatian, kasih sayang, dan rasa cinta yang besar. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mengucapkan kata-kata seperti “Duhai My Love”, “Princess-nya ayah”, “I love You”, “Bidadari ayah”, dan lain sebagainya. Jika lisan ayah terlalu kaku, tangki cinta anak tidak akan terpenuhi. Akibatnya akan ada benteng yang tinggi antara anak perempuan dengan ayahnya.

Lebih dari itu, dalam jangka panjangnya, anak perempuan akan mudah jatuh cinta dan mencari lelaki lain untuk memenuhi tangki cinta mereka. Jika sudah begini, anak akan bermasalah dengan perasaannya sendiri, mudah terbawa arus seperti melanggar norma-norma, free sex, dan lain sebagainya.

Dampak yang lebih fatal lagi, anak perempuan akan merasa mereka bisa hidup tanpa lelaki, tidak ingin menikah karena merasa tisak butuh laki-laki. Situasi ini dikenal dengan  hyper independence atau trauma karena hilangnya figuritas sosok ayah atau fatherless. Trauma ini akan melahirkan trust issue bagi anak perempuan terhadap laki-laki.

Peran Ayah bagi Anak Laki-Laki

Anak laki-laki akan belajar menjadi dirinya dengan mengamati tingkah laku ayah. Jika ayah tidak menjalankan perannya, mereka akan memiliki rasa minder dan tidak bisa menentukan sikap. Peran ayah bagi anak laki-laki juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan membuat anak merasa diakui di lingkungannya, sedangkan anak yang tidak dekat dengan ayahnya cenderung akan mencari pelampiasan pada hal negatif.

Figur ayah bagi anak lelaki juga untuk mengajarkan tanggung jawab, etos kerja yang tinggi, hubungan sehat, dan rasa ingin melindungi keluarga. Ayah harus mampu mengisi kekosongan hati anak. Ayah adalah role model bagi anak lelakinya. Kejujuran, keberanian, keadilan, sikap menghargai orang lain seperti mendengarkan, kesopanan, dan batas-batas pergaulan didapat dari sosok ayah.

Pentingnya Waktu Bersama Ayah

Peran ayah tak hanya sekadar bertanggung jawab secara materi, tetapi juga harus menjamin kebahagiaan rumah tangganya. Namun, bukan berarti ayah juga harus full berada di rumah. Saat ayah berada di rumah, ayah harus memaksimalkan perannya agar anak tetap dapat merasakan kehadiran ayah dalam hati mereka.

Memang benar seorang ayah telah banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja, tetapi seorang ayah juga harus ingat bahwa kehidupan keluarga juga merupakan tanggung jawabnya. Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah pernah bersabda, “Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.” (HR. Bukhari)

Beberapa tip yang dapat dilakukan seorang ayah agar anak merasa dekat dengan mereka, yakni dengan beraktivitas bersama mereka, mulai dari bermain bersama, mengajak anak berjalan-jalan, membaca buku bersama, bercerita, berkebun, bermain bersama anak, membuat permainan, dan mencoba hal-hal baru untuk mengembangkan kreativitas anak.

Khatimah

Mengasuh dan mendidik anak bukan hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada mereka, tetapi juga membangun karakter dan akhlak anak. Bukan pula hanya sekadar melatih logika, tetapi juga melatih rasa yang mereka miliki.

Mengasuh dan mendidik anak bukan pula hanya membesarkan raga anak, melainkan juga membesarkan hati mereka. Bukan juga hanya tentang memotivasi anak, melainkan juga mengajarkan mereka untuk menerima kekecewaan dan belajar mengenai perjuangan.

Fatherless tidak akan terjadi pada kedua orang tua yang sama-sama memahami bahwa mendidik anak merupakan perihal berbagi peran. Butuh kekompakan dan kerja sama yang baik antara ayah dan ibu agar anak-anak bisa mendapatkan pengasuhan yang terbaik. Mendidik anak bukanlah murni peran ibu, justru ayahlah yang berperan besar dalam tumbuh kembang anak.

Wallahu a'lam bishowab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Badai Penipuan Mengancam  Masyarakat Florida
Next
Tawaf, Ajaib bagi Kesehatan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram