Sebuah keluarga muslim butuh visi yang kuat untuk memastikan semua anggota keluarga terus bergerak di jalan yang benar.
Oleh. Mawar Putri Ummu Panglima
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Kami berdomisili di Makassar. Alhamdulillah Allah izinkan anak sulung kami mondok di salah satu pesantren di Kota Bogor. Di sebuah kecamatan di Bogor, yang jujur kami pun baru pertama kali menginjakkan kaki di sana, saat kami harus mengikuti tahapan demi tahapan tes masuk pondok tersebut.
Tidak satu dua orang yang bertanya. Mulai dari teman kantor, tetangga, keluarga, kedua orang tua sampai orang yang tidak sengaja kami temui di moda transportasi dalam perjalanan mengantar anak kami ke pondok. Semuanya bertanya keheranan. Mengapa jauh menyekolahkan anak ke Bogor, Jawa Barat, melewati banyak sekolah di kota ini yang juga tidak kalah unggulnya?
Sebuah visi keluarga yang saya dan suami sepakati di awal-awal pernikahan dalam mengarungi bahtera rumah tanggalah yang mengantarkan kami di pondok tersebut. Begitu jauh jalan yang kami tempuh, tenaga yang terkuras dan tidak sedikit materi yang harus kami korbankan. Kami menggenggam erat tangan si sulung, saling meyakinkan hati, meminta petunjuk kepada Allah bahwa inilah pondok pesantren yang visi misinya sejalan dengan visi misi keluarga kami.
Visi pondok pesantren tersebut fokus dalam mencetak ulama kredibel berkepribadian Islam. Visi ini sejalan dengan visi keluarga kami yaitu menjadi keluarga intelektual berideologi Islam. Intelektual akrab dengan diksi cerdas, berakal, dan berpikir jernih. Intelektual adalah mereka yang dalam perkataan dan tingkah lakunya berdasarkan ilmu. Kami menggandengkan kata intelektual dengan kata berideologi Islam dengan maksud memastikan bahwa kriteria keluarga yang ingin kami bangun kelak adalah keluarga intelektual yang senantiasa menjadikan Islam sebagai mabda (ideologi).
Dalam kitab Nizhamul Islam karya Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, dituliskan bahwa ada tiga ideologi besar di dunia ini yaitu kapitalisme, sosialisme, dan Islam. Islam adalah agama sekaligus ideologi (mabda). Memilih Islam sebagai ideologi berarti menyerahkan seluruh pengaturan hidup kita kepada aturan Islam. Bukan sesuatu yang mustahil menyerahkan seluruh pengaturan hidup kepada Islam karena Islam adalah agama yang memiliki aturan jelas dan detail untuk umatnya mulai dari tataran individu, masyarakat sampai level negara. Islam sebagai mabda memiliki peraturan yang bisa diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan.https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/membangun-keluarga-muslim-yang-produktif/
Ketika Al-Qur’an dijadikan sebagai pedoman, maka sejatinya visi tertinggi sebuah keluarga muslim adalah bertemu dan melihat wajah Allah (QS. Al-Qiyamah ayat 22 dan 23). Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa kelak wajah orang-orang yang melihat wajah Allah begitu berseri-seri. Mereka merasakan nikmat yang luar biasa. Rasulullah saw. juga telah mengajarkan kita doa untuk bisa melihat wajah Allah. Allaahumma innii as-aluka Iadz-dzatan-nazhari ilaa wajhika, wasy-syauqa ilaa liqa-ika fii ghairi dharraa-a mudhirratin wa laa fitnatin mudhillah, yang artinya: “Ya Allah, Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di surga), rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan.”
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kita bisa meraih visi bertemu wajah Allah di surga nanti? Jawabannya tidak lain adalah dengan ketaatan kepada Allah Swt. Visi keluarga yang kita implementasikan dari visi tertinggi tadi tidak boleh lepas dari bingkai ketaatan kepada Allah Swt.
Sebuah keluarga muslim butuh visi yang kuat untuk memastikan semua anggota keluarga terus bergerak di jalan yang benar. Dalam keluarga muslim yang merindukan bertemu wajah Allah Swt. butuh sosok sepasang suami istri yang taat dan anak-anak yang saleh. Orang tua yang taat dan saleh adalah tanah yang subur untuk proses pendidikan anak-anak yang saleh. Tidak dibenarkan hanya taat dan saleh salah satunya saja. Peringatan Allah dalam Al-Qur’an surah At-Tahrim ayat 6 sangat jelas. Allah Swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."
Ayat ini menegaskan agar seseorang tidak hanya menjaga dirinya. Namun juga menjaga keluarganya dari siksa api neraka yang dijaga oleh para malaikat yang begitu bengis dan tiada belas kasihan sedikit pun dalam menyiksa para penghuni neraka. Bagi para malaikat penunggu neraka, menyiksa penghuni neraka adalah titah Allah Swt. maka mereka mengerjakannya dengan penuh ketaatan.
Proses meng-install kepribadian Islam dalam diri anak-anak adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan. Kita akan menemui banyak kesulitan dan kepayahan, maka visilah yang menguatkan kita untuk selalu kembali kepada Allah memohon hidayah dan pertolongan-Nya. Rasa sabar yang tak terbatas diikuti kesadaran senantiasa kita pupuk agar bisa terus bertahan dan bangkit saat kita terjatuh.
Dalam perjalanan panjang itu tidak jarang kita selalu dihadapkan pada persimpangan jalan. Maka disinilah peran visi dalam menyeleksi keputusan yang kita akan ambil. Keputusan tersebut tidak tiba masa tiba akal. Tidak juga asal ikut-ikutan dengan apa yang orang lain kebanyakan lakukan, tanpa didasari alasan yang kuat. Melainkan semuanya penuh dengan perencanaan.
Ingatlah selalu saat kita memilih pendidikan terbaik untuk anak-anak, sesungguhnya kita sedang menanam benih yang kelak akan tumbuh menjadi seorang penjaga Islam. Seseorang yang di dadanya dipenuhi dengan iman dan kepalanya dipenuhi dengan tsaqafah Islam.
Wallahu a’lam bi ash-shawab. []
MasyaaAllah,, keluarga muslim memang visinya jauh, yakni bahagia di kehidupan abadi (surganya Allah Swt.)...
Semoga kita semua mampu mewujudkan visi muslia tersebut, dengan menjadikan keluarga berbasis akidah Islam.. aamiin
masyaa Allah. Allahumma aamin
Masyaallah. Menjaga diri dan keluarga dari api neraka merupakan sebuah perjuangan yang penuh onak dan duri.
Semoga dimudahkan dalam segala urusannya nggh mba@Mawar.
Masyaa Allah. Barakallahu fiikum mb atien. Doa yg sama u/mbak
Masyaallah, benar mbak. Pendidikan anak-anak bervisi Islam ideologis memang harus dipikirkan orang tua jauh-jauh hari. Semoga impian mbak dan keluarga terkabul ya.
Barakallahu fiikum mb sartinah. doa yg sama u/mba dan keluarga. smg dari keluarga yg ideologis terlahir lah pejuang-pejuang ideologis. kebayang kita memiliki anak-anak yg di dadanya terisi ruh islam
Menjalankan visi keluarga, memilih pendidikan untuk buah hati memang butuh upaya dan pengorbanan. Semoga Ananda bisa mewujudkan visi bersama. Barokallah....
barakallahu fiikum mbak raras. smg Allah senantiasa memberikan hidayahNya dalam usaha kita mendidik anak-anak yg sholeh(ah)
MasyaAllah tabarakallah keren mb Mawar, mungkin anak kita satu pesantren ya di Bogor..
masyaa Allah barakallahu fiikum mb. di bogor ada banyak pesantren tetapi yang punya visa ulama kredibel sepertinya hanya itu ya mb. salam kenal mba