"Melatih kemandirian pada anak sejak dini, berarti menanam investasi untuk masa depan mereka. Sebab dengan kemandirian, anak-anak akan tumbuh menjadi individu-individu dengan karakter yang baik yang tentunya berguna dalam membangun interaksinya di masyarakat."
Oleh. Dwi Indah Lestari
NarasiPost.com-“Apa yang ditanam, itu yang dituai”. Pola didik yang kita terapkan pada anak-anak, adalah investasi untuk masa depan mereka, salah satunya adalah dengan membangun kemandirian. Bekal kemandirian akan akan sangat berguna untuk mereka dalam menghadapi kehidupannya kelak.
Fitrah Kemandirian pada Manusia
Pada dasarnya, fitrah manusia untuk mandiri sudah ada sejak ia lahir. Bahkan bayi-bayi yang baru lahir telah dibekali kemampuan untuk belajar. Pada saat bayi mulai menyusu pada ibunya, bayi sebenarnya sedang belajar kemandirian dalam memenuhi rasa laparnya. Bayi harus sedikit lebih “berjuang” untuk mendapatkan ASI langsung dari ibu, dibandingkan bila memperolehnya melalui botol dot.
Begitu pula kita akan dapati pada proses tumbuh kembangnya, para bayi juga sedang berlatih mandiri. Saat beranjak usia 3 atau 4 bulan, seiring dengan perkembangan ototnya, bayi mulai dapat mengangkat kepalanya. Perkembangan ini terus meningkat dengan bertambahnya usia sang bayi. Hingga kemudian kita dapati mereka mampu berguling, lalu belajar untuk duduk, merangkak hingga berjalan.
Seluruh fase yang dijalani oleh seorang anak manusia itu, menunjukkan bahwa fitrah kemandirian telah diberikan oleh Allah Swt, sehingga manusia mampu mengarungi kehidupan dunia. Maka, sebagai orang tua, kita perlu menyadari bahwa anak-anak kita perlu untuk berlatih mandiri sejak dini. Orang tua tak perlu takut memberikan tugas dan membiarkan mereka mencoba menyelesaikan rintangan-rintangan yang mungkin dihadapinya.
Itulah yang justru akan membuat anak-anak tangguh. Melatih kemandirian pada anak juga merupakan bentuk kasih sayang kita kepada mereka. Malahan, bila orang tua selalu menolong dan memanjakan mereka, inilah yang akan menghambat mereka menjadi individu mandiri.
Dampak Kemandirian pada Karakter Anak
Melatih kemandirian pada anak sejak dini, berarti menanam investasi untuk masa depan mereka. Sebab dengan kemandirian, anak-anak akan tumbuh menjadi individu-individu dengan karakter yang baik yang tentunya berguna dalam membangun interaksinya di masyarakat. Di antara karakter yang akan terbentuk tersebut adalah:
Pertama, kemandirian akan membentuk pribadi yang berani dan percaya diri. Anak-anak yang dilatih mandiri sejak dini, mereka lebih mampu dan siap menghadapi persoalan yang ditemui dalam kesehariannya. Sebab mereka sudah terbiasa berhadapan dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikannya, sehingga kepercayaan diri mereka telah terbentuk dan teruji saat berhasil menyelesaikan tugas. Anak-anak mandiri juga lebih berpotensi terhindar dari bullying.
Kedua, kemandirian juga membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin. Kepribadian semacam ini diperoleh ketika anak telah terbiasa diberikan tugas tertentu. Tentu saja tugas ini disesuaikan dengan tahapan usianya, misalnya anak-anak usia TK, mereka dilatih untuk bertanggung jawab pada mainannya, dengan membereskannya seusai bermain, mencuci sepatunya sendiri atau menyiram bunga dan lain-lain.
Anak-anak juga akan lebih disiplin dan menghargai waktu. Bila mereka tidak dibiasakan untuk mandiri, yang akan tercetak adalah individu-individu yang sulit untuk bertanggung jawab dan disiplin. Termasuk menanamkan tangung jawab anak untuk ibadahnya, seperti salat, akan jauh lebih mudah diarahkan bila kita serius melatih kemandirian mereka sejak dini.
Ketiga, anak-anak yang terbiasa mandiri, adalah anak-anak yang semangat dan berdaya juang dalam belajar. Seringkali kita mendapati, anak-anak yang malas belajar atau bahkan mogok sekolah adalah karena mereka tidak memiliki karakter kemandirian. Sebagai contoh, anak TK yang tak mau sekolah, karena di sana ia tidak mendapatkan kenyamanan dan kemudahan yang sama seperti di rumah. Ia yang terbiasa dilayani, mulai dari mandi hingga makan oleh ibunya atau babysitter, tentu akan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang menuntutnya untuk mengerjakan semuanya sendiri. Karena itulah, kemandirian menjadi salah satu pondasi untuk membentuk karakter semangat dan berdaya juang untuk belajar pada anak.
Keempat, kemandirian juga membentuk kestabilan emosi pada anak. Anak-anak yang mandiri akan lebih matang mengatur emosinya. Sebab ia lebih memiliki kesiapan dalam menghadapi tugas atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Ia juga mampu dengan lebih cepat beradaptasi dengan situasi, kemudian bertindak untuk menuntaskannya.
Kemandirian, Investasi Masa Depan
Saat kita melatih kemandirian pada anak, sebenarnya kita tengah menanam investasi pada masa depan mereka. Dan investasi ini bukan hanya untuk masa depan mereka di dunia, namun juga kelak di akhirat. Sebab mereka menjelma menjadi anak yang saleh, yang akan mengalirkan pahala untuk kita bahkan saat raga telah berkalang tanah.
"Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak saleh yang berdoa baginya." (HR. Imam Muslim)
Untuk itu, sebagai orang tua, kita harus memahami peran penting untuk menanamkan kemandirian kepada buah hati. Kita harus menyiapkan mereka agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri dalam kesehariannya, seperti memberikan tugas menyapu rumah, mencuci piringnya sendiri, makan sendiri, melipat baju, dan lain-lain.
Kita juga harus 'tega' untuk membiarkan anak-anak berpikir bagaimana menyelesaikan tugas-tugasnya. Mungkin mereka akan menghadapi rintangan, hambatan atau hal-hal yang membuat mereka kecewa. Namun, itu semua adalah bagian dari pembangunan karakter mandiri pada anak. Kita juga tidak boleh terburu-buru mengulurkan bantuan saat anak menemui kendala. Yang perlu kita lakukan adalah mendampinginya, memberikan pendapat saat mereka membutuhkan, menanamkan dasar-dasar pemikiran yang baik, terutama keimanan yang kokoh dalam diri anak, serta memberikan dukungan terbaik untuk mereka.
Keinginan instan yang hanya berorientasi pada hasil justru akan memotong sayap anak-anak untuk berkembang. Mereka bisa terlena dengan kemudahan-kemudahan berdalih kasih sayang yang tersaji di depannya. Hal inilah yang malah akan menghancurkan masa depan anak-anak kita. Orang tua yang takut anaknya terjatuh saat berlatih sepeda, akan membuat anak-anak itu tak dapat merasakan sensasi keseruan bersepeda selamanya. Kupu-kupu butuh berjuang merobek kepompongnya sendiri agar bisa merentangkan sayapnya dan terbang. Justru saat kita membantu membukanya, kupu-kupu itu akan mati sebab ia tak memiliki daya juang yang dibutuhkan untuk bisa terbang mengarungi dunia. Wallahu’alam bisshowab.[]
Photo : Koleksi Pribadi