Istirahatlah Sebentar, Bu

Kala kebanyakan manusia masih terpejam terbuai mimpi, engkau telah beranjak dari tidurmu. Memulai hari dengan menyucikan diri menghadap sang Ilahi. Melantunkan doa panjang untuk seluruh keluarga, kerabat, teman, saudara seiman dan para guru serta pengemban dakwah di jalan-Nya.

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Assalamu’alaikum, Bu? Apa kabarmu hari ini? Apakah engkau tengah sibuk di dapur dengan peralatan tempurmu? Ataukah sedang mencuri-curi waktu untuk menulis sambil menemani buah hati? Atau mungkin kau tengah memacu motor matic mengantarkan putra-putrimu yang kini mulai PTM di sekolah? Atau barangkali kau sedang asyik mencatat apa yang disampaikan pak ustaz dalam kajian online?

Ataukah engkau tengah berbaring di ranjang karena sakit memaksamu meninggalkan semua tugas sementara waktu? Ataukah mungkin kau sedang menangis tersedu dalam sujud panjang di hadapan Rabb-mu?

Salam takzimku padamu, Ibu. Semoga Allah memberikan kesehatan yang paripurna selalu untukmu. Semoga kebahagiaan senantiasa mewarnai hari-harimu.

Ibu, engkau sungguh luar biasa. Dalam sehari, entah berapa banyak pekerjaan yang kau lakukan. Lebih dari 20 jam waktumu bergerak ke sana ke mari mengerjakan ini dan itu. Terkadang kantuk menyerang di tengah aktivitasmu. Bukan karena kau malas, terlalu banyak makan atau menganggur, melainkan waktu tidur yang amat kurang tak mampu mencegah lelah pada tubuh.

Kala kebanyakan manusia masih terpejam terbuai mimpi, engkau telah beranjak dari tidurmu. Memulai hari dengan menyucikan diri menghadap sang Ilahi. Melantunkan doa panjang untuk seluruh keluarga, kerabat, teman, saudara seiman dan para guru serta pengemban dakwah di jalan-Nya. Di sepertiga malam yang hening, engkau curahkan segalanya. Menyerap sebanyak mungkin energi dari air mata penghambaan yang membasahi sajadahmu.

Ufuk timur menggurat cahaya pada langit yang semalaman mendekap gelap. Tenang, engkau lantunkan syair pujian pada Sang Pencipta. Menyiapkan raga demi merajut asa.

Irama kehidupan mulai berdetak. Fajar masihlah dini dan engkau telah berkutat pada aktivitas domestik sedari tadi. Serangkaian pekerjaan tak berupah yang engkau kerjakan seumur hidup. Usah mengeluh karena berpeluh. Ini adalah pengabdian yang bermuara pada rida-Nya. Berkahlah yang engkau damba selalu.

Setiap pagi, setiap hari, setiap saat. Bosan, tak mungkin dihindari. Namun, engkau selalu punya cara untuk menyegarkan diri. Membuatnya seolah-olah menarik setiap kali.

Membersamai anak-anak menapaki fase tumbuh kembangnya. Sering kali engkau sendirian menghadapi tangisan, rengekan, kerewelan, dan segala macam keributan serta kehebohan tingkah mereka. Yang menguras tenaga, pikiran dan emosimu hingga perlahan menghapus sinar keremajaanmu.

Sore menghampiri. Menanti sang imam keluarga kembali, engkau sempatkan menghias diri. Sekadar untuk terlihat rapi, tak harus wangi. Setidaknya agar aroma asam keringat bercampur asap dapur tak tercium olehnya kala ia mengecup keningmu, melepas rindu setelah setengah hari terpisah. Dengan senyum engkau siapkan untuknya keperluan membersihkan diri. Hidangan sederhana tersaji dalam cawan cinta menghangatkan jiwa yang sempat terkoyak kerasnya dunia.

Di tengah padatnya jadwal keseharianmu, masih bisa kau berikan waktu untuk berdakwah dan menuntut ilmu. Meski bertambah lelah, namun engkau sadar itu juga menjadi kewajibanmu sebagai hamba-Nya. Banyak hal yang harus engkau atur agar semua tugas bisa terlaksana. Bukan ala kadarnya, melainkan semaksimal mungkin yang engkau mampu.

Kala malam hanyut dalam kelengangan, engkau masih enggan beranjak dari kesibukan. Saat anak-anak dan suamimu kembali berselimutkan hangat, itulah saatmu menyelesaikan tugas yang tertunda. Hingga penat dan kantuk kian tak tertahankan, sementara tugas masih belum juga tuntas, kau tak bisa mengelak. Berdoa dalam lirihnya tenaga agar tidur malam ini diberkahi-Nya.

Tidurlah, Ibu… Semoga Allah memberkahi aktivitas yang engkau lakukan hingga detik ini. Istirahatlah sebentar agar lelahmu hilang. Esok hari telah menanti. Dunia masih menanti cita dan cintamu agar tak gelap dirundung nestapa durjana.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Hubungan Kekhilafahan Abbasiyah dengan Kesultanan Samudra Pasai
Next
Orkestra Literasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram