Toxic Parents, Penyakit Tak Disadari Orang Tua

"Toxic parents, tak hanya menjangkiti mereka yang kurang ilmu agama, namun mirisnya banyak yang dikenal sebagai tokoh agama dan aktivis dakwah pun terkena penyakit ini. Sebagai bahan evaluasi dan perenungan bagi para orang tua, maka kita harus bisa mengenali ciri-ciri toxic parents"

Oleh: Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Toxic parents adalah istilah yang biasa disematkan bagi para orang tua yang memperlakukan anak mereka dengan tidak baik. Sehingga, kondisi fisik dan psikologis anak sering terganggu disebabkan orang tua yang toxic, yaitu perilaku kasar yang dapat meracuni mental anak.

Toxic parents biasanya terjadi karena keinginan yang berlebihan atas anak. Perilaku ini sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak, bahkan dapat merusak dan mencelakakan anak. Demi memuaskan kebutuhan dan keinginan orang tua, mereka kadang mampu melakukan kekerasan seksual, kekerasan fisik dan verbal, termasuk pengabaian anak. Bahkan, menurut pakar parenting nasional, Bunda Elly Risman ada dua belas perilaku toxic parents orang tua kepada anak yang lumrah dilakukan padahal itu berbahaya, yaitu menyalahkan, meremehkan, memerintah, membandingkan, mengancam, melabeli, membohongi, menasihati, menghibur, menyindir, mengkritik, dan menganalisa anak.

Saat melihat anak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua, terkadang orang tua akan mudah emosi dan meluapkannya dengan kemarahan. Padahal, ketika emosi anak tidak baik, maka anak pun tidak akan mendengar nasihat. Anak akan mudah lupa dengan nasihat orang tua jika emosinya buruk. Untuk itulah orang tua dianjurkan untuk tidak menasihati ketika anak sedang marah. Sebaliknya, ketika anak dalam keadaan bahagia, maka kerja memori otak akan bekerja lebih lama. Anak akan mudah mencerna setiap nasihat dengan baik jika emosionalnya dalam keadaan baik, tidak tertekan dan santai.

Pendidikan orang tua yang diperolehnya dari kecil, seperti sering dimarahi dan dilecehkan oleh orang tuanya dahulu, akan menyebabkan orang tua menerapkan perilaku toxic parents ini terhadap anaknya. Inilah efek domino yang dihasilkan dari trauma masa kecil orang tua tersebut. Maka, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku toxic ini berakhir:

Pertama, menenangkan diri dan memaafkan orang tua. Dengan berpikir positif bahwa mereka melakukan itu karena ketidaktahuannya dalam mendidik anak, memaafkan masa lalu, senantiasa bersyukur, bahwa tak semua masa kecil kita berisikan memori kesedihan dan hal buruk. Kedua, coba pahami perasaan anak. Orang tua harus selalu mengingat bahwa anak bukanlah manusia dewasa berukuran mini. Sebagaimana fisiknya yang sedang berkembang, maka otak dan organ tubuhnya pun sedang berkembang. Daya nalarnya pun sedang berkembang dan harus melalui tahapan-tahapan agar dapat mencapai kesempurnaan akal. Maka, orang tua tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap anak sesuai keinginan orang tua tanpa memikirkan emosi dan mental anak. Ketiga, muhasabah dan bertekad lupakan kenangan buruk masa lalu, bertekad untuk meninggalkan kenangan pengasuhan yang tidak menyenangkan kepada anak. Didiklah anak dengan pola pengasuhan zamannya.

Imam Ahmad Al-Syahrastani dalam kitabnya yaitu Al-Milal wa Al-Nihal (juz 2: 82) yang menjelaskan asal-usul pemikiran-pemikiran, sekaligus menjadi ensiklopedia pemikiran, mengutip perkataan Socrates, seorang filsuf Yunani: "Janganlah kalian paksakan anak-anak kalian mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan pada zaman mereka, bukan pada zamanmu"
Karena kehidupan akan selalu berubah, perkembangan zaman selalu berganti, tentu zaman orang tua dulu berbeda dengan zaman anak sekarang, ini akan memengaruhi pola sikap dan pola pikir anak. Maka, pengasuhan pun haruslah berbeda. Inilah yang harus dipahami orang tua.

Namun, yang paling berbahaya adalah ketika orang tua tidak menyadari dan tidak mau mengakui kesalahannya pada anak. Mereka tidak berpikir panjang dan bahkan tidak peduli jika kelak anaknya melakukan hal sama kepada karena buah dar yang dilakukan orang tua saat ini. Maka, ini tentunya akan menghambat terciptanya lingkungan yang sehat untuk tumbuh kembang anak, baik untuk kesehatan fisik maupun psikisnya.

Toxic parents, tak hanya menjangkiti mereka yang kurang ilmu agama, namun mirisnya banyak yang dikenal sebagai tokoh agama dan aktivis dakwah pun terkena penyakit ini. Sebagai bahan evaluasi dan perenungan bagi para orang tua, maka kita harus bisa mengenali ciri-ciri toxic parents, di antaranya adalah:

  1. Orang tua mempunyai ekspektasi yang berlebihan terhadap masa depan anaknya kelak. Hal ini mengakibatkan orang tua akan mudah kalap jika melihat perilaku anak yang sekiranya dapat merusak rancangan-rancangan masa depan yang sudah ditentukannya. Baik cita-cita duniawi ataupun cita-cita yang Islami, seperti memaksakan anak menghafal Al-Quran atau hadis di luar kemampuan anak, hanya karena melihat anak orang lain berhasil.
  2. Sering membentak dan berkata kasar kepada anak kala sedang marah. Padahal, perilaku ini tidak akan membuat anak memahami kesalahan dan menurut. Mereka malah akan trauma dan kadang semakin susah diatur.
  3. Sering melakukan penyiksaan fisik maupun verbal terhadap anak. Memerintah dengan kasar, mengontrol, membully, memukul, mencubit, adalah beberapa contoh perilaku ini. Padahal, ini akan terus membekas pada memori anak yang akan memengaruhi pola pikir dan sikapnya seumur hidup.

Walaupun pola pengasuhan ceria dan mengusahakan suasana riang dan menyenangkan terhadap anak, namun orang tua tidak mesti harus menuruti semua kemauan anak. Sebagai seorang muslim, orang tua harus tetap menjadikan akidah Islam sebagai acuan dalam mendidik dan membina keluarganya. Aturan Allah berupa hukum yang lima, yaitu halal, haram, sunah, makruh, mubah, haruslah tetap menjadi landasan kehidupan.

Jangan sampai hanya karena tidak ingin menjadi toxic parents, malah membuat orang tua lupa akan aturan Allah dalam pendidikan anak dengan memanjakannya, menuruti segala keinginannya, walaupun mungkin menyalahi syariat Islam, dan menjadi orang tua dayyuts yaitu orang tua yang abai dan terkesan membiarkan anaknya berbuat kemaksiatan. Contohnya adalah:

  1. Terlalu memanjakan, membiarkan dan tidak memerintahkan anaknya untuk salat, terlebih saat salat subuh, orang tua merasa sayang dan enggan membangunkan anak, hingga akhirnya sampai dewasa mereka abai dengan kewajiban salat.
  2. Menuruti semua kemauan dan cita-cita anak, walaupun itu tidak sesuai dengan pola hidup seorang muslim. Seperti menjadi penari, penyanyi, model, hingga memasukkan mereka ke sanggar-sanggar tari dan kontes-kontes. Terkadang totalitas mereka membuat tak ada waktu mempelajari Al-Quran. Na'udzubillah.
  3. Tidak membiasakan dan mengajarkan anak menutup aurat sejak dini. Sehingga setelah mereka dewasa, mereka enggan dan menolak untuk berhijab.
  4. Abai terhadap pergaulan anak. Membiarkan mereka bergaul bebas bahkan dengan lawan jenis. Termasuk penggunaan gadget yang kebablasan, akhirnya mereka melakukan hal-hal yang dilarang agama, seperti selfi dan pacaran.

Ciri-ciri toxic parents biasanya terjadi karena beberapa hal. Pertama, karena kurangnya ilmu dan buruknya pemahaman agama orang tua, sehingga mereka tak peduli dengan kebahagiaan dan keselamatan anaknya. Kedua, karena rasa sayang yang berlebihan, yang akhirnya membuat orang tua seakan lupa diri dalam menuruti dan mengikuti kemauan anak, meski bertentangan dengan syariat. Maka perilaku-perilaku inilah yang memasukkan mereka ke dalam golongan dayyuts yaitu orang tua yang acuh dan tak peduli apabila keluarganya berbuat maksiat. Padahal, alih-alih mendapatkan kebahagiaan, anak-anak malah akan sengsara dunia akhirat.

Dalam hadis sahih riwayat Imam Ahmad, Rasulullah Shalallahu'Alaihi Wasallam bersabda:

ثَلاَثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالْدَّيُّوثُ الَّذِى يُقِرُّ فِى أَهْلِهِ الْخُبْثَ

Tiga orang yang Allah haramkan masuk surga atas mereka yaitu: para pecandu khamar, anak durhaka, serta orang yang tidak memiliki sifat cemburu yang merestui hal keji terjadi pada keluarganya. (HR. Ahmad 2:69.)

Saatnya mengenali penyakit yang kerap menghinggapi orang tua ini, agar dapat menghindari dan menjauhinya. Didik anak kita dengan tarbiyah ala Rasulullah saw. yang penuh kasih sayang dan ilmu, kenali dan pahami emosi anak, tanamkan tauhid sejak dini, bangun jati diri mereka sebagai muslim, pahamkan mereka dengan agamanya, kenalkan dan biasakan dengan cinta dalam penerapan hukum-hukum Islam serta ajak mereka dalam berkontribusi terhadap perjuangan Islam. Sejatinya, mencetak generasi mumpuni tidak harus dengan toxic parents. Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Pandemi Aktif, Konten Negatif Semakin Masif
Next
Selesaikan Misi!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram