“Seiring kita bersyukur, maka rantai keberlimpahan nikmat tidak akan putus. Sebab syukur adalah pengikat nikmat agar tidak lari.”
(Ibnu Qayyun )
Oleh: Novida Sari, S.Kom
(Ketua Majelis Taklim Islam Kaffah Mandailing Natal)
NarasiPost.Com-Apa kabarmu, para ibu hari ini? Apakah visi misi parenting yang dulu dikhayalkan masih berada di jalur tujuan? Ataukah mungkin mulai luntur seiring dengan kesibukan harian yang tak pernah habis?
Tidak dapat dimungkiri memang, betapa sulitnya menjaga tujuan untuk memiliki anak yang saleh, sukses dunia akhirat tetap on the track. Pasalnya, kesibukan harian di dapur, sumur, dan kasur begitu menyita waktu, tenaga dan pikiran. Belum lagi bagi emak berdaster yang memiliki anak rapat, masih belum mandiri, dan bisa jadi punya bayi lagi karena suami lebih sering di rumah sebagai efek dari pandemi.
Ya, pandemi telah mengubah tatanan kerempongan ibu-ibu di rumah. Anak yang tadinya sekolah luring, sekarang malah daring. Yang tadinya bisa bertempur dengan pekerjaan rumah dengan leluasa setelah anak berangkat sekolah, malah tambah profesi sebagai guru dadakan. Mana sekolah tidak pernah tatap muka, belajar hanya via aplikasi yang menggunakan pulsa, emak pun harus menjadi guru yang serba bisa. Akhirnya kerempongan emak semakin luar biasa, apalagi jika tidak bisa menghadirkan guru dengan mengeluarkan uang jasa. Hal ini tentu semakin menambah lunturnya kewarasan dalam menghadapi realita kehidupan di depan mata.
Keep Sabar, Syukur dan Positif Thinking
Memang dibutuhkan kesabaran dalam menghadapi kenyataan-kenyataan ini, meski tidak dalam masa pandemi sekalipun. Tidak perlu berandai-andai pada selain keadaan yang telah Allah Swt. pilihkan, karena sungguh Allah itu maha baik. Kerempongan yang tengah dirasakan ini bisa jadi merupakan kondisi terbaik untuk ibu-ibu saat ini. Apalagi jika kondisi ini dijalankan dengan hati lapang dan cara yang baik, tentu akan baik di sisi Allah Swt.
Ternyata ada peluang untuk mendapatkan investasi pahala yang luar biasa, seperti yang pernah diriwayatkan oleh Ats Tsa’alabi dari ummul mukminin Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, bahwa tidak ada yang pantas bagi seorang istri yang membenahi kondisi rumah kecuali Allah Swt. akan mencatat aktivitas itu sebagai kebajikan yang akan menghapus dosanya lalu meninggikan derajatnya.
Bahkan hadits dari Abu Hurairah ra, yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam sahihnya bahwa Rasulullah saw. mengatakan bahwa seorang perempuan dapat masuk surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya tatkala melakukan salat lima waktunya, melaksanakan saum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.
Masyaallah, kondisi ini ternyata membuat ibu rempong menang banyak. Oleh karenanya, jaga kesabaran hingga kata bosan, jenuh, dan letih tidak membuat ibu kehilangan kewarasan.
Kemudian, bersyukur akan nikmat rempong yang sedang dicicipi. Syukur itu dapat membuat hati menjadi lapang. Bahkan, syukur dapat mengikat nikmat, sebagaimana perkataan Ibnu Qayyum, “Seiring kita bersyukur, maka rantai keberlimpahan nikmat tidak akan putus. Sebab syukur adalah pengikat nikmat agar tidak lari.”
Ketahuilah, tidak semua orang memiliki kesempatan seperti yang kita rasakan. Ada banyak pasangan yang telah menikah di luar sana, yang melihat dengan iri atas aktivitas kita pada saat ini. Mereka ingin memiliki anak, tetapi belum juga dikaruniai oleh Allah Swt. Atau malah ada yang belum memiliki pasangan hidup, padahal usia telah matang. Oleh karenanya, syukur harus senantiasa dipupuk dalam diri.
Aplikasi syukur dapat ditumbuhbiakkan tatkala kita menyentuh, mencium, memeluk dan membersamai mereka. Sesekali, tataplah wajah anak-anak yang lahir dari rahimmu itu ketika tidur sambil memuhasabahi kegiatan pengasuhan di sepanjang hari. Dan ketika pagi menyapa, bersyukurlah masih diberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas parenting tetap on the track, seraya memperbaiki kesalahan yang terjadi kemarin.
Lalu, tetap berprasangka baik atas ketentuan Allah Swt., karena sungguh prasangka baik atas semua yang diberikan oleh Allah Swt. merupakan jaminan kebahagiaan. Dengan demikian, kalau ibu bahagia, otomatis kewarasan tetap terjaga. Apalagi jika ibu menginginkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam menjalani kehidupan, pasti tidak akan ada yang sempurna. Karena yang menjalani rutinitas pengasuhan ini masih berupa makhluk yang bernama manusia, otomatis tidak luput dari kesalahan. Akan tetapi, kehidupan rumah tangga bukan hanya dijalankan oleh ibu saja. Ada ayah yang menjadi partner kehidupan. Komunikasikan saja dengan beliau.
Terus, kalau si bapak asyik WFH (Work From Home), gimana? Kembali lagi ke rumus di atas. Keep Sabar, Syukur dan Positif Thinking. Bukankah ibu itu gelarnya ummu wa rabbatul bait (ibu dan pengatur keluarga)? Wallahu a’lam.[]