Bahagianya Menjadi Seorang Ibu

"Menjadi seorang ibu yang mendidik dan memiliki anak adalah anugerah yang luar biasa dari Sang Pencipta. Sesungguhnya lelahnya menjadi ibu akan dibalas pahala oleh Allah Swt. dan surga. Surga itu sebaik-baik tempat kembali. Nikmatnya berkali-kali lipat dengan nikmat dunia"

Oleh: Ismawati
(Penulis dan Aktivis Dakwah)

NarasiPost.Com-Ibu adalah status khusus yang disematkan kepada perempuan yang memiliki anak. Menjadi seorang ibu adalah impian beberapa wanita. Sebab, seorang wanita diberi karunia oleh Sang Pencipta memiliki rahim sebagai jalan baginya untuk melestarikan keturunan. Lebih dari itu, sejatinya semua manusia diberi oleh Yang Maha Pengatur hidup, tiga naluri. Salah satu di antaranya adalah naluri nau’, yakni naluri melestarikan keturunan melalui ikatan suci pernikahan. Setiap pernikahan tentu mendamba hadirnya buah hati sebagai pelengkap kebahagiaan.

Namun, belakangan ini muncul fenomena childfree yang marak dilakukan oleh para artis dan selebritis. Apa itu chilfree? Childfree adalah kondisi di mana seseorang memutuskan untuk tidak memiliki anak, atau tempat dan situasi tanpa anak. Sebenarnya pilihan seseorang untuk childfree adalah bentuk kebebasan seseorang dalam menentukan pendapat dan jalan hidupnya. Apalagi saat ini negara menganut sistem demokrasi liberal yang memberikan hak dan kebebasan termasuk kebebasan berpendapat dan bertingkah laku.

Sebenarnya ada banyak alasan seseorang memilih untuk childfree, seperti dilansir dari klikdokter.com (17/8) menurut seorang Psikolog, Ikhsan Bella Persada, M.Psi. menjelaskan setidaknya ada beberapa alasan yang mungkin membuat seseorang tidak punya anak, diantaranya. Pertama, masalah finansial. Sebab, memiliki anak pasti akan memerlukan banyak biaya. Kedua, hanya ingin hidup berdua dengan pasangan. Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa pasangan yang tidak memiliki anak pernikahannya akan bahagia.

Ketiga, adanya masalah kesehatan. Keempat, wanita tidak ingin bentuk tubuhnya berubah setelah melahirkan dan memiliki anak. Sebab, seorang wanita akan melalui fase kehamilan, persalinan dan menyusui yang dapat mengubah bentuk tubuh wanita. Tak bisa dimungkiri, mempertahankan bentuk tubuh ideal pasca melahirkan tidaklah mudah. Keempat merasa tidak dapat menjadi orang tua yang baik. Ada beberapa wanita dan pria yang beranggapan tidak dapat menjadi orang tua yang baik untuk anak mereka nanti. Terakhir ingin lebih fokus pada karir.

Standar Bahagia Sekularisme

Terlepas dari itu, sejatinya apabila kita bisa melihat tujuan pernikahan lebih jauh bahwa pernikahan bukan hanya mengikat tali kasih namun ladang pahala bagi kaum muslim. Jika standar bahagia itu diukur dari manusia tentu jawabannya akan berbeda-beda tergantung cara pandang manusia itu sendiri. Sebagai seorang muslim, tentu mengembalikan standar bahagia itu kepada Allah Swt. Sebab, Dia-lah yang maha mengetahui hidup manusia. Hukum yang diturunkan oleh Allah Swt. akan senantiasa membawa keberkahan bagi manusia dalam menjalani kehidupan.

Bahagianya pernikahan misalnya, Allah memberikan nikmat yang tak terkira jumlahnya. Lelahnya mengurus rumah, sakitnya melahirkan, mengasuh dan mendidik anak serta sulitnya membiayai kehidupan anak adalah amal salih. Sebab, anak adalah investasi akhirat. Sayangnya, karena sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) membuat manusia jauh dari nilai agama. Setiap kesulitan yang dihadapi untuk memiliki anak ada pahala besar menanti orang tua untuk tabungan akhirat kelak.

Selain itu, sekularisme inilah yang senantiasa membuat manusia hanya mempertimbangkan segala sesuatunya dari sisi manfaat saja bukan berstandar agama (halal dan haram). Maka, sebagai seorang muslim tentu kita tidak boleh melihat punya anak atau tidak hanya dari pandang mata kita. Ada manfaat atau tidak? Menyulitkan hidup kita atau tidak? Lebih dari itu karena benar saja tujuan pernikahan di dalam Islam adalah melestarikan keturunan. Imam Taqiyuddin An-Nabhani merumuskan dalam kitab An-Nizham Al-Ijtima’I fi Islam bahwa : “Prinsip dasar adanya pernikahan adalah untuk mendapatkan anak atau keturunan.

Bahagia Menjadi Ibu

Maka, menjadi seorang ibu yang mendidik dan memiliki anak adalah anugerah yang luar biasa dari Sang Pencipta. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Asy-Syura ayat 49-50 yang artinya: “Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada yang siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.”

Anak adalah amanah yang harus dijaga, meskipun lelah, bahkan sampai bertaruh nyawa. Melihat senyum tulus bayi di pagi hari adalah kebahagiaan tersendiri bagi seorang ibu. Melalui tahap demi tahap tumbuh kembangnya, ada pelajaran berharga yang akan kita dapat, meski harus dilakui dengan suka, duka, dan lelah. Sesungguhnya lelahmu menjadi ibu akan dibalas pahala oleh Allah Swt. dan surga. Surga itu sebaik-baik tempat kembali. Nikmatnya berkali-kali lipat dengan nikmat dunia. Sebagai orang yang beriman tentu orientasi utama adalah berkah dan pahala dari Allah Swt.

Lebih dari itu, kebahagiaan seorang ibu adalah ketika memiliki anak saleh yang akan menjamin terkabulnya doa untuk kedua orang tua. Doa anak yang saleh itulah yang akan menjadi penyelamat kita di akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam hadist riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah ra.:

“Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amal, kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang saleh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim).

Lantas, jika kita memilih untuk childfree, siapa yang akan mendoakan kita nanti dan menemani sisa usia kita jika sudah menua nanti?

Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Ismawati Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Dunia Terbukti Gagal Tangani Covid-19
Next
Antara Taliban dan Afganistan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram