Anak yang mandiri akan luwes dan luas wawasannya. Dia akan pandai beretorika meski tak banyak bicara. Dia bisa menempatkan dirinya dengan segala situasi dan kondisi dengan tepat dan cepat.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam kehidupan sehari-hari, potret anak yang mandiri adalah anak yang sudah bisa makan, minum, mandi, berpakaian, dan buang air sendiri. Sementara anak yang tidak mandiri adalah anak yang serba dilayani oleh orang tua atau walinya.
Islam memandang bahwa anak yang mandiri adalah anak yang mampu memenuhi kebutuhan fisik (hajatul udwiyah) dan kebutuhan nalurinya (gharaiz). Dia memenuhi semua kebutuhannya sendiri dengan penuh tanggung jawab tanpa bantuan orang tua ataupun orang lain. Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam buku berjudul Hakikat Berpikir tentang Hidup menjelaskan bahwa bertanggung jawab adalah meletakkan segala tanggung jawab dalam kaitannya dengan orang lain sebagai bagian yang tak terpisahkan darinya, yakni sama-sama memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
Anak yang sudah mandiri, tentu lebih tenang dalam memenuhi kebutuhannya. Dia tidak akan berteriak minta diambilkan makan, pakaian, ini, itu, dan lainnya. Dia juga tidak akan rewel. Anak yang mandiri akan melayani dirinya sendiri. Bahkan, anak yang mandiri akan memiliki empati terhadap orang terdekat dan lingkungan sekitar.https://narasipost.com/family/10/2021/membangun-kemandirian-sejak-dini-menanam-investasi-masa-depan-buah-hati/
Anak yang mandiri akan mudah memahami keadaan sekitarnya. Misal saat makan, jika ada anggota keluarga yang belum makan maka dia tidak akan mengambil dan menghabiskan semua makanannya. Saat melihat ibu atau ayahnya beraktivitas, mengisi kajian dan melakukan pekerjaan lainnya, dia akan bermain dan beraktivitas sendiri atau bersama temannya, tanpa mengganggu ayah dan ibunya.
Perkembangan Anak yang Mandiri
Perkembangan anak yang memiliki kemandirian normal, dia akan memiliki kecenderungan energi positif di masa depan. Dalam menapaki tiap fase kehidupan, anak yang mandiri relatif lebih tenang dan percaya diri. Dia akan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi dengan solusi yang solutif.
Anak yang tumbuh dengan bimbingan dan dukungan kemandirian yang tepat, dia akan bisa memetakan tiap rencana dan tindakannya, meski itu aktivitas sederhana. Dia cenderung menggunakan akalnya dengan baik untuk menyelesaikan tiap kesulitan yang dihadapi daripada mendahulukan meminta bantuan ayah, ibu, guru, atau orang terdekatnya. Dalam kesehariannya, dia juga akan "meniteni" tiap segala sesuatu beserta risikonya.
Kemandirian anak yang dirangsang, didukung, dan diarahkan dengan benar, akan membuat tumbuh kembang akal diliputi kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional. Anak yang mandiri akan luwes dan luas wawasannya. Dia akan pandai beretorika meski tak banyak bicara. Dia bisa menempatkan dirinya dengan segala situasi dan kondisi dengan tepat dan cepat.
Sementara anak yang tidak memiliki kemandirian akan cenderung pasif, krisis percaya diri, bergantung pada orang lain, dan tak mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya. Anak yang tidak mandiri akan menabung energi negatif tersebut hingga mengerdilkan potensi akal yang dikaruniakan Allah untuknya. Walhasil, dia tidak akan siap menghadapi segala tantangan dan kesulitan dalam hidup ini.
Menyiapkan Anak yang Mandiri
Kemandirian anak tentu perlu dirangsang, dilatih, dan dipersiapkan dengan baik oleh orang tuanya. Hal itu memerlukan proses persiapan yang baik dari pihak orang tua. Berikut beberapa langkah untuk menyiapkan dan melatih anak mandiri:
1. Orang tua wajib memberikan pemahaman kepada anak sesuai dengan tingkat kemampuan potensi akalnya. Pemberian pemahaman tentang kemandirian harus berlandaskan akidah Islam. Tujuannya adalah agar anak menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan sendiri dengan bertanggung jawab sesuai perintah Allah Swt. Proses memahamkan anak ini perlu diulang-ulang dan dilakukan dengan penuh kesabaran.
2. Orang tua haruslah bijaksana, jangan terlalu over atau berlebihan dalam melakukan sesuatu. Pun terhadap anak, jangan sampai orang tua terlalu melarang anak ini itu karena kekhawatiran yang tak bernas. Misal, orang tua melarang anak mandi sendiri karena takut tidak bersih, takut tidak suci, dll. Maka dari itu, orang tua harus bijaksana. Orang tua bisa menyampaikan cara mandi pada anak secara berulang sampai anak benar-benar paham mandi yang bersih dan suci.https://narasipost.com/book/menyiapkan-anak-tangguh/
Dalam melatih anak mandiri, orang tua tidak boleh berlebihan menyuruh anak melakukan sesuatu ataupun membiarkannya bebas. Selama aktivitas yang dilakukan anak itu tidak berbahaya bagi dirinya dan orang lain, tidak pula bertentangan dengan syariat Islam, hendaklah orang tua membiarkan anak mengerjakannya sendiri. Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Kamu semua disuruh belaku manis dan bijaksana, bukan berlaku kasar dan mengundang kesulitan." (HR. Bukhari)
3. Memberikan kasih sayang secara tepat dan tidak berlebihan, baik dalam pujian, hadiah, ataupun perilaku. Abu Musa r.a. menyampaikan bahwa Rasulullah saw. pernah mendengar seorang lelaki yang memuji orang lain dengan berlebihan. Lalu beliau saw. bersabda, "Kamu telah mencelakakan orang itu!" (HR. Bukhari)
Kasih sayang yang kurang cenderung akan membuat anak suka mencari perhatian dengan sifat negatif seperti bandel, kasar, dll. Sebaliknya, jika kasih sayang berlebihan, anak akan manja, tidak mandiri, mengendalikan orang tua, dll. Dengan kasih sayang yang wajar, anak akan merasakan keseimbangan hidup sehingga ia akan ringan dalam melakukan segala sesuatunya sendiri, baru jika dia benar-benar kesulitan, beberapa kali mencoba gagal, dia akan meminta bantuan ayah ibunya.
4. Mendidik anak dengan tegas. Orang tua tidak boleh plintat-plintut dalam mendidik anaknya. Orang tua, ayah dan ibu, harus bersinergi dan seirama dalam mendidik anak. Tidak ada pembelaan atau permakluman ibu saat anak melakukan kesalahan. Tak boleh pula ada pembelaan dan permakluman ayah saat anaknya melanggar ketetapan syariat. Saat orang tua sejalan dan tegas dalam melatih dan mendidik kemandirian anak, maka ia akan mudah menapaki kemandirian itu.
5. Melangitkan doa. Sebagai orang tua yang berharap anak menjadi investasi pahala, maka melangitkan doa akan senantiasa menjadi senjata merayu Allah agar anak dilembutkan hatinya dan dimudahkan untuk menjalani kemandirian. Dengan kelima langkah di atas, insyaallah anak akan siap mandiri hingga ia juga mendidik anak-anaknya. Kemandirian anak ini harus dilatih, dimotivasi, dan disuasanakan sejak dini agar anak mandiri lebih mumpuni. Wallahu a'lam
Kemandirian anak itu penting sebagai bekal dia mengarungi kehidupan. Orang tua perlu membiasakan anak melakukan pekerjaan rumah sesuai dengan porsinya sehingga anak terbiasa.
Keren cikgu tulisannya ❤️
Semoga anak-anak kita bisa mandiri, sehingga terbiasa kita tinggal apalagi saat kita 'pulang'.
Barakallah ❤️
Ilmu yang bagus untuk kemandirian anak.
Mandiri mulai dari hal yang kecil dan mulai saat ini
Masyaallah, jadi pelajaran nih untuk semua ibu agar mampu menyiapkan anak menjadi mandiri. Meski di zaman in makin berat ya tantangannya. Barakalkah mbak Afiyah ...
Masyaalah keren nih apabila seluruh orang tua memahami pentingnya peran orty untuk menyiapkan anak menjadi anak yang mandiri berdasarkan akidah Islam
Thanks Bunda Afiyah Rasyad.
Apa yang nama FB-nya
Bener Mba.. mirinya zaman sekarang banyak orang dewasa yang tidak bisa mandiri karena terlalu dimanja..
Betul, mba. Banyak orang yang memahami mandiri sebatas pemenuhan hajatul 'udwiyah. Padahal di usia baligh ia dituntut memiliki self directed untuk memenuhi fitrahnya dengan benar. Tulisan bagus..
Naskah terpotong kenapa ?
Masyaallah, barakallahu fik. Ilmu dan wawasan berharga unt para emak.