“Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhari Muslim)"
Oleh. Irsad Syamsul Ainun
(Penulis Media Suara Muslimah Cenderawasih dan Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pernah mendengar ungkapan ini?
"Hancurnya seorang putri, sama dengan hancurnya mahkota seorang raja." (Madani)
Sahabatku! Muslimah di mana pun berada, keberadaan seorang anak begitu didambakan, oleh mereka yang telah memutuskan menjalin pernikahan. Adakalanya menantikan dua garis yang sempurna cukup menantang adrenalin. Meski di luaran juga ada yang sampai keringat dingin dengan berharap tidak ada garis itu yang muncul pada layar. Bukan, itu bukan alat yang salah, tapi sebagian orang ada yang menunggu dengan was-was disebabkan oleh kelalaiannya dalam menjaga mahkota.
Kemudian dari dua garis, ada yang berubah menjadi bahagia, tangis, dan haru. Dan di sisi lain ada pula yang merasakan ketakutan.
Seiring berjalannya waktu, sosok dibalik dua garis berubah jadi rupa yang indah, mungil dan "it's beautiful". Jika ia laki-laki, maka berubahlah jadi sosok yang gagah. Dirawat dengan penuh cinta oleh ayah dan ibunya. Dibesarkan dengan penuh kasih sayang, bahkan ada yang sejak lahir diberi dengan fasilitas memadai.
Ini tentu bukan hanya fasilitas pada umumnya, ada yang sampai pada fasilitas gawai. Anak sekecil cabe kok sudah ada gawainya? Lah, iya untuk mengantisipasi agar anak tak mengganggu ibu atau ayah ketika bekerja. Biar anteng, mudah di atur, tidak rewel dan sebagainya.
Pa, Bu.. Bunda, Ayah, tolong!!! Aku masih kecil, Bu, Pa ! Jangan gadaikan masa depanku dengan benda pipih ini. Aku butuh ayah dan bunda untuk mengisi hari-hariku. Mengisi lembaran hidupku dengan berbagai warna. Bukan warna hitam pekat Bu. Bukan! Aku butuh suasana bermain bersama Ayah Bunda, agar otot motorikku terjaga dan terbentuk sebagaimana mestinya.
Andai ayah dan bunda tahu isi kepala anak kecil, kira-kira gambarannya seperti percakapan di atas. Tidak butuh gawai! Meraka butuh perhatian penuh dari pihak orang tua. Wallahi Bunda, tugasmu bukan hanya 3M (melahirkan, menyusui, dan merawat). Begitu pula ayah bukan hanya mencari nafkah.
Lebih dari itu, ada tugas mendidik. Menjadikan aku sebagai makhluk yang berwarna Islam. Bukankah jelas bahwa aku sebagai anak lahir dalam keadaan yang fitrah (Islam) seperti sabda Rasulullah:
Dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam menentukan pendidikan buah hati, orang tua perlu memastikan untuk menjaga fitrah tersebut. Agar tidak keluar dari relnya. Ia butuh lingkungan yang kondusif, capaian pendidikan pun bukan hanya orientasi nilai akademik, tetapi lebih dari itu sang anak membutuhkan capaian nilai spiritual yakni akidah dan akhlak yang baik.
Pertanyaannya siapa yang memiliki tugas untuk menjaga fitrah anak? Apakah hanya sekolah? Tidak! Tidak, ayah bunda. Tugas itu perlu diemban orang tua sejak dini juga. Ya, dengan melihat bagaimana perlakuan ayah kepada bunda, atau sebaliknya ketika ayah bunda juga dalam masa pengasuhan.
Sayang, penjagaan fitrah anak terkadang hanya dilakukan oleh satu pihak, yakni bunda. Sedangkan para ayah tak lagi terlibat dalam pengasuhan, dengan alasan mereka telah lelah seharian penuh dalam mencari nafkah. Bagaimana dengan bunda? Bunda juga pasti lelah bukan? Namun, fakta di lapangan kelelahan bunda dalam mengurus anak, suami dan rumah tangga, tak juga mengubah pola pengasuhan.
Akibatnya, saat ayah lalai dalam pengasuhan anak, maka terjadilah kerenggangan hubungan, yang berujung pada rapuhnya batin anak baik perempuan maupun laki-laki. Tak dapat dimungkiri, jiwa kepemimpinan anak laki-laki hilang, rasa tanggung jawabnya pun demikian tipis hingga ia mudah menggoyang anak perempuan tanpa rasa bersalah. Perempuan juga sama, mudah menerima perlakuan laki-laki dengan modal janji dan kata manis bak madu.
Naudzubillah!!! Sahabatku muslimah, semoga peran ayah, calon suami dan kita sebagai muslimah pemilik rahim kehidupan untuk kini dan nanti, semoga tidak tergerus oleh zaman untuk terus membekali diri dengan pemahaman Islam kaffah. Sehingga kita mampu dan memiliki tujuan mulia dengan melahirkan generasi unggul berdaya guna yang islami. Cerdas akidah, intelektual, dan terwujud dengan akhlak mulia.
Menjaga kehormatan, dan kemuliaan sebagai wanita, serta para lelaki menjadi pelindung rusuk yang bertanggung jawab.
Wallahu'alam bissawab[]
Ayah memang tak tergantikan posisinya sebagai cinta pertama anak perempuannya. Love Ayah
Tulisan yg keren