Ketika Kapitalisme Merampas Fitrah Ibu

Ketika Kapitalisme Merampas Fitrah Ibu

Kapitalismelah sumber perampasan fitrah ibu yang sebenarnya, yang melahirkan bencana demi bencana yang tak berkesudahan.

Oleh. Rizki Ika Sahana
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kegagalan sistem pendidikan kita mencetak individu berkepribadian Islam serta siap mengemban amanah mulia sebagai ibu, bukanlah isapan jempol. Viralnya video pelecehan seksual oleh ibu terhadap anak kandung di bawah umur sepekan terakhir, adalah bukti nyata yang tak terbantahkan.

Ini belum termasuk kasus-kasus lain yang melibatkan ibu sebagai pelaku kejahatan terhadap buah hatinya. Seperti ibu meracuni anak-anaknya, ibu membunuh anak kandung sendiri, ibu menggelonggong bayinya, hingga ibu memutilasi hidup-hidup bayi yang baru dilahirkannya. Semuanya nyata, bukan kisah yang diangkat dalam novel bergenre thriller atau adegan fiktif sebuah film. Subhanallah!

Di sisi lain, lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, serta loyonya sistem hukum yang berlaku, menjadi persoalan krusial yang sering kali melatarbelakangi tindak kriminal.

Berbagai kelemahan negara tersebut mengantarkan kepada kemiskinan struktural yang membuat para ibu tergoda melakukan maksiat demi sejumlah rupiah. Kelemahan tersebut juga mendorong berulangnya praktik kriminalitas yang melibatkan pelaku ibu, pedofil, hingga mafia peredaran pornografi anak, bahkan dengan modus yang semakin beragam. Sebab hukum yang ada tidaklah tegas sekaligus tak memberikan mekanisme preventif yang kuat.

Sementara itu, pendidikan keluarga yang juga berbasis sekularisme, membuat para ibu semakin kehilangan fitrah dan naluri kasih-sayang. Uang menjadi pilihan paling masuk akal saat kesejahteraan tak menjadi prioritas negara. Mereka bahkan rela melakukan tindakan asusila demi mendapatkan materi secara instan. Mereka bahkan tega menyakiti bahkan menghilangkan nyawa anak-anak mereka dengan alasan agar terbebas dari badai impitan finansial.

Sungguh, penerapan sistem kapitalisme sekuler di semua sisi kehidupan, telah nyata merampas fitrah para ibu. Ibu yang sejatinya bersifat penyayang, penuh cinta, pelindung bagi anak-anaknya, kini menjelma monster yang mengerikan. 'Rumah' paling nyaman dan aman itu kini menjadi sosok yang amoral, kejam lagi biadab. Sungguh hal yang sangat menyesakkan dada!

Islam Menjaga Fitrah Ibu

Islam memiliki sistem pendidikan yang andal dalam menyiapkan manusia (baik laki-laki maupun perempuan) berperan sesuai dengan fitrah penciptaannya. Visi pendidikan Islam, yakni melahirkan manusia berkepribadian Islam serta memiliki skill dalam kehidupan, telah mengantarkan kepada terbentuknya manusia yang memahami tujuan penciptaannya dengan terang dan gamblang. Pemahaman ini menciptakan individu-individu yang memahami perannya sebagai anak, ayah, ibu, sekaligus anggota masyarakat dengan benar. Lebih jauh, kepribadian Islam akan mendorong manusia untuk menaklukkan berbagai tantangan kehidupan. Bukan semata agar bisa bertahan, namun untuk melesat membangun bangsa yang berperadaban tinggi lagi disegani.

Dengan visi semacam itu, niscaya setiap ibu yang lahir dari rahim pendidikan Islam, akan menstandarkan perbuatannya kepada perintah dan larangan Allah. Setiap ibu menjadikan halal haram sebagai pijakan. Berbanding terbalik dengan hari ini, di mana banyak ibu berperilaku semata berlandaskan manfaat sekaligus untuk tujuan mendapatkan harta dan dunia tanpa pertimbangan syariat.

Pendidikan dalam keluarga pun dilandaskan kepada ketakwaan sehingga melahirkan manusia yang takut kepada Rabb-nya. Para ibu akan menanamkan nilai-nilai luhur berupa akhlakul karimah kepada anak-anak mereka, membiasakan beribadah dan berdakwah, serta mengisi hari-hari dengan amal saleh. Bukan sebaliknya, malah mengajak anak menyia-nyiakan waktu untuk hal unfaedah, bahkan bermaksiat lagi berbuat amoral. Naudzubillah!

Islam juga memiliki sistem ekonomi yang tak tertandingi, termasuk kemampuan untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat, individu per individu. Dengannya para ibu akan merasakan manisnya hidup sejahtera serta kemuliaan yang nyata dalam pengurusan sistem Islam. Mereka akan senantiasa fokus kepada peran keibuan yang diamanahkan Sang Pencipta, yakni menjadi pendidik generasi serta berperan aktif mengedukasi umat bersama kaum laki-laki. Mereka tidak dibebani nafkah sehingga energinya tak terkuras habis di sektor publik untuk bekerja mengais rupiah.

Dengan dikembalikannya kepemilikan SDA ke tangan umat melalui penerapan sistem ekonomi Islam, maka rakyat termasuk perempuan akan mendapatkan hak-haknya dengan paripurna. Hak dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, juga kesehatan, akan sangat mudah diakses oleh siapa pun. Berbanding seratus delapan puluh derajat dengan sistem ekonomi kapitalisme hari ini yang menyerahkan berbagai kepemilikan publik kepada perseorangan (swasta lokal maupun asing) atau kepada kelompok elite tertentu. Sehingga rakyat banyak (khalayak) terhalang untuk mendapatkan manfaat darinya.

Islam juga memiliki sistem sanksi yang efektif lagi efisien yang akan mampu menyelesaikan berbagai kasus kriminal dengan tuntas. Sistem sanksi Islam bersifat adil, tidak pandang bulu, serta menghasilkan mekanisme preventif secara alamiah sebab menimbulkan rasa jera kepada pelaku lagi mencegah orang lain untuk melakukan kejahatan yang sama. Sistem sanksi Islam juga tidak berbelit sekaligus efisien. Tak membutuhkan biaya yang besar untuk menangani berbagai kasus, kelas kakap maupun teri. Berbeda dengan hukum hari ini yang mudah dibeli lagi diskriminatif. Tumpul ke atas, namun tajam ke bawah. Serta membutuhkan biaya mahal karena kompleksitas penanganannya lagi penuh manipulasi dan korupsi.

https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/menjaga-fitrah-anak/

Demikianlah, fitrah ibu akan kembali ke pangkuan para ibu dan hanya dengan penerapan sistem Islam. Berharap kepada kapitalisme hanya akan berakhir layaknya pungguk merindukan bulan. Sebab kapitalismelah sumber perampasan fitrah ibu yang sebenarnya, yang melahirkan bencana demi bencana yang tak berkesudahan.

Allah berfirman,

اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

"Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari." (QS. Al Baqarah: 12)

Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rizki Ika Sahana Kontributor NarasiPost.Com
Previous
All Eyes on Papua, Ada Apa?
Next
Ibu Pelaku Kekerasan Seksual, Buah Sistem Gagal
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
novianti
novianti
4 months ago

Sistem kapitalisme memang jahat sekali. Bisa menjadikan seseorang jadi monster yang lebih kejam dari binatang sekali pun. Kerusakan sudah di mana-mana, mestinya segera dihentikan agar tidak ada lagi korban berikutnya.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram