Karena Anak Adalah Titipan

"Akibat terlalu besarnya perasaan cinta kepada keluarga dan anak, hingga membuat kita lupa bahwa Allah-lah yang lebih berhak atas cinta itu. Harta, pasangan, dan anak-anak kita, itu semua adalah karunia-Nya. Harus benar-benar dijaga dengan baik."

Oleh. Dila Retta
(Tim Kontributor Tetap NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Belakangan ini, berita duka terkait hilangnya anak seorang gubernur saat sedang berenang di Sungai Aare, Swiss, menjadi perhatian dan keprihatinan tersendiri bagi kita semua. Banyak dari kita yang turut merasakan pedihnya kehilangan seorang anak. Beberapa cuplikan video saat sang ayah menjadi bintang tamu dalam acara podcast pun turut menjadi sorotan. Beliau mengatakan, "Karena anak adalah titipan Tuhan, ada saat diusianya nanti dia akan menjemput takdirnya." Dan takdir selalu mengejutkan, datang tanpa memberi aba-aba sebelumnya. Menuntut kita agar siap menerima setiap kenyataan yang ada. Inilah fatamorgana dunia.

Anak Adalah Cobaan

Dalam Al-Qur’an, anak sering kali disebut sebagai cobaan. Sebagai kesenangan hidup atau perhiasan dunia yang hanya sementara/fana. Sebagaimana kehidupan kita di dunia yang tidak akan selamanya.

Penjelasan tentang kedudukan seorang anak sebagai cobaan telah dijelaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 14-15, Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.”

Menurut penjelasan tafsirnya, maksud dari ayat tersebut adalah agar kita sebagai orang tua senantiasa berhati-hati dalam mendidik keluarga. Sering kali kecintaan kepada keluarga telah membuat kita buta dan melalaikan aturan-aturan Islam. Akibat terlalu besarnya perasaan cinta kepada keluarga dan anak, hingga membuat kita lupa bahwa Allah-lah yang lebih berhak atas cinta itu. Harta, pasangan, dan anak-anak kita, itu semua adalah karunia-Nya. Harus benar-benar dijaga dengan baik.

Betapa banyak orang tua zaman sekarang, yang karena terlalu cinta kepada anak-anaknya, hingga membiarkan mereka melakukan apa pun yang disuka. Senantiasa menuruti setiap kemauannya, tidak peduli apakah hal tersebut benar atau salah.

Allah mengumpamakan anak sebagai cobaan agar setiap orang tua paham bahwa kita memiliki kewajiban untuk mengarahkan mereka agar jangan sampai melakukan kesalahan atau mengantarkan orang tua pada gerbang dosa.

Yang Sering Terlewatkan

Mungkin kita semua telah paham dan mengerti dalilnya, tentang perintah untuk menjaga keluarga dari api neraka. Allah berfirman dalam QS. At-Tahrim ayat 6:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Bagi sebagian orang atau bahkan kebanyakan dari kita, mungkin masih berpikiran jika cara terbaik menyelematkan keluarga dari api neraka adalah dengan mengantarkan anak mengenyam pendidikan terbaik di lingkungan pesantren serta memberikan fasilitas terbaik untuk kebutuhan pendidikan anak.

Ya, hal itu memang benar, tapi bukan yang paling utama. Jangan lupa bahwa anak tidak hanya butuh pendidikan terbaik dari lingkungan sekolah melainkan butuh peran langsung dari orang tua. Mereka butuh belajar rasa kasih sayang dan sabar dari sosok ibu, belajar kepemimpinan dan kerja keras dari sosok ayah, pun mereka butuh belajar tentang menciptakan suasana harmonis bersama keluarga dari dalam rumah. Dan saat mereka tidak bisa mendapatkan semua itu, maka jangan salahkan jika kelak mereka tumbuh dengan memiliki luka pengasuhan.

Inilah yang sering terlewatkan. Mereka membiarkan anak-anaknya tumbuh tanpa peran langsung dari orang tua. Mereka membiarkan anak-anaknya mengeksplor dunianya sendiri tanpa bimbingan. Mereka membiarkan anak-anaknya mencari jati dirinya sendiri tanpa diarahkan.

Sayangnya, hal seperti ini masih sering terjadi. Masih banyak orang tua yang beranggapan jika mereka hanya berkewajiban untuk memberikan nafkah agar bisa memenuhi semua kebutuhan anaknya. Juga beranggapan bahwa pendidikan anak hanya di sekolah. Tidak cukup banyak momen kebersamaan yang tercipta di dalam rumah karena para orang tua hanya sibuk bekerja.

Lihatlah, betapa banyak anak zaman sekarang yang sering mengeluh tentang kondisi keluarganya, kerinduannya akan peran orang tua, kekecewaannya akan tuntutan keluarga yang tidak bisa memahaminya, dan masih banyak lagi. Betapa banyak dari mereka yang memilih jalan salah karena permasalahan didikan dalam keluarga.

Jika kita mau bersungguh-sungguh memahami makna yang Allah sampaikan dalam QS. At-Tahrim ayat 6 tersebut, maka kita sebagai orang tua akan paham bahwa satu-satunya cara untuk menjaga keluarga dari api neraka adalah dengan menerapkan setiap perintah Allah Swt., mengokohkan landasan iman dan takwa, menjaga akidah, memperbaiki akhlak, serta menjauhkan keluarga dari perkara-perkara yang dilarang oleh syariat.

Anak Itu Titipan

Dalam QS. At-Tahrim ayat 6 itu sendiri, sebenarnya dapat kita pahami pula mengapa Allah perintahkan agar kita menjaga keluarga dari api neraka. Sebab keluarga dan anak-anak kita adalah titipan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena anak adalah titipan, maka jelas bagi kita sebagai orang tua tidak memiliki hak mutlak atas kepemilikan. Semua yang ada di dunia ni adalah milik Allah yang kelak akan kembali lagi kepada-Nya. Allah titipkan anak kepada kita pun bukanlah tanpa maksud. Mereka adalah investasi bagi kita selama di dunia. Jika orang tua telah berhasil mendidik anak-anaknya, maka kelak merekalah yang akan menjadi penyelamat kita. Doa merekalah yang akan menyelematkan kita dari siksa neraka. Amalan baik merekalah yang akan menjadi aliran pahala untuk kita.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfat, atau doa anak saleh.” (HR. Muslim)

Kasih sayang orang tua kepada anaknya memang sangat luar biasa besar. Tapi sebagai seseorang yang beriman, orang tua tetap harus paham batasan, di mana letak cinta tertinggi kita tetap harus tertuju pada Allah dan Rasul-Nya. Dan hal seperti ini juga harus ditanamkan kepada anak-anak kita sedini mungkin, agar mereka semua paham mengenai kedudukan cinta dan hakikat dunia.

Allah berfirman: “Katakanlah, 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dila Retta Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Diam dan Jangan Baper
Next
Perusahaan Startup Wajib Berkiblat pada Sistem Ekonomi Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram