"Ramadan bukan sebatas bulan puasa untuk menahan lapar dan dahaga. Ia merupakan bulan menempa takwa dalam jiwa dan raga. Sehingga, sebelas purnama berikutnya mampu diarungi ananda dengan ketaatan total sembari tetap mengantongi kerinduan membara pada Ramadan."
Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Momen Ramadan sangatlah berkesan bagi ananda. Suasana Ramadan masih melekat dalam diri ananda yang senantiasa berpuasa dengan riang gembira. Meski sahur penuh drama, mereka akan bersukacita saat momen buka puasa bersama. Apalagi saat Idulfitri tiba, kebahagiaan berbuka di siang hari menghadirkan binar ceria di netra mereka. Langkah kaki penuh kerelaan terayun menuju tempat salat Idulfitri. Senyum terukir dan takbir menggema dengan gegap gempita.
Memang Ramadan haruslah membekas pada ananda. Maklumat yang benar akan menggiring kerinduan ananda pada suasana puasa Ramadan. Ada semacam ketidakrelaan saat suasana Ramadan itu hilang dan Syawal datang. Pertanyaan beruntun akan menggema kala ananda merindukan Ramadan kembali. "Kapan Ramadan lagi?" Pertanyaan berulang itu jangan sampai hilang dari lisan ananda. Jawab dengan baik dan penuh pengajaran yang mulia.
Ramadan bukan sebatas bulan puasa untuk menahan lapar dan dahaga. Ia merupakan bulan menempa takwa dalam jiwa dan raga. Sehingga, sebelas purnama berikutnya mampu diarungi ananda dengan ketaatan total sembari tetap mengantongi kerinduan membara pada Ramadan. Suasana ketaatan tentunya perlu pendampingan dan keteladanan dari orang tua. Bagaimanapun, ananda membutuhkan sosok yang mampu mengajarkan, mengarahkan, dan membersamai dalam hal kebaikan dan ketakwaan.
Sebelas bulan menuju Ramadan berikutnya bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi usia seseorang tak ada yang tahu batasnya. Bisa saja orang tua atau ananda tak dapat bersua dengan Ramadan berikutnya. Apabila kerinduan ananda pada Ramadan diabaikan, bisa jadi saat dewasa, mereka hanya menganggap Ramadan sebuah rutinitas belaka. Tragisnya apabila ananda senang dengan suasana Ramadan tapi tidak suka dengan aktivitas puasa. Oleh karena itu, wajib bagi orang tua membingkai taat saat Ramadan telah lewat. Hal itu bisa ditempuh dengan beberapa langkah berikut:
- Membiasakan dan membersamai ananda melakukan ibadah puasa sunah
Saat ananda terbiasa puasa sunah, minimal sebulan empat kali, maka momen Ramadan masih akan dirasakan. Orang tua tentunya harus memberi keteladanan dalam membersamai ananda berpuasa sunah. Apalagi saat Syawal, ananda bisa diajak puasa bersama enam hari di bulan Syawal. Tentu amalan puasa sunah ini harus diinformasikan dan dipahamkan dalilnya agar ananda tidak merasa terpaksa. Misal terkait puasa enam hari di bulan Syawal akan meraih pahala selama setahun. Sebagaimana sabda Rasulullah:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر
"Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahun penuh." (HR. Muslim)
- Mendampingi ananda menegakkan salat malam
Suasana salat Tarawih dan witir menjadi salah satu yang identik dengan ibadah di bulan Ramadan. Maka, orang tua perlu menghidupkan salat malam bersama ananda agar ketaatan ananda semakin terbentuk, terbingkai, dan terawat dengan apik. Meski sepekan hanya dua kali, orang tua perlu menegakkan salat malam bersama ananda.
- Memotivasi ananda giat bersedekah
Sedekah juga merupakan amalan yang banyak dilakukan kaum muslim saat Ramadan. Selain untuk tabungan akhirat, sedekah bisa meringankan fakir miskin dan mengikis rasa eman dan pelit dari diri seseorang. Saat Ramadan lewat, sedekah bisa dilakukan bersama ananda untuk meringankan kaum duafa ataupun sedekah untuk memakmurkan masjid. Orang tua perlu memotivasi ananda agar gemar bersedekah meski hanya dengan sebiji kurma dan seulas senyum.
- Membersamai ananda membaca dan menadaburi Al-Qur'an
Ramadan adalah bulan saat kaum muslim berlomba mengkhatamkan Al-Qur'an. Setelah Ramadan lewat, untuk membingkai taat ananda, orang tua perlu membersamai ananda membaca dan menadaburi Al-Qur'an sepenuh hati. Sehingga dengan mendekatkan dan mengikat diri dengan Al-Qur'an, maka aktivitas yang dilakukan akan terikat pula dengannya.
- Ananda senantiasa diajak berjemaah ke masjid
Meski Ramadan telah lewat, orang tua wajib membiasakan hati ananda terpaut dengan masjid. Salah satu caranya adalah dengan berjemaah salat lima waktu di masjid, terutama saat subuh bagi anak laki-laki hingga waktu syuruk. Hal ini akan semakin mengasah taat ananda meski Ramadan telah lewat.
Masih banyak hal lain yang bisa dilakukan orang tua untuk membingkai taat ananda selepas Ramadan. Namun, lima hal itu bisa dilakukan secara konsisten agar ketaatan ananda terus ditempa sehingga suasana Ramadan itu tidak benar-benar lenyap dari kehidupan ananda.
Wallahu a'lam.[]