“Sebagai orang tua, jangan lupa senantiasa lantunkan doa untuk kebahagiaan anak tercinta, agar anak selalu bersemangat dan istikamah dalam kebaikan, sehingga ia memperoleh kebaikan dan keberkahan di dunia dan juga di akhirat.”
Oleh. Yulweri Vovi Safitria
NarasiPost.Com-Di tengah derasnya arus moderasi dan ghazwul fikri, pondok pesantren menjadi satu-satunya solusi bagi orang tua yang ingin pendidikan agama putra-putri tercinta sesuai dengan pemahaman dan akidah Islam yang benar. Di pondok pesantren, anak akan mendapatkan pendidikan agama secara intensif dan benar.
Orang tua boleh berbangga saat sang buah hati tak banyak pinta, tak banyak negosiasi saat dimasukkan ke pondok pesantren. Namun, tentu orang tua akan bersedih hati saat anak tidak betah tinggal di pondok dengan segudang alasan, berulah agar ia ‘dipulangkan’, hingga kabur dan beranggapan bahwa pondok pesantren sebagai ‘tempat pembuangan’.
Oleh sebab itu, sebelum menitipkan anak-anak di pesantren perlu kiranya orang tua melakukan beberapa tips agar anak-anak betah di pondok.
Pertama, menumbuhkan kesadaran pada anak, bahwa pondok pesantren adalah tempat anak-anak menimba ilmu agama sesuai tsaqafah Islam. Berpikir cemerlang sesuai akidah Islam.
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Jika melihat ada seseorang yang menyaingimu dalam masalah dunia, maka saingilah ia dalam masalah akhirat.” (Lathaf Al-Ma’arif, halaman 428)
Kedua, menjadikan pondok pesantren sebagai ‘tempat pembuangan’ merupakan anggapan yang keliru, di mana saat anak susah diatur, lalu orang tua menyerahkan pengasuhan mereka ke pondok pesantren dengan harapan, anak akan menjadi lebih baik dan mudah diatur saat pulang ke rumah. Perlu kita ketahui, pondok pesantren bukanlah tempat rehabilitasi anak nakal.
Ketiga, orang tua harus ikhlas, rida, dan rela untuk berpisah sementara. Tak ada orang tua yang tidak bersedih saat jauh dari anaknya, namun kerelaan orang tua adalah kunci dari keberhasilan anak dalam menuntut ilmu, menjadi generasi hebat dambaan umat.
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah berkata, ”Di antara akhlak Islam adalah berhias diri dengan cita-cita tinggi. Cita-cita yang tinggi bisa mendatangkan kebaikan yang tidak terputus dengan izin Allah, mengayunkan langkah untuk menjalani dunia ilmu dan amal.” (Hilyah Tholib Al-‘Ilmi halaman 35)
Keempat, memberikan dukungan dan motivasi, agar anak senantiasa bersemangat dalam setiap aktivitasnya, memberikan pesan dan hikmah agar anak menjadi orang yang amanah, jujur, bertanggung jawab, serta menjaga adab dan akhlaknya terhadap asatiz, dan juga kepada teman-temannya. Dan sebagai orang tua, tunjukkan kalau kita bangga terhadap mereka, seberapa pun itu pencapaiannya selama di pesantren. Apalagi jika ia memiliki prestasi, maka orang tua patut memberikan apresiasi.
Setiap anak itu berbeda, jadi orang tua tidak perlu menuntut banyak hal kepada anak dengan sederet pertanyaan. Misalnya, kenapa belum tuntas hafalannya, kenapa tidak juara. Karena semua itu akan menjadi beban bagi anak, maka serahkan semuanya kepada pesantren, sebab pesantren tentunya punya solusi untuk mengatasi berbagai persoalan anak.
Kelima, anak adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah Swt. kepada orang tua, anak juga menjadi ujian bagi orang tua, maka adalah kewajiban orang tua untuk mendidik mereka sesuai syariat Islam. Jadi tidak ahsan bila membebankan seluruh tanggung jawab mendidik anak kepada pesantren.
"Dan milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, memberikan anak perempuan kepada yang Dia kehendaki. Memberikan anak laki-laki kepada yang Dia kehendaki, dan Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, lagi Mahakuasa." (QS. Asy-Syura ayat 49-50)
Keenam, perlu kerja sama antara orang tua dan pesantren agar pendidikan anak sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Saat anak mengadukan banyak hal tentang pesantren, maka orang tua perlu mengecek kebenarannya, sebagaimana halnya kita diperintahkan agama untuk tabayyun terhadap suatu persoalan.
Ketujuh, saat menitipkan anak di pesantren, anak dan orang tua siap dengan segala aturan, dan mematuhinya, sehingga anak memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai santri, dan orang tua mendukung itu semua agar proses pendidikan anak sesuai dengan syariat Islam.
Dengan demikian, anak akan merasa nyaman dan tenang saat jauh dari orang tua. Meski kadang kala ada rasa sedih, namun kegembiraannya dalam menuntut ilmu, berkumpul bersama sahabat dengan pemikiran dan cita-cita yang sama, lebih kuat dari rasa sedih yang ia rasa. Keinginannya untuk menggapai cita-cita, mengalahkan pahitnya berpisah sementara dengan orang tua demi kebahagiaannya kelak, di dunia maupun di akhirat.
Sebagai orang tua, jangan lupa senantiasa lantunkan doa untuk kebahagiaan anak tercinta, agar anak selalu bersemangat dan istikamah dalam kebaikan, sehingga ia memperoleh kebaikan dan keberkahan di dunia dan juga di akhirat.
“Ya Tuhan Kami. Anugerahkanlah kepada kami, pasangan kami dan anak keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan ayat 74)
Semoga putra-putri kita menjadi anak yang saleh dan salihah. Walaupun jauh terpisah, tak mengurangi semangatnya untuk belajar, dan selalu istikamah menggapai cita. Seyogianya orang tua senantiasa mendukung niat baiknya. Berharap kelak akan menjadi amal jariah bagi orang tua dan mempersembahkan mahkota yang indah untuk kedua orang tuanya.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya. Kecuali tiga perkara, yaitu: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh.” (HR. Muslim no. 1631)
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.[]