"Orang tua harus menjadi guru pertama untuk buah hatinya termasuk mengajarkan makna idul fitri sesuai kaidah Islam sehingga buah hati tidak terpeleset dalam pemahaman di luar syariat Islam."
Oleh : L. Nur Salamah, S.Pd
(Komunitas Aktif Menulis dan Kobtributor NP)
NarasiPost.Com-Tanpa terasa, sebulan telah terlewati. Bulan yang di dalamnya penuh ampunan dan rahmat beranjak pergi, berganti hari raya Idul Fitri. Sebagaimana biasanya, Idul Fitri adalah hari bahagia, kumpul bersama keluarga, orang tua maupun sanak saudara.
Namun, ada yang sedikit berbeda. Dua kali lebaran, kita berada dalam suasana pandemi virus korona yang tak kunjung sirna, sehingga tidak bisa leluasa untuk pergi kemana-mana.
Sayangnya, meski korona meradang, pasar, mal dan pusat-pusat perbelanjaan tak sepi dari pengunjung. Apa lagi kalau bukan untuk belanja, baik berupa bahan makanan maupun pakaian untuk menyambut hari yang penuh arti. Benarkah hari lebaran adalah hari kemenangan yang identik dengan kemewahan?
Kita sebagai orang tua, terutama seorang ibu yang menyandang status Ummun Madrosatun Al-Ula yaitu sekolah pertama dan yang paling utama, betul-betul harus menjadi guru kehidupan bagi putra-putrinya, termasuk mengajarkan kepada buah hati memaknai Idul Fitri secara benar. Dengan begitu, kelak mereka terjaga dari pengaruh pemikiran yang datang dari luar Islam.
Lantas, seperti apa kita mengajarkan pada buah hati tentang makna Idul Fitri? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu tanamkan kepada mereka bahwa :
Pertama, Idul Fitri idak identik dengan pakaian baru, yaitu menjelaskan kepada anak-anak bahwa Idul Fitri tidak harus memiliki dan memakai baju baru. Idul Fitri diperuntukkan bagi orang yang terbebas dari api neraka, artinya selama bulan Ramadan selalu berada dalam ketaatan, menjalankan segala yang Allah Swt. perintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Di antaranya adalah menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan, membayar zakat dan tidak meninggalkan salat lima waktu.
Kedua, Lebaran bukanlah kemewahan. Jika lebaran akan tiba, sudah menjadi kebiasaan umum dalam masyarakat untuk berlaku konsumtif, membeli atau menyediakan aneka kue lebaran, membuat aneka jenis makanan serta membeli perabotan baru. Kesemuanya itu memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu memberikan penjelasan kepada buah hati bahwa lebaran itu tidak harus bermewah-mewahan. Namun, lebaran adalah bagi orang yang bertambah ketaatannya.
Ketiga, Lebaran adalah untuk orang-orang yang mendapatkan ampunan dan rahmat, yaitu menjelaskan kepada ananda bahwa lebaran atau Idul Fitri itu diperuntukkan bagi orang-orang yang mendapat ampunan dan rahmat dari Allah Swt. Siapakah mereka? Yaitu orang yang paling bertakwa. Artinya, menjalankan segala yang Allah Swt. perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang secara totalitas tanpa tapi dan tanpa nanti. Bukan hanya menjalankan ibadah puasa dan membayar zakat saja, tetapi ada kewajiban yang lain yaitu termasuk menyeru kepada umat akan pentingnya penerapan Islam secara totalitas dalam sebuah institusi negara. Tanpa adanya negara, umat Islam hanya seperti buih di lautan. Umat tidak mempunyai kekuatan apa pun, termasuk melindungi saudara kita yang saat ini sedang dibombardir oleh Israel.
Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat An-Nur ayat 52 yang artinya,
"Dan barang siapa taat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan."
Keempat, meluruskan niat dalam bersilaturahmi. Berikut adalah hal penting yang harus disampaikan kepada anak-anak bahwa Idul Fitri adalah momentum bersilaturahmi, terutama yang jarang dikunjungi karena kesibukan masing-masing. Jangan sampai ada niat dalam diri anak untuk mencari angpao dari sanak saudara yang kita kunjungi.
Hal ini karena perbuatan yang demikian sama halnya dengan meminta-minta atau mengemis. Sebagai orang tua, kita harus menanamkan kepada anak bahwa hal tersebut tidak ahsan, tidak menjaga iffah (kehormatan). Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang artinya,
"Barang siapa membukakan bagi dirinya pintu meminta-minta tanpa kebutuhan yang mendesak, atau bukan karena kemiskinan yang tidak mampu bekerja, maka Allah Swt. akan membukakan baginya pintu kemiskinan dari jalan yang tidak disangka-sangka." (H.R Baihaqi).
Demikianlah uraian bagaimana mengajarkan anak tentang memaknai Idul Fitri dengan benar. Semoga putra-putri kita kelak menjadi orang yang berkepribadian Islam dan faqih dalam agama.
WaAllahu'alam Bisshowwab[]
photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]