“Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. Bukhari Muslim)
Oleh: Rita Razis
(Member Komunitas Aktif Menulis)
NarasiPost.Com-Ramadhan bulan yang penuh berkah dan ampunan. Selama satu bulan penuh, masjid-masjid selalu diramaikan dengan salat tarawih. Banyak muslim yang berbondong-bondong untuk ikut salat berjamaah. Betapa ramai dan meriahnya setiap malam Ramadhan. Begitu pula dengan anak-anak, mereka tidak mau ketinggalan untuk meramaikan.
Namun, menjadi miris ketika di media sosial viral aksi anak-anak melakukan freestyle ketika gerakan sujud saat salat di masjid. Mereka mengangkat kedua kakinya ke atas dengan tangan sebagai tumpuan. Gerakan mereka ini diduga karena meniru aksi karakter di salah satu game. (kompas.com, 26 April 2021)
Betapa berpengaruhnya apa yang menjadi tontonan anak-anak pada perilaku mereka. Tontonan yang awalnya hanya sebagai hiburan dan selingan kegiatan, kini berubah fungsi menjadi tuntunan, serta mempengaruhi sikap dan sifat anak.
Apalagi di zaman digital dan pandemi sekarang ini, hampir seluruh aktivitas berhubungan dengan gawai. Dari sekolah, bekerja, memesan makanan, transaksi uang dan lain sebagainya, semua serba daring.
Semakin sering berinteraksi dengan gawai, maka anak menjadi terbiasa dengan gawai. Jika tidak memegang gawai, anak seperti linglung, bingung mau melakukan kegiatan apa, marah dan tantrum. Itu sebabnya, banyak orang tua memilih memberikan gawai agar anak diam dan tenang daripada mengajak mereka bermain, melakukan aktivitas bersama atau sekadar ngobrol ringan. Sistem sekarang membuat orang tua serba salah, bahkan sering tidak menjalankan tugasnya.
Padahal, berbagai tindakan tak pantas yang dilakukan oleh anak-anak seringkali disebabkan karena tidak adanya pendampingan dari orang tua. Hal ini ditunjang dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan suka meniru pada anak.
Anak-anak melakukan apa yang mereka lihat, tanpa tahu dan memikirkan akibatnya. Padahal, aksi freestyle jika tidak dilakukan oleh orang yang terlatih dapat menyebabkan cidera dan patah tulang leher.
Lebih memperihatinkan lagi, mereka lakukan itu ketika sujud, waktu dimana seorang hamba berinteraksi dengan Tuhannya, tetapi dijadikan bahan candaan. Apakah mereka tidak mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang beriman kepada Allah Swt.? Bagaimana dengan naluri tadayun mereka?
Karena itu, penting bagi orang tua untuk mendampingi dan menanamkan pemahaman tentang aqidah Islam sedini mungkin, meski harus diulang-ulang agar anak-anak paham dan mengerti. Jangan biarkan mereka dididik dan dibina oleh gawai, tetapi orang tua lepas tangan begitu saja.
Berbeda dengan sistem Islam, orang tua akan terjaga untuk melaksanakan amanahnya dengan maksimal. Mereka sadar betul bahwasanya anak adalah investasi akhirat, sehingga akan memberikan pendidikan dan guru terbaik. Mereka akan menanamkan akidah sedini mungkin.
Dari Abi Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi aa Sallam bersabda,
“Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. Bukhari Muslim)
Begitu besar peran orang tua untuk kebaikan anaknya. Seperti yang sudah dicontohkan Rasulullah dalam mendidik anak-anaknya.
Pertama adalah memperkuat akidahnya, menumbuhkan sifat tunduk dan pasrah hanya kepada Allah Swt. Selain itu, orang tua juga harus mengajarkan pada mereka bagaimana bacaan dan gerakan salat yang benar sesuai syariat, serta memahamkan kewajiban dari ibadah tersebut.
Kedua, sering mengajak anak untuk ikut serta dalam acara kajian ilmu dan bermasyarakat.
Ketiga, ketika anak melakukan kesalahan, tegurlah dengan cara mendidik.
Di masa pandemi, anak tidak akan bisa meninggalkan gawai untuk PJJ sehingga dibutuhkan kesepakatan bersama antara anak dan orang tua. Pada saat itu, orang tua harus menjelaskan bahwa ada waktu menggunakan gawai dan waktu untuk aktivitas lain. Dengan demikian, anak-anak bisa mengatur waktu, terkontrol dan terpantau dalam menggunakan gawai.
Dengan begitu, anak akan paham dan sadar akan kewajibannya dan melaksanakan ibadah bukan untuk candaan karena telah mendapatkan pemahaman dan pendidikan yang benar. Wallahu a'lam.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]