Ternyata komunikasi merupakan silent killer terbesar pasangan yang sering terjadi. Terkadang “silent treatmement” adalah cara yang mereka ambil sebagai solusi dalam mengatasi masalah.
Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sebuah keluarga bahagia adalah impian setiap pasangan dalam hidupnya. Mereka menginginkan keluarga yang ideal dan harmonis. Tujuan pasangan menikah dan membina rumah tangga adalah membentuk keluarga sakinah mawardah warahmah. Jika seorang suami mampu menjalani perannya sesuai syariat, maka otomatis sang istri akan menjalani perannya sesuai syariat pula yang membawa kebahagiaan dan keharmonisan di dalamnya.
Namun, dalam meraih kebahagiaan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan perjuangan, menciptakan visi, dan misi pasangan yang sama dalam meraih tujuan. Adakalanya sebuah pasangan akan menemukan aral yang melintang dalam kehidupan rumah tangga mereka. Sehingga apa pun rintangan dan cobaan yang dihadapi harus mampu mereka lewati bersama.
Seperti halnya keberhasilan, kegagalan pun dapat terjadi dalam sebuah rumah tangga. Berbagai sebab yang muncul bisa menjadi pemicu persoalan-persoalan yang ada. Salah satu yang sering dianggap enteng atau dianggap bukan sebagai akar masalah besar dalam rumah tangga adalah “komunikasi”. Ternyata komunikasi merupakan silent killer terbesar pasangan yang sering terjadi. Jika masalah komuniksi muncul di antara pasangan ini, terkadang “silent treatmement” adalah cara yang mereka ambil sebagai solusi dalam mengatasi masalah.
Dalam bahasa psikologi, Psikolog Iswan Saputro, M.Psi. menyampaikan bahwa silent treatment merupakan pola komunikasi bersifat pasif-agresif. Hal tersebut timbul karena mereka akan menganggap silent treatment adalah solusi tepat mengatasi amarah, kekecewaan, kesedihan di saat suami atau istri tidak memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan konflik. Alasan lain adalah mereka tidak terbiasa memegang tanggung jawab yang berat, takut menghadapi kenyataan, sehingga kondisi ternyaman dalam mengatasi masalah mereka adalah memperbanyak menghindar. Bahkan terkadang dijadikan bentuk hukuman pasangan dengan tidak berbicara atau mengabaikannya.
Komunikasi yang “terputus” inilah yang menjadi alasan terbesar penyebab pembunuh diam-diam pasangan suami istri dalam rumah tangga. Kegagalan yang tidak mereka sadari bahwa perlakuan diam membawa ketidaknyamanan yang dirasakan, dan membawa perilaku suami atau istri menjadi tidak menyenangkan satu sama lain.
Inilah ciri yang perlu diketahui dari sikap atau perlakuan silent agreement dalam rumah tangga, biasanya terjadi dalam konflik hubungan pasangan suami dan istri, antara lain:
- Diam total. Di saat keduanya berhenti bicara dan memberikan respons minimal, bahkan menghindari kontak mata.
- Pengabaian. Menunjukkan sikap acuh dan tidak peduli terhadap pasangan, sehingga mampu mengabaikan perasaan pasangan.
- Penolakan fisik. Tidur terpisah dan menolak kontak fisik yang justru mampu meningkatkan konflik keduanya.
- Manipulasi emosional. Membuat pasangannya merasa bersalah atau bertanggung jawab atas masalah yang muncul.
- Isolasi diri. Cenderung menarik diri dan menjauh dari interaksi sosial. Ada anggapan bahwa isolasi merupakan salah satu hukuman bagi pasangan.
- Menghindari komunikasi. Dengan mengucilkan, tidak membalas pesan, tidak menjawab telepon, atau memblokir kontak sosial, tanpa ada penjelasan di antara keduanya.
Dampak yang akan terjadi dalam silent treatment ini sangat merusak dan harus dihindari dalam sebuah hubungan suami istri, karena efek-efek negatif yang muncul mengkibatkan mereka sulit dalam mengekspresikan emosi, merasa tidak dipahami oleh pasangan, sulit menjalankan hubungan. Bahkan sikap yang terlihat akan mengarah kepada rasa bersalah berkepanjangan, komunikasi tidak sehat, cemas dan stres, sedih, meragukan harga dirinya, dan rusaknya kepercayaan di antara keduanya akan terus muncul.
Seperti yang kita ketahui, kebahagiaan hari ini memiliki versi yang berbeda dari yang semestinya. Kebahagiaan dalam sistem kapitalisme tak lain adalah kebahagiaan yang dinilai dari materi dan kebahagiaan semu semata. Dalam sebuah keluarga dan rumah tangga, seorang suami dan istri memiliki peran yang jauh dari syariat. Sistem kepitalisme bersama sekularismenya telah membuat hubungan suami dan istri bagaikan hubungan perdagangan yang harus saling memberi keuntungan dalam mencapai sebuah kebahagiaan.
Dengan meraih kesuksesan yang ditampakkan seperti harus memiliki kendaraan, rumah yang mewah, hingga gaya hidup hedonis yang mereka jalani. Sehingga tujuan-tujuan inilah yang melemahkan pemikiran dan hubungan mereka dalam melihat suatu masalah kecil atau besar dari kaca mata materi saja. Jauhnya syariat membuat mereka tidak memahami posisi dan peran sebagai suami dan istri sesuai yang Allah perintahkan demi tercapainya kebahagiaan hakiki. Padahal kunci utama langgengnya pernikahan dalam rumah tangga adalah ilmu agama dan komunikasi.
Dslam Islam, hubungan antara suami dan istri telah diatur dalam syariat. Bagaimana konflik yang terjadi pun senantiasa diselesaikan dengan cara yang baik dan sesuai hukum syara'. Maka, saat sebelum pernikahan terjadi, calon pasangan suami dan istri diajarkan untuk memiliki ilmu dalam membina rumah tangga. Mengenali fungsi dan peran sebagai seorang suami atau istri kelak akan lebih mematangkan kesiapan mental mereka dalam membentuk keluarga yang didambakan.
Selain mengatur keluarga Islam dengan syariatnya, komunikasi yang berkualitas pun sangat diperlukan. Dengan menjalankan ajaran Islam sebagai fondasi utama, mereka akan membangun komunikasi yang terbuka dan bermakna, mereka mampu menunjukkan rasa empati, kasih sayang, dan kepercayaan, setiap pasangan suami istri dalam membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia dan harmonis.
Karena dengan komunikasi yang baik, masalah pasangan yang berkaitan dengan konflik komunikasi tidak mengarah pada silent killer dalam rumah tangga. Semakin memahami karakter dan fitrah yang diciptakan Allah berbeda antara laki-laki dan perempuan, maka akan semakin jelas terlihat peran dan tugas suami istri dalam rumah tangga.
Islam mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi sesuai syariat, antara lain:
- Menyamakan frekuensi, tujuan pernikahan, dan rumah tangga hanya karena mencari rida dan keberkahan Allah Swt.
- Perbedaan organ fisik laki-laki dan perempuan. Dengan memahami perbedaan fisik dan kekuatan membuat peran dan fungsi suami istri semakin terlihat mudah, tugas mereka saling mengisi dan membantu sau sama lain. Islam telah memberikan aturan syariat fungsi suami dan istri dalam rumah tangga.
- Perbedaan psikologis laki-laki dan perempuan, dimana perasaan lebih mengusai pikiran perempuan dan logika lebih menguasai pikiran laki-laki secara fitrahnya.
Adapun hal-hal yang perlu dihindari dari pasangan suami istri saat menghadapi konflik berkaitan dengan masalah komunikasi antara lain:
- Mengungkapkan dengan cara yang sulit dipahami satu sama lain.
- Menghentikan kebiasaan bicara dengan nada tinggi.
- Tidak menjadi pendengar yang baik.
- Tidak empati dalam membahas masalah yang sedang terjadi.
- Melakukan komunikasi melalui telepati, artinya menebak-nebak sendiri dengan masalah yang terjadi sehingga tidak ada introspeksi satu sama lain.
Maka, jika saja konflik komunikasi terjadi dan masalah tersebut diperlakukan sebagai silent treatment, tentu bukan solusi yang akan didapatkan, melainkan hubungan suami istri semakin jauh karena hubungan komunikasi yang pasif dan saling diam membuat keadaan rumah tangga yang dirasakan semakin asing dan tidak terkendali.
Islam senantiasa membawa kemaslahatan bagi seluruh umat. Maka jalinlah komunikasi yang baik dan indah dengan pasangan halal yang diberkahi. Dalam Islam tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Yakinlah bahwa Allah telah memberikan panduan rumah tangga terbaik dalam syariat. Rasulullah saw. pun telah memberikan teladan terbaik dalam rumah tangga beliau yang indah dan menenteramkan hati. Begitu indah sebuah pernikahan di mata Allah. Bagaimana Islam mengajarkan membangun sebuah generasi penerus yang penuh ketakwaan. Sehingga Rasulullah saw. pun akan mendoakan bagi pasangan yang menikah, agar pernikahannya penuh keberkahan, tercapai tujuan dalam membentuk keluarga sakinah mawardah warahmah, beliau akan berdoa kepada pasangan suami istri tersebut dengan doa: “barokallahulaka, wa baroka’alaika, wajama’a bainakuma fii khoir”
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
Artinya:
"Semoga keberkahan Allah untukmu dan semoga Allah mengumpulkan antara kalian berdua dalam kebaikan" (HR. Abu Daud)
Wallahu a’lam bishawab. []
Masyaallah, komunikasi dalam keluarga kalau menggunakan Islam sebagai sandaran pasti indah ya.
Syukran mbak atas ilmunya.
Wah biasanya yang silent treatment ini, salah satu dari pasangannya, gak ada yang mau mengalah untuk membuka jalur komunikasi.. Suami saya tipe air silent treatment, tapi saya tipe angin badai. Kalo suami lagi diem, saya yang tantrum dan memantik pembicaraan panas atas masalah yang terjadi. Namun setelah perang panas mereda, biasanya akur kembali...hehehehe
MasyaAllah harus saling mengimbangi ya mbak
Menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan memang sulit namun bisa. Butuh kesabaran, rendah hati, saling mengerti dan memahami, dst. Barakallah untuk penulis.
Benar mbak, semua tidak ada yang instan harus sabar dan selalu belajar saling memperbaiki - plus tidak boleh jauh dari agama.
Barakallah fii mbak
Maasyaa Allah. Sangat bermanfaat ini mbak. Saya jadi banyak belajar.
Alhamdulillah sama sama mbak
Barakallah fiik